Dokter, Aku Cinta Kamu

Dokter, Aku Cinta Kamu

Putu Amerta

5.0
Komentar
3.2K
Penayangan
26
Bab

Raka adalah seorang dokter internist, dia mendapati pasien bernama Dea yang sedang sakit usus buntu. Semenjak itu Dea terus mengejarnya hingga ke rumah sakit. Bahkan wanita itu mengaku kepada orang tuanya bahwa dia adalah kekasihnya. Semenjak itu Raka merasa terganggu dengan kehadiran Dea. Awalnya hidup Raka tenang, kini mulai terusik. Dea mulai hadir dalam kehidupannya, dia setia hari mengirimnya makan, memberi pesan singkat yang romantis. Raka menganggap bahwa Dea sebagai pengganggu hidupnya. Ketika itu Dea juga dengan pria bernama Rafa, dan mereka bertunangan. Sejak itu Raka merasa sangat kehilangan. Suatu ketika Raka tahu bahwa pertunangan Dea dan Raka batal. Raka kembali mendekati Dea dan ia berjuang mendapati cintanya kembali.

Bab 1 Dea Sakit

BAB 1

Dea menahan perih, tangan kiri dan kanan menekan perut, rasa sakit menusuk kini tak tertahankan. Membungkukkan pinggang untuk meredakan sakit, keringat dingin sudah membanjiri pelipis dan kening. Sakit seperti ini awalnya dianggap biasa saja, tapi lama kelamaan semakin sering terjadi. Obat ulu hati yang di belinya di apotek, hanya mampu meredakan sementara. Mencoba memberanikan diri pergi ke dokter praktek letaknya tidak jauh dari kantornya.

Antrian masih dua orang lagi sebelum namanya di panggil, dengan kesekian kalinya orang memandangnya aneh. Dea merubah posisi kanan, dan merubah sekian menit ke kiri lagi, begitu selanjutnya selama tiga puluh menit. Sampai saatnya, ibu tepat di sebelah kirinya menepuk bahunya.

"Sakit banget perutnya embak?".

Dea mengangguk, masih bertahan dengan posisi membungkuk. Suasana ruangan serba putih, kini mulai sepi.

"Sakit apa embak?" Tanyanya lagi.

Dea menggeleng, jika saja ia sudah tau tidak mungkin ia ke dokter peraktek ini untuk memeriksanya.

"Belum tau bu, kalau pun saya tahu saya tidak mungkin periksa kesini, saya pasti akan langsung ke dokter ahlinya".

"Iya juga sih" sahut ibu itu, Dea tidak mengetahui nama ibu itu sebenarnya dan baginya tidak begitu penting untuk berkenalan, karena menahan rasa sakit sudah menguras energi dan tenaganya.

Tepukan bahu di sebelah kirinya terjadi lagi. Dea menoleh otomatis ke arah ibu yang menegurnya tadi.

"Ada apa lagi bu".

"Nama embak Dea Diandra ya?".

Dea mengerutkan dahi tidak percaya bahwa ibu itu mengetahui nama lengkapnya.

"Ibu tau dari mana nama lengkap saya?" Mulai menaruh rasa curiga , masalahnya ia tidak pernah menyebutkan namanya kepada sembarangan orang yang tidak dikenal.

"Itu di panggil sama perawatnya" tunjuk ibu itu ke arah perawat di meja counter.

Dea baru menyadari dan mencoba berdiri, tidak lupa menyengir, memberikan senyum terbaiknya.

"Makasih ya bu, saya duluan ya".

Dea berjalan kearah perawat, dan duduk di depan perawat yang terlihat ramah menyambutnya. Ramahnya tidak kalah dengan teller di Bank yang sering di kunjunginya.

"Nama ibu, Dea Diandra silahkan masuk, mari saya antar" ucapnya ramah dan lembut.

Dea mengikutinya dari belakang, menuju pintu berwarna putih. Pintu terbuka suasana di dalam sungguh mencekam. Dea akui, ia tidak suka suasana yang berbau medis seperti ini, apapun namanya klinik dan rumah sakit tetap terlihat horor.

Dea mengamati tiap tata letak ruangan yang di susun sangat rapi dan bersih. Dea duduk tepat di depan meja kosong tidak berpenghuni. Suara pintu dari belakang terbuka, Dea menoleh ke belakang.

Pria berjas putih, dengan rambut pendek yang sedikit dibiarkan berantakkan, tubuh atletis, kulit sawo matang, bagian dagunya terlihat di tumbuhi bulu-bulu halus yang sepertinya sengaja dibiarkan tumbuh. Jika di pandang ia lebih cocok berprofesi sebagai host di acara My Trip My Adventure yang sering di tontonnya setiap minggu.

Dea memposisikan duduknya kembali. Entah kenapa rasa sakit perutnya berkurang hanya memandang dokter itu. Name tag tertera huruf vokal Dr. Raka Pratama Sp.PD.

Dokter itu tersenyum ramah, memamerkan deretan gigi putihnya. Dea menelan ludah, mencoba tidak gerogi.

"Sore Ibu Dea Diandra" ucapnya ramah, suaranya sedikit berat khas laki-laki.

"Sore juga Dok" jawab Dea dengan suara pelan.

"Keluhan ibu apa?" Tanyanya lagi.

"Hemm dokter, jangan panggil ibu dong, soalnya saya belum menikah" ucap Dea.

Sumpah demi bumi dan langit , ia bukan mempromosikan setatus dirinya yang masih lajang, kesannya seperti ingin memikat dokter ganteng di hadapannya, tetapi hanya tidak enak di panggil ibu, cukup di kantor saja ia di panggil ibu oleh anak buahnya, kesannya seperti memiliki anak dua.

"Maaf jadi sebaiknya, saya panggil embak Dea saja".

"Itu lebih baik dok".

Dokter Raka tersenyum ke arahnya. "Apa keluhan embak Dea?".

Dea kembali menahan perutnya dengan tangan, ia baru sadar bahwa rasa sakitnya kembali datang.

"Perut saya sakit banget dok" ucap Dea.

"Sudah berapa lama?"Tanyanya lagi.

"Sudah hampir dua bulan ini dok, saya pikir sakit perut biasa, tapi belakangan ini hampir setiap hari sakitnya kumat".

Dokter Raka berdiri, memegang dahi dan lehernya dengan kedua jarinya. Sepertinya ia sudah mencurigai sakit yang di deritanya.

"Boleh berbaring, saya akan memeriksa anda" ucapnya serius.

Dea menuruti dokter raka, dan berbaring di tempat tidur persegi panjang khusus untuk memeriksa pasien. Dokter Raka mulai dengan stetoskopnya, memeriksa lidahnya dan terakhir menepuk perutnya.

"Saya sakit apa dok" ucap Dea penasaran.

"Hasil saya menunjukkan anda terkena usus buntu, sebaiknya segera di lakukan operasi, karena sudah cukup parah, jika dibiarkan akan berakibat fatal".

Dea masih terdiam dan kini menyadari "apa !!! Saya usus buntu dok? Operasi?" Dea syhock apa yang di dengarnya.

Air mata tidak bisa di bendung lagi, ia lebih baik mengulang mata kuliah statistika satu tahuan dari pada ia harus mendengar operasi. Tidak bisa membayangkan bagian tubuhnya di sayat dengan pisau bedah.

"Hikz...hikz...hikz saya tidak mau operasi dok" air matanya mulai jatuh di pipinya, ingusnya mulai berair, Dea mengelap dengan tangan kanannya, untung saja ia mengenakan jas hitamnya.

"Jangan menangis, ini hanya operasi kecil kok, peralatan juga sudah canggih, tidak bakalan ada bekas sayatan operasi nantinya" dokter Raka mulai menenangkannya.

"Ta...pi saya takut dok, saya tidak bisa" ucap Dea sesugukan di banjiri air matanya.

Dokter Raka memberinya tisu, Dea mengambilnya dan mengelap air matanya.

"Saya takut dok".

"Jangan takut, saya akan memberikan yang terbaik".

Dea masih menangis menjadi jadi, dokter Raka membiarkan Dea melepas tangisnya sampai reda.

"Dokter, orang tua saya tidak ada, saya sendiri disini, gimana saya akan menjalani ini? saya tidak ingin membuat mereka khawatir dok, saya tidak ingin mati muda, saya masih belum bisa membahagiakan orang tua saya, saya belum memberikan mereka kebahagiaan, saya juga belum pergi ke Budapest" Dea mulai menangis lagi, pikirannya mulai kacau, masih sempat ia memikirkan Budapest kota romantis yang ingin di kunjunginya.

Dokter Raka menarik nafas, baru pertama kalinya ia menemukan pasien seperti ini. "Yakin lah, operasi ini tidak menyebabkan anda mati, saya yakin itu" ucap Raka.

"Orang tua anda kemana sebenarnya?" Tanya Raka penasaran.

"Orang tua saya honeymoon ke Paris selama sebulan, baru saja mereka pergi kemarin dok, saya tidak ingin mengganggu kebahagian mereka, dokter jangan memberitahu kedua orang tua saya tentang penyakit saya ini, saya takut mereka khawatir, biar saya saja merasakan sakit yang saya derita" ucap Dea masih dengan tangisnya, wajahnya memerah dan matanya bengkak menahan tangis.

"Iya saya tidak memberitahu mereka, mungkin teman , saudara, yang bisa kami beritahu? Untuk menjadi wali anda?".

Dea menggelengkan wajah, "sebaiknya jangan dok, cukup dokter saja yang tahu"ucapnya pelan. Dea bangun, di bantu dokter Raka, Dea dapat mencium harum tubuh Raka yang khas dan menenangkan.

"Dokter..."

"Ia embak Dea".

"Bisakah dokter saja yang mengoperasi saya" pinta Dea.

Dokter Raka tersenyum mendengar permintaan Dea, dan mengangguk.

"Saya yang akan mengoperasi anda" ucapnya, sambil memberikan surat rujukan.

"Seharusnya saat ini anda langsung di rujuk ke rumah sakit, karena besok pagi saya akan menjadwalkan operasinya".

Dea cukup lama terdiam, secepat itukah dia harus dilarikan ke rumah sakit. Ia masih takut dengan nasibnya.

"Dokter jujur saya masih takut".

"Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya".

Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan.

"Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih dahulu, mengambil perlengkapan saya, sebelum ke rumah sakit".

Dan lagi lagi dokter Raka mengangguk demi tanggung jawab dokter kepada pasien.

"Makasih ya dok".

"Ia sama-sama".

"Oiya dok, saya panggil mas Raka boleh?".

Dan Dokter Raka pun mengangguk. Dea tersipu malu meminta dirinya untuk memanggil dokter Raka dengan sebutan Mas Raka.

****

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Putu Amerta

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Gairah Liar Perselingkuhan

Gairah Liar Perselingkuhan

kodav
5.0

Kaindra, seorang pria ambisius yang menikah dengan Tanika, putri tunggal pengusaha kaya raya, menjalani kehidupan pernikahan yang dari luar terlihat sempurna. Namun, di balik semua kemewahan itu, pernikahan mereka retak tanpa terlihat-Tanika sibuk dengan gaya hidup sosialitanya, sering bepergian tanpa kabar, sementara Kaindra tenggelam dalam kesepian yang perlahan menggerogoti jiwanya. Ketika Kaindra mengetahui bahwa Tanika mungkin berselingkuh dengan pria lain, bukannya menghadapi istrinya secara langsung, dia justru memulai petualangan balas dendamnya sendiri. Hubungannya dengan Fiona, rekan kerjanya yang ternyata menyimpan rasa cinta sejak dulu, perlahan berubah menjadi sebuah hubungan rahasia yang penuh gairah dan emosi. Fiona menawarkan kehangatan yang selama ini hilang dalam hidup Kaindra, tetapi hubungan itu juga membawa komplikasi yang tak terhindarkan. Di tengah caranya mencari tahu kebenaran tentang Tanika, Kaindra mendekati Isvara, sahabat dekat istrinya, yang menyimpan rahasia dan tatapan menggoda setiap kali mereka bertemu. Isvara tampaknya tahu lebih banyak tentang kehidupan Tanika daripada yang dia akui. Kaindra semakin dalam terjerat dalam permainan manipulasi, kebohongan, dan hasrat yang ia ciptakan sendiri, di mana setiap langkahnya bisa mengancam kehancuran dirinya. Namun, saat Kaindra merasa semakin dekat dengan kebenaran, dia dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah dia benar-benar ingin mengetahui apa yang terjadi di balik hubungan Tanika dan pria itu? Atau apakah perjalanan ini akan menghancurkan sisa-sisa hidupnya yang masih tersisa? Seberapa jauh Kaindra akan melangkah dalam permainan ini, dan apakah dia siap menghadapi kebenaran yang mungkin lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku