Adelle Collin Nicholas salah satu gadis keturunan blasteran Perancis-Australia. Tidak itu saja dia juga berasal dari keluarga konglomerat pewaris kekayaan dari keluarga besar Collin. Hidup serba berkecukupan, mewah dari kecil membuat dirinya bisa bolak-balik pergi ke luar negeri. Suatu ketika dia dipertemukan secara tidak sengaja dengan pemuda muslim bernama Farhan dari keluarga biasa saja tapi rajin beribadah dan mengisi acara rutinan ngaji di masjid dekat gereja di mana Adelle melakukan peribadatan. Bagaimana keduanya bisa menimbulkan benih cinta? Apakah perbedaan yang ada bisa menyatukan keduanya? Sejauh mana keduanya memperjuangkan cinta suci mereka? cover bukan sepenuhnya milik penulis. credits by canva
Suasana pagi sehabis subuh sangat sejuk sekali. Terlihat pemandangan tiap pagi hari orang berbusana rapi menyandang kitab suci. Hilir mudik silih berganti untuk mengaji. Selain Farhan mengisi ngaji kitab setelah subuh. Dia juga ikut belajar mengaji kitab bersama Bapaknya yang kebetulan seorang Kiai.
"Farhan, Abi bangga memiliki anak laki-laki seperti kamu. Bagaimana tidak kamu yang baru pertama kali mengisi ngaji kitab kamu kelihatan sudah benar-benar menguasai materi," ucap Abi.
"Ah Abi bisa saja, Farhan masih tahap belajar. Bagusan Abi lah kan Abi udah senior sudah otomatis ilmunya banyak. Lah sedangkan Farhan cuman bisa sekedarnya saja," sahut Farhan.
"Farhan habis ini kamu ada waktu luang gak?" tanya Umi Fatihah.
"Farhan habis ini mau pergi ke perpustakaan kota Umi. Emang ada apa Mi?" jawab Farhan.
"Udah gapapa kalau kamu pingin ke perpustakaan. Umi cuman mau minta dianterin ke pasar," ucap Umi Fatihah.
"Ya udah gini aja Umi, Farhan akan antarkan Umi dulu ke pasar ntar habis antar Umi baru deh ke perpustakaan," sahut Farhan tersenyum.
"Gak usah Farhan ntar bisa repot kan kamu. Gampang lah Umi bisa naik angkutan," kata Umi Fatihah.
"Gapapa Umi Farhan gak keberatan sama sekali kalau harus ngantarin dulu ke pasar. Lagian Farhan ke perpustakaan cuman mau mengembalikan buku saja," lontar Farhan.
"Ya udah deh kalau kamu gak keberatan jam 10 antarkan Umi ke pasar," sambung Umi Fatihah.
Matahari lama-kelamaan terbit bersinar menerangi sampai rumah Farhan. Farhan sehabis mengajar ngaji tidak langsung tidur tapi dia menyibukkan diri siap berkutat di depan layar komputer. Kenapa Farhan menyibukkan diri di layar komputer tidak bersiap pergi kerja seperti yang lain? ya karena Farhan sendiri akhir-akhir ini sedang menunggu lowongan pekerjaan.
Sebagai pria tentunya dia malu jika terus-terusan minta uang saku kepada orang tua walau tidak menutup kemungkinan orang tuanya sendiri masih bersedia memberikan uang saku kepada anaknya.
"Mas Farhan lagi sibuk ya?" sapa Khalifa, adik Farhan satu-satunya yang masih duduk di sekolah TK.
"Eh Khalifa tumben jam segini udah bangun," jawab Farhan menoleh sembari mengusap rambutnya.
"Uda, soalnya tadi malam Khalifa bobok cepat jadinya Khalifa bisa bangun awal," ucap Khalifa mengucek kedua matanya.
Khalifa yang masih sedikit kucel keadaannya langsung meninggalkan Farhan menuju ruang TV. Terdengar suara Umi Fatihah terhadap Khalifa dari luar ruangan.
"Lho Sayangnya Umi ternyata uda bangun ya," sontak Umi Fatihah tak habisnya mengecup kening, pipi Khalifa yang masih khas bangun tidur.
"Umi, Khalifa mau minum susu," pinta Khalifa yang matanya fokus tertuju ke serial kartun Upin Ipin.
"Bentar ya Umi buatkan," jawab Umi Fatihah tersenyum lembut.
Setumpuk pesan email yang masuk ke dalam kotak masuk membuat Farhan tidak bisa beralih ke yang lain. Dia tidak ada waktu buat mengecek jam dinding yang sedari terus berputar.
"Farhan sudah dong ngerjain tugasnya. Sana makan dulu, sudah Umi siapkan," ajak Umi Fatihah.
"Ya Umi bentar lagi nih masih nanggung," jawab Farhan yang sesekali hanya menoleh.
"Baik, Umi tunggu di ruang makan. Jangan sampai lupa jam 10 ya antarkan Umi ke pasar. Kamu gak lupa kan?" sentil Umi Fatihah.
"Masya Allah hampir aja Farhan lupa. Makasih Umi sudah ingatkan Farhan yang pelupa ini," sahut Farhan menepuk jidatnya.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga email yang masuk," ungkap Farhan bersyukur.
Mberrrr ... mberrrr ....
"Abi, Umi berangkat ke pasar dulu sama Farhan," pamit Umi Fatihah.
"Ya Umi hati-hati," jawab Abi.
"Farhan bawa motornya jangan ngebut. Jangan lupa ikatkan pengaman helmnya juga," pesan Abi.
"Iya Abi, Farhan pamit dulu. Assalamualaikum," kata Farhan.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Abi.
Di jalan dia membawa motornya dengan pelan karena dia sendiri tahu kalau yang diboncengnya itu orang tuanya yang takut akan kecepatan tinggi.
"Farhan ntar Umi dianter sampai tempat pemberhentian angkutan aja. Kamu mau langsung pulang dulu atau mau tetap di situ? Oh ya katanya kamu tadi mau ke perpustakaan. Mending kamu langsung ke perpustakaan aja biar gak kesiangan. Ntar kalau udah selesai belanja Umi kabarin aja lewat telepon," kata Umi Fatihah.
"Tapi Umi beneran gapapa kalau Farhan gak bantu Umi bawakan belanja ntar punggungnya bisa kambuh lagi rasa nyerinya," jawab Farhan.
"Udah sana gapapa buruan!" seru Umi Fatihah.
Tanpa berfikir panjang Farhan langsung memutar balik motornya keluar dari area pasar. Waktu yang sudah terlihat siang membuat dia agak sedikit ngebut di jalanan sehingga tidak sengaja motornya menyerempet mobil mewah yang terparkir di parkiran perpustakaan.
"Innalilahi wa innailaihi rojiun," sontak Farhan tak sengaja menggores badan mobil bagian depan.
"Tuh orang ngapain dekat-dekat mobil aku. Hah," dengus Adelle melepas kacamata.
"Maaf Masnya ini mau ngapain ya dekat-dekat mobil me? Jangan-jangan mau maling ya," tuding Adelle tanpa melihat sosok ganteng Farhan.
"Ini Mbak saya tadi habis nabrak mobil ini tapi gak tau pemiliknya siapa," jawab Farhan.
"What, OMG please deh! tau gak kalo nih mobil harganya berapa. Aku pastikan kamu gak akan sanggup ganti kerugian mobil ini," ketus Adelle.
"Saya tau kalau ini mobil pasti harganya mahal tapi saya gak bisa lari dari tanggungjawab," jelas Farhan.
"Baik kalau kamu ingin tetap ngotot buat ganti perbaikan mobil ini. Aku bakal rinci semua kerusakan yang ada seperti body mobil yang tergores. Kalau ditaksir ini harganya bisa mencapai 350 juta," tandas Adelle.
"Apa 350 juta? saya dapat dari mana uang sebanyak itu. Masa tergores sedikit saja bisa nyampe segitu," lontar Farhan mengerutkan keningnya.
"Iya memang benar. Mobil yang kamu tabrak ini bukan sembarang mobil yang kamu temui di pasaran," kata Adelle.
"Gimana bisa ganti gak," sentil Adelle.
"Waoow very good. Ini pria benar-benar cool abis," gumam Adelle kagum.
"Baik insya Allah saya bersedia. Beri saya waktu," jawab Farhan.
"Oke aku kasih waktu 1 bulan. Eitszz serahkan dulu KTP kamu takutnya kamu kabur," ucap Adelle.
"Ini KTP saya Mbak, anggap saja ini sebagai jaminan saya jika saya berani kabur," kata Farhan.
"Oke!"
Setelah urusannya dengan Adelle selesai Farhan langsung masuk perpustakaan mengingat bentar lagi perpustakaan akan tutup.
"Ganteng juga ternyata, namanya agak keren, gayanya juga gak kampungan," puji Adelle tersenyum sendiri.
"Farhan Al Husayn." Adelle mengeja nama lengkap Farhan tanpa lepas dari melirik foto wajah Farhan.
***
"Farhan kamu habis dari mana saja? Umi dari telepon gak diangkat," kata Umi Fatihah.
"Maaf Umi Farhan tadi sempat ada kendala jadi sempat telat jemput," jawab Farhan menutupi.
"Kendala? bentar ini maksudnya kendala apa nih? kamu tadi di jalan baik-baik saja kan? gak kenapa-napa? apa kamu habis nabrak seseorang?" cerca Umi fatihah.
Saat mendengar kata "nabrak" berasa ngena banget di hati Farhan.
"Gak kok Umi. Pokomen Umi tenang saja. Umi tahu sendiri kalau Farhan di jalan gak ngebut," ucap Farhan.
Sesampainya di rumah Farhan membantu sang Umi membawakan belanjaan. Farhan kembali ke kamarnya tak sengaja hatinya ingin membuka buku diary miliknya.
"Telah lama sekali aku tak menyentuh diary ini," ucap Farhan mengusap buku diary penuh dengan debu.
Tok ... tok ....
"Farhan," panggil Abi.
"Dalem Abi," sahut Farhan.
"Tadi ada perempuan cantik datang ke sini ngasih Abi ini katanya buat kamu," lontar Abi menyerahkan sepucuk surat.
"Iya Abi terima kasih," kata Farhan.
"Perempuan cantik? apakah ini dari si perempuan yang aku tabrak mobilnya tadi," batin Farhan penasaran dengan isi surat.
Tulisan surat itu sangat rapi dan cantik seperti orang yang menulisnya. Di situ tanpa ada pengirim pena. Saat membaca tulisan surat itu tidak sadar Farhan terus tersenyum geli sendiri. Bahasa yang digunakan campur aduk sehingga menggelitik hati Farhan. Tangan Farhan rasanya gatal sekali ingin meluapkan isi hatinya pada secarik kertas. Sejak berprofesi sebagai penerjemah dia jarang banget membuka apalagi sampai menulis.
Keesokkan harinya Adelle datang ke rumah Farhan bersama sopir pribadinya. Mobil mewah yang masuk di halaman perkampungan membuat daya tarik tersendiri.
"Siapa perempuan itu?" cetus Ibu 1.
"Apa jangan-jangan pacar barunya Farhan," tebak Ibu 2.
"Maaf Mbak siapa? ada keperluan apa datang ke sini?" tanya Abi.
"Perkenalkan saya Adelle. Apa betul ini rumahnya Farhan?" sahut Adelle membaca kembali nama yang tertera di KTP.
"Iya betul. Mbak ini apakah teman kuliah anak saya?" ucap Abi.
"Eh, kamu mari silahkan masuk," sambut Farhan tak sengaja keluar.
Adelle menuruti perkataan Farhan untuk duduk. Mata Adelle tak luput dari pandangan seisi rumah Farhan. Rumah Farhan sangat sederhana yang hanya dipenuhi oleh lemari besar berisi kitab-kitab mengaji.
"Oh ya keperluan datang ke sini buat?" cetus Farhan.
"Sebenarnya kedatangan saya kemari cuman mau mengingatkan kamu buat ganti rugi kerusakan mobil saya. Ini aku datang ke sini juga ingin memberikan id card aku. Di situ tertulis nama, no telp, dan alamat lengkap aku soalnya kemarin aku buru-buru," celetuk Adelle menutupi gengsinya.
Tujuan Adelle sebenarnya hanya ingin bermain saja ke tempat Farhan tapi dia terhadap orang asing belum berani terbuka terlebih dia sebagai perempuan apabila mengatakan yang sebenarnya sama saja tidak memiliki harga diri.
"Terima kasih ya, kamu sudah mau merepotkan diri untuk datang ke sini," ungkap Farhan.
"Udah kalau gitu itu aja sih yang ingin aku sampaikan. Awas lho jangan sampai telat! kalau sampai telat aku bakal tambahin lagi dendanya," pesan Adelle langsung memasuki mobil.
"Siapa tadi Han? kelihatannya seperti bukan orang sembarangan," celetuk Abi.
"Bukan siapa-siapa kok Abi cuman sekedar teman saja," jawab polos Farhan padahal dianya sendiri gak tau siapa.
Di dalam mobil terlintas wajah Farhan pada bayangan Adelle. Tidak sangka ekspresi itu tertangkap oleh sopir pribadinya lewat spion mobil.
"Non Adelle kelihatannya lagi bahagia," celetuk sopir pribadinya.
"Apaan sih kepo aja sama urusan orang," timpal Adelle.
Bab 1 Adelle si cewek jutek
18/12/2022
Bab 2 Gara-gara yang 350 juta part 1
18/12/2022
Bab 3 Gara-gara uang 350 juta part 2
18/12/2022
Bab 4 Awal hari bersamanya
18/12/2022
Bab 5 Menggali Passion Baru
18/12/2022
Bab 6 Terasa Malunya
18/12/2022
Bab 7 Jas Sekretaris
18/12/2022
Bab 8 Skripsi Farhan
18/12/2022
Bab 9 Terjun Lapangan
18/12/2022
Bab 10 Farhan
18/12/2022