Merenda Cinta
kan studinya di Universitas Stanford, San Fransisco tadi siang itu m
h dengar. Calon suaminya pun j
pa,
k terdiam. Mulutnya tak bisa berkata-kata
ang ia harapkan berlangsung dengan penuh cinta, ber
nan di piringnya. Suasana menjadi hening. Tak satu pun kata terdengar terucap.
bulu mata lentik itu mengajukan tanya kepada kedua orang
karir menjadi seorang designer interior terkenal. Sebelum nanti bergabung dan bekerja di perusahaan Papa.
isco. Kalo akhirnya Cuma ingin segera dinikahkan." Ia menjeda
tesnya yang langsung ditanggapi denga
matang-matang." Laki-laki berumur 58 tahun itu menepuk bahu
buh ke spring bed bersprei warna favoritnya, hijau. Ia memukulkan kepala berulangkali ke atas bantal yang b
drrrt
a kecil samping tidurnya menyita perhatiannya.
enak. Namun, detik berikutnya kedua sudut bibirnya terang
bungsu dari salah satu pengusaha
*
adis mengenakan kerudung pashmina dan masker medis warna biru muda terlihat berjalan
a sibuk menekan beberapa tombol di ponsel warna emasnya. Fokus pandangannya
r
terlihat gelagapan. Karena melihat buku yang
nya. Namun, kalah cepat dengan tangan laki-laki sang pemilik buku. Dari tiga buku, hanya satu yang berh
uter selutut itu menyerahkan buku yang dipegangny
enerima buku sekaligus menyerahkan ponsel milik gadis di depa
gi, laki-laki itu berlalu dari h
ang laki-laki yang baru saja meninggalkannya. Tanpa disangka, ternya
kepada sang gadis. Orang yang seja
mandang ke arah laki-laki yang masih berdiri tak jauh darinya. Beberapa detik pandangan mereka saling bersirobok. Setelah itu laki-lak
a sama Pa
kut. Itu
itu mengarahkan dagunya ke laki-laki
ng nggak penting.
elin
Lalu gegas melangkah lebar menuju pelataran parkiran.
*
sam