Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Merenda Cinta
5.0
Komentar
102
Penayangan
12
Bab

Aileen merupakan putri bungsu keluarga Hadiwidjaya--salah satu pengusaha sukses bidang properti di negeri ini. Demi meraih impiannya sejak kecil untuk menjadi designer interior terkenal, ia rela pergi jauh ke San Fransisco untuk meneruskan kuliah di Stanford University. Namun, apa jadinya jika jalan menuju tangga kesuksesan untuk meraih cita-cita telah terbuka, tetapi papanya justru menjodohkannya dengan orang yang telah membuat kesal sejak awal pertemuannya. Hasby Al Azizy nama lengkapnya. Pemuda lulusan S2 Universitas Al Azhar, Mesir. Putra sahabat papa Aileen yang terkenal murah senyum tetapi irit bicara. Apakah Aileen akan tetap menerima perjodohan papanya? Bagimana cara Hasby menghadapi Aileen si gadis manja yang cerdas dan penuh pesona itu? Ikuti kisah perjalanan Aileen dan Hasby dalam menelisik setiap celah demi hadirnya cinta terindah dalam hidupnya.

Bab 1 Pertemuan di Bandara

"A-apa, Ma? Me-menikah?" Gadis yang baru saja pulang dari menyelesaikan studinya di Universitas Stanford, San Fransisco tadi siang itu mencari kepastian jawaban pada mamanya. "A-aku salah dengar, kan, Ma?"

"Enggak, Nduk. Kamu nggak salah dengar. Calon suaminya pun juga sudah ada." Papa menimpali.

"A-apa, Pa?"

Bagai ditimpa palu godam. Gadis itu sontak terdiam. Mulutnya tak bisa berkata-kata lagi. Tubuhnya terasa bak tak bertulang.

Ia menyandarkan punggungnya di kursi. Makan malam yang ia harapkan berlangsung dengan penuh cinta, berganti menjadi suasana yang memberinya rasa kecewa.

Gadis berambut lurus sebahu itu mendesah. Kedua tangannya sibuk memainkan makanan di piringnya. Suasana menjadi hening. Tak satu pun kata terdengar terucap. Hanya sesekali dentingan sendok dan garpu menghiasi suasana yang terasa kaku.

"Papa dan Mama nggak serius, kan?" Sekali lagi gadis berbulu mata lentik itu mengajukan tanya kepada kedua orang tuanya. Masih berharap bahwa mereka hanya bercanda saja.

"Tapi Aileen baru saja pulang, Pa, Ma. Masih ingin mengejar cita-cita yang sudah lama Ai impikan. Meniti karir menjadi seorang designer interior terkenal. Sebelum nanti bergabung dan bekerja di perusahaan Papa. Tapi, kok, malah ...." Kembali ia mensesah. Raut kecewa di wajahnya benar-benar tak bisa ia sembunyikan.

"Kalo gini, ngapain dulu Aileen kuliah jauh-jauh ke San Fransisco. Kalo akhirnya Cuma ingin segera dinikahkan." Ia menjeda kalimatnya sembari meneguk air putih dari gelas di depannya.

"Kenapa nggak Kak Tomy aja, sih." Protesnya yang langsung ditanggapi dengan pandangan memelotot dari sang kakak.

"Sudahlah, Aileen .... Papa dan Mama sudah memikirkan hal ini matang-matang." Laki-laki berumur 58 tahun itu menepuk bahu anak gadisnya sebelum beranjak meninggalkan tempat duduknya.

Usai makan malam, gadis berusia 23 tahun itu mengayunkan langkah menuju kamar tidurnya. Ia menghempaskan tubuh ke spring bed bersprei warna favoritnya, hijau. Ia memukulkan kepala berulangkali ke atas bantal yang berisi bulu angsa kesayangan. "Aku benci! Aku benci!" Tangannya juga tak mau kalah memukuli bantal empuknya.

Drrrt drrrt drrrt.

Bunyi getaran ponsel yang terletak di atas meja kecil samping tidurnya menyita perhatiannya. Gegas ia bangun dan mengambil benda pipih itu.

[Hai.] Sebuah sapaan dari seberang membuatnya terdiam sejenak. Namun, detik berikutnya kedua sudut bibirnya terangkat hingga membentuk lengkungan indah di bibir idealnya.

Namanya Aileen Hadiwidjaya. Anak bungsu dari salah satu pengusaha properti terkenal di negeri ini.

***

Suara ketukan sepatunya terdengar jelas di sepanjang koridor yang dilewati. Seorang gadis mengenakan kerudung pashmina dan masker medis warna biru muda terlihat berjalan dengan tergesa di antara penumpang yang baru saja tiba di terminal penjemputan bandara.

Tangan kanannya menarik koper besar berwarna hitam. Sedangkan tangan kirinya sibuk menekan beberapa tombol di ponsel warna emasnya. Fokus pandangannya terbagi antara pada benda pipih yang dipegangnya dan jalan yang dilaluinya.

Bruk!

Langkah gadis itu segera terhenti. Sejenak ia terlihat gelagapan. Karena melihat buku yang dipegang orang yang ditabraknya berjatuhan.

"Oh, I'm so sorry, Mister." Gegas ia berjongkok mengambil buku-buku tebal yang berceceran di bawah kakinya. Namun, kalah cepat dengan tangan laki-laki sang pemilik buku. Dari tiga buku, hanya satu yang berhasil diambil Aileen. Ia melirik sekilas judul apa yang tertera di atasnya. "Tulisannya arab," batinnya.

"Sorry." Gadis yang mengenakan celana jeans dan outer selutut itu menyerahkan buku yang dipegangnya kepada laki-laki berkaca mata hitam di depannya.

Sebuah senyum dan anggukan sebagai jawaban. Tangan kanannya menerima buku sekaligus menyerahkan ponsel milik gadis di depannya yang terlepas dari genggaman tanpa disadari pemiliknya.

"Owh. Thanks." Tanpa menjawab lagi, laki-laki itu berlalu dari hadapan gadis berparas cantik itu.

"Ck! Sontoloyo." Gadis itu mencebikkan bibir mengiringi langkah panjang laki-laki yang baru saja meninggalkannya. Tanpa disangka, ternyata pada waktu yang sama laki-laki itu berhenti dan menoleh ke arahnya.

Namun, Dewi Fortuna seolah berpihak kepada sang gadis. Orang yang sejak tadi ia nanti, tetiba menghampiri.

"Hai! Dah lama nunggu?" Seorang lelaki merentangkan kedua tangan memeluknya. Dari balik lengan si pemeluk, mata indah gadis ayu itu memandang ke arah laki-laki yang masih berdiri tak jauh darinya. Beberapa detik pandangan mereka saling bersirobok. Setelah itu laki-laki bertubuh tinggi itu membalikkan badan dan melanjutkan langkahnya sambil menarik sebuah koper besar dan tas punggung berwarna hitam.

"Mana Mama sama Papa, Kak?"

"Nggak ikut. Itu siapa?"

"Siapa?" Lelaki yang dipanggil kakak itu mengarahkan dagunya ke laki-laki yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Tau! Orang sombong nggak penting. Nyebelin banget!"

"Nyebelin apa-"

"Apa, apa?" Mata gadis itu memelotot ke arah kakaknya. Lalu gegas melangkah lebar menuju pelataran parkiran. Ia meninggalkan koper besar yang dibawanya begitu saja.

***

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku