Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Hukum, Cinta Kamu

Cinta Hukum, Cinta Kamu

elva yunita

5.0
Komentar
829
Penayangan
5
Bab

Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam hukum cinta. Seribu mahasiswi yang berbondong-bondong untuk mendapatkan hati seorang Alvin Pratama. Diluar dugaan hatinya malah dilabuhkan untuk wanita biasa saja, yang sama sekali tidak menyukai sebuah buku tebal. Meski begitu wanita itu memiliki otak yang cukup genius, dia hanya malas menunjukkannya, sehingga hanya menunjukkan sikap urakan kepada siapapun yang segan tak sopan kepada nya. Banyak yang harus dilewati untuk mereka bersatu, adanya perjodohan keluarga yang secara tiba-tiba dan juga penghianatan dari keluarga nya sendiri. Akankah mereka bisa bersatu dan bisa bahagia diatas kebencian orang terdekat ? Akankah mereka bisa memperjuangkan cintanya seperti Pak Prabowo Subianto kepada Bu Titi?

Bab 1 Ganti Rugi Sepuluh Juta

"Aku ingin seperti Ibu Titi yang dicintai hebat oleh Pak Prabowo. Cinta nya begitu abadi hingga sampai saat ini. Karena cinta sejati memang murni dari hati."

-Arsyila Khoerunnisa

"Hidup Prabowo!"

"Pokonya Lo harus pilih Prabowo!" tekan Syila.

"Engga, dihati gue tetep Anies, tampan dan elegan!" Hana menyahut sambil melipat selimut.

"Sinting Lo!"

"Apanya?"

Gadis berambut pirang itu mengerutkan keningnya.

"Jelas-jelas Prabowo lebih tampan, gagah dan tulus!"

"Lo buta?"

"Lo yang buta!"

"Cukup! Hentikan! Arsyila, Hana, apa yang kalian ribut kan di pagi-pagi begini! Mamah nyuruh kalian buat mandi satu persatu!" Amuk ibunya yang sudah murka. Karena di pagi buta mereka malah meributkan hal yang gak penting.

"Mamah pilih Anies atau Prabowo?" tanya Syila berharap ibunya ada di pihaknya.

"Anies,"

Glek!

Susah payah Syila menelan air ludahnya sendiri.

"Tidak mungkin! Anak muda tetap harus pilih Prabowo!" Teriaknya histeris.

"Mamah kan udah tua bukan anak muda, cepat sana mandi! Jangan sampe telat ngampus. Mamah sudah berjuang untuk menyekolahkan kalian hingga setinggi tinggi nya, dan itu gak gampang."

Tanpa menunggu aba aba, secepat kilat Arsyila lari ke toilet dengan membawa handuk. Sedangkan Miranda, sang ibu hanya geleng-geleng kepala.

"Hana jaga adik mu dikampus, dia masih sangat polos!" Pesan Miranda, yang diangguki oleh Hana.

Setelah beberapa menit kemudian mereka sudah selesai bersiap. Kedua nya hanya cuci muka saja dan gosok gigi, karena memang sudah menjadi suatu kebiasaan yang harus dilakukan.

Motor Scoopy berwarna pink keluar dari garasi, pengendara nya adalah Arsyila.

Brummm .... Brummm ....

Arsyila mengibaskan rambutnya ala Reva pemain anak jalanan. Sepertinya dia harus mengganti motornya dengan motor ninja.

"Aku yang bawa hari ini!"

Hana tak membantah. Tak masalah jika harus di bonceng Arsyila, sang adik . Karena Arsyila sudah bisa dan pasih membawa motor.

Mereka pun meluncur untuk pergi ke kampus. Hanya perlu 20 menit saja untuk sampai ke universitas Gunadarma.

"Kak Hana, harus pilih Prabowo, ya!" Anak itu tetap mengingat kan Hana untuk mencoblos Pak Prabowo.

"Tetap Pilih Anies!"

"Kalau Kak Hana gak pilih Prabowo aku bakal bawa motor ini sampe ke neraka!" Ancam nya membuat Hana terkejut. Bagaimana tidak, Arsyila membawa motor sangat kencang sekarang seperti sedang kesetanan.

"Heh! Syila, Lo mau bikin gue mati apa? Hentikan lolucon Lo!"

"Gak akan!"

"Arsyila Khoerunnisa, hentikan motor nya sekarang!" Bentak Hana tak habis pikir. Dia semakin mengeratkan pegangan pada pundak Syila.

"Gak akan sebelum Lo pilih Prabowo!"

"Gue tetep pilih Anies, Anies selalu di hati!"

"Oke kalau Lo mau mati!"

Dalam keadaan seperti ini, Hana sangat syok! Dia tidak ingin mati sia-sia karena kelakuan adik nyebelin nya.

"Syila jangan Gila! Kita akan celaka!"

"Pilih Prabowo ya!" Pinta nya memohon seraya mengerucutkan bibirnya.

"Engga akan!"

"Oke, lihat sekarang!" Anak itu semakin menambah kecepatan motor nya, sampai lampu merah pun dianggap lampu hijau. Banyak orang orang yang meneriakinya bahkan banyak mobil yang mengklakson nya.

"Lo anak hukum Syila, gak cocok ugal-ugalan dijalan."

"Pilih Prabowo atau motor ini ngungsep di empang Pak Komar?" Ancam Syila lagi, dia tak ingin menyerah, seperti perjuangan Pak Prabowo kepada Ibu Titi.

Hana sangat malu saat ini, takut ada orang yang mengenalnya. Apalagi sebentar lagi dia akan wisuda, bisa hancur reputasi nya.

"Iya gue pilih Prabowo!" Ucap Hana akhirnya mengalah untuk menyelamatkan nyawa nya sendiri.

Tak ada sahutan dari Arsyila, anak itu malah semakin meninggikan kecepatan, sampai kampus yang sudah di depan pun dia lewati.

Dah gila tuh anak!

"Syila, kampus udah Lo lewati bego!" Hana mengetuk helm sang adik.

"Masa sih?" Syila sebenarnya sedikit lupa dengan kampus nya gara gara membujuk Hana untuk memilih Prabowo. Dia pun menoleh ke belakang dengan terkejut.

Seeettt!

Syila menghentikan motornya secara mendadak, sampai mobil di belakang tak sengaja menabraknya.

Brakkk!

"Bener njir, kelewatan. Btw siapa yang celaka?" Tanya Arsyila heran. Padahal jelas-jelas mobil itu sedikit menabrak motor nya.

"Kita yang ditabrak, lagian lo berhenti mendadak!" Hana yang sudah mengetahui nya.

"What? Awas aja Lo!"

Dia pun turun dan menoleh ke arah belakang. Begitu juga dengan Hana, mereka berdua cengo karena pria yang menabraknya sangat tampan. Ini mungkin akan jadi masalah besar, pikr Hana.

"Heh, kalau bawa motor itu jangan berhenti mendadak!"

"Lah terserah gue dong!" Timpal Syila songong. Tak mau disalahkan.

"Kalau saya celaka gimana? Terus saya mati gara gara kecerobohan kamu gimana? Kamu bakal jadi tersangka pembunuhan berencana dan bakal masuk penjara!"

"Lo mati? Berarti ajal Lo udah tiba!" Timpal Syila yang sudah tersulut emosi. Karena jelas jelas dia yang ditabrak. Kenapa harus disalahkan seperti ini coba. Kalau di pikir pake logika, jelas yang ditabrak yang mati!

"Heh! Bocil, yang sopan kamu!" Tegur pria itu. Memang kalau dilihat sangat tampan bak pangeran dari kayangan. Namun bagi Syila, ketampanan bukan segalanya.

"Maaf, Kak. Tolong maafkan ucapan adik saya, dia masih labil belum bisa mengontrol kan emosinya." Kali ini Hana turun tangan. Dia tidak ingin sampai masalah ini panjang, apalagi sampe ke jalur hukum. Membayangkan nya saja sangat ngeri, pikir Hana.

"Gausah minta maaf deh, Kak. Dia yang nabrak! Sekarang Lo ganti rugi!" Syila terus mendesak pria itu agar ganti rugi dengan nominal yang sudah iya pikiran.

"Ganti rugi apa?"

"Lo gak liat? Nyawa kita berdua hampir melayang dan Lo liat juga motor gue rusak belakang nya, lecet. Ganti sepuluh juta!" ucapnya seraya menatap motor Scoopy nya. Pria itu juga melihat nya, namun tampak acuh.

"Lo mau malak atau apa? Masih kecil aja udah jadi preman, belajar yang bener!" Pria itu tak kalah menasehati.

"Cukup! Syila ayo kita ke kampus!" Ajak Hana yang tidak ingin memperpanjang masalah, lagian dia sudah minta maaf, seharusnya masalah sudah selesai dengan baik-baik. Namun Syila yang membuat masalah itu semakin rumit.

"Gabisa gitu dong, Kak! Dia udah nabrak harus tanggung jawab! Lo juga, jadi laki masa gaada tanggung jawab nya! Percuma ganteng juga kalau minus tanggung jawab!" Ketus nya yang sudah muak.

"Minta maaf sekarang Syila!" Hana meninggikan nadanya karena sudah geram.

"Sebagai spesies perempuan, tidak pantas meminta maaf," timpal Syila.

"Apalagi sama orang kaya dia, yang gamau tanggung jawab. Paling ntar juga dapat karma nya," imbuhnya lagi pedas.

"Apa? Kamu nyumpahin saya? Tidak masalah. Tidak ada guna nya juga berdebat sama kamu!" Pria itu beranjak dari hadapan Syila untuk masuk ke dalam mobil.

Tak mau rugi, Syila mengejar nya lalu mengetuk kaca mobil membuat pria itu terpaksa membuka kaca mobilnya.

"Ganti rugi! Jangan pergi!"

"Mobil saya juga rugi, kamu harus ganti rugi!" Ucap Pria itu tak mau kalah.

"Oh, Lo gamau ganti rugi?" Syila membuka pintu mobil dengan paksa hingga terbuka.

"Turun Lo!"

"Apa lagi sih?" Pria itu semakin risih dengan Syila. Apalagi sampe dilihat banyak orang yang berlalu lalang.

"Ganti rugi sekarang! Harus cash!" Ucap Syila memaksa.

Tak ingin ambil pusing Hana meninggal kan Syila, karena 5 menit lagi kelas nya di mulai. Lagipula jarak nya dekat dengan kampus, jadi dia tidak begitu khawatir terhadap Syila.

"Kak tunggu, Lo ninggalin gue? Tega banget!" Syila yang melihat kepergian kakak nya kembali menatap lelaki itu dengan tajam.

"Semuanya gara gara Lo! Dassar om tua!"

Mendengar hal itu pria itu mengerutkan keningnya nya. Kalau dipikir-pikir dia masih muda. Tanpa menunggu jawaban, Syila pergi begitu saja.

"Awas aja ya kamu, kalau sampai ketemu sama saya di kelas!" gumam pria itu pelan sambil menyunggingkan senyum jahat.

Dia pun melihat ke spion mobil. Jujur saja perkataan Syila membuatnya inscure.

"Ganteng gini kok, pantes nya dipanggil Opaa korea, haha," tawa nya sambil merapikan rambutnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh elva yunita

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku