Terjebak Cinta di Melbourne

Terjebak Cinta di Melbourne

Putu Amerta

5.0
Komentar
313
Penayangan
28
Bab

Daniel seorang arsitek sukses, yang bekerja di Melbourne. Sedangkan Ayana seorang mahasiwa yang sedang liburan ke Jakarta mendapat tantangan oleh salah satu temannya, untuk mendekati Daniel yang super cool. Suatu ketika Daniel bertemu dengan seorang wanita bernama Ayana meminta pertanggung jawaban kepada Daniel, karena sudah memerawaninya. Namun Daniel tidak percaya begitu saja dengan ucapan Ayana. Ayana masih bersikeras dan membeberkan semua bukti-bukti kepada Daniel berupa foto mereka berada di tempat tidur yang sama. Ayana meminta Daniel untuk memberinya tempat tinggal selama di Jakarta. Daniel memenuhi keinginan Ayana dan diberinya tempat tidur gudang sebagai tempat tinggal sementara. Sejak saat itu Ayana dan Daniel tinggal bersama di Apartemen. Namun Daniel membiarkan Ayana begitu saja dan ia lalu pergi ke Melbourne untuk bekerja dan meninggalkan Ayana di apartemen sendiri. Saat itu Ayana bertemu dengan ibu Daniel, dan dia justru mengatakan bahwa dirinya adalah kekasih Daniel. Ibu Daniel menyuruh Ayana menyusul Daniel ke Melbourne, karena ada kepentingan keluarga. Terpaksa Ayana pergi ke Melbourne dengan alamat yang diberikan oleh ibu Daniel. Di Melbourne, Daniel bertemu lagi dengan Ayana. Saat itulah cinta mereka tumbuh dan menguat.

Bab 1 Daniel

Bab 1

Daniel mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Daniel lalu meraih cangkir, menyuprut kopi hitam tanpa gula yang sisa setengah. Daniel memang penggemar kopi tanpa gula, kafein itu seperti candu untuknya. Ia lebih baik tidak makan nasi, dari pada tidak minum kopi seharian.

Daniel memainkan jemarinya, hingga menimbulkan bunyi ketukan antara meja kayu dan jarinya. Daniel berpikir ia tidak mungkin berhubungan dengan wanita yang sangat jauh dari kriterianya. Sangat tidak mungkin, bahkan ia baru saja melihatnya disini. Daniel melirik jam ditangannya. Yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Diliriknya lagi wanita itu, wanita itu jauh dari kata cantik.

"Siapa dia?".

"Ayana, namanya Ayana Dia teman saya, yang telah kamu perawani".

Daniel masih mengetuk jemari itu, menghilangi rasa penasarannya. "sejak kapan saya merawani dia? bahkan saya baru saja melihatnya, itu tidak mungkin Bela".

Bela mendengus kesal, Bela membuang permen karetnya ke tong sampah "Dia punya bukti, jika kamu tidak percaya, ayo saya akan pertemukan kamu dengannya" Bela melangkahkan kakinya menuju meja Ayana.

Daniel beranjak, melangkah mendekat, tangannya masuk kedalam saku celana jins itu. Daniel memperhatikan gerak gerik Ayana, wanita itu terlihat gugup, sambil menyuprut munumannya. Seketika iris mata itu bertemu. Mata itu saling menatap.

"Apa kamu mengenal saya?" Tanya Daniel, menunjuk dada kiri, agar memastikan pernyataan Bela salah.

Wanita itu terdiam, ia mengangguk, lalu ia membuka tas, merogoh ponsel didalam tas. Ayana membuka ponsel dengan kunci kombinasi. Ayana memperlihatkan layar ponsel itu tepat dihadapannya, sebuah video berdurasi 30 detik yang ia yakini di ambil dari sebuah ponsel. Terlihat jelas, adegan tidak senonoh, dirinya mencium Ayana di atas tempat tidur. Video itu memang dirinya, ia masih ingat pakaian yang ia kenakaan tepat dihari dimana ia menghadiri reuni sekolah. Tapi kenyataanya ia tidak mengenal wanita itu. Ayang bukan teman sekolahnya. Siapa Ayana sebenarnya?.

Daniel menatap Ayana sekali lagi, memastikan ingatannya, dari mana ia dapat video itu? Dikamar hotel mana yang berani menaruh CCTV seperti itu. Kamar hotel adalah tempat paling privacy, jika pun ada, ia pastikan akan menuntut hotel tersebut. Ayana lalu mengeluarkan surat dari dokter, surat keterangan tidak perawan. Ya Tuhan, bisa-bisanya wanita itu menunjukan secara lengkap, bukti-bukti bahwa ia telah diperawani olehnya. Daniel menyandarkan tubuhnya di kursi kayu.

"Bukti ini, diambil sehari setelah kamu merawani saya, kamu harus tanggung jawab".

Daniel memincingkan mata, ia masih tidak yakin. Daniel mengambil surat itu, dan mulai membaca isi surat dokter. Daniel menatap lekat-lekat wajah Ayana, mencoba mengingat, tetapi Daniel sama sekali tidak mengenal wanita dihadapannya ini. Daniel tidak mempunyai riwayat amnesia, tidak mungkin kecelakaan minggu kemarin menyebabkan otaknya bergeser. Jelas tidak mungkin, dokter menyatakan tidak apa-apa, hanya pergeseran sendi tulangnya saja, itu saja tidak cukup serius. Dokter juga tidak mendiagnosis gagar otak, dan syaraf otak putus. Demi dewa-dewa yang ada di dunia ini, ia sama sekali tidak mengenal Ayana. Daniel menggeram meremas surat keterangan itu, hingga tidak berbentuk.

"Saya, sama sekali tidak mengenal kamu, jadi untuk apa saya harus tanggung jawab" Daniel meletakkan surat itu begitu saja di depan Ayana.

"Saya punya bukti cukup kuat, cctv ini buktinya, apa kamu mau lari tanggung jawab".

Daniel menarik nafas, "saya tahu, kamu mau menjebak saya bukan?".

"Untuk apa saya menjebak kamu, nyatanya saya wanita yang di rugikan itu" Ayana mulai terbakar emosi.

"Ingat, saya sudah sering tidur dengan wanita, tetapi saya melakukannya dalam keadaan benar-benar sadar, wanita yang saya tiduri bukan wanita sembarangan seperti kamu".

Ayana menyingkirkan gelas dihadapannya, Ayana mendengus kesal, "apa saya harus melaporkan hal ini ke pihak yang berwajib?".

Daniel terperangah mendengar ancaman Ayana. Daniel menarik nafas dalam-dalam, lalu dikeluarkan lagi melalui hidungnya. Daniel mendorong kursi kayu itu hingga bergeser kebelakang. Daniel yakin ia dijebak, ia akan mencari tahu siapa dalang dari wanita bernama Ayana ini.

"Apa mau kamu sebenarnya? Apa saya harus menikahi kamu? Apa kamu sedang mengandung anak saya" Tanya Daniel bertubi-tubi.

Suasana menjadi hening, Daniel mengerutkan dahi, tersadar ia mengedarkan pandangan disegala penjuru ruangan cafe vintage. Bibir Daniel nyaris terbuka lebar, seluruh pengunjung menatap kearahnya, menyaksikan percakapan antara ia dan Ayana. Ya Tuhan, mau taruh dimana wajahnya. Daniel mendengar jelas bisikan para pengunjung menggunjingnya.

"Dasar laki-laki tidak tanggung jawab".

"Gitulah laki-laki hanya mau enak-enaknya saja, disuruh tanggung jawab, malah pura-pura lupa".

"Dasar brengsek tu cowok".

"Ganteng sih, tapi brengsek".

"Semoga cepat mati tu cowok".

"Cakep sih, tapi.... namanya brengsek tetap aja berengsek".

"Kalau saya jadi ceweknya, saya cepet lapor polisi, masuk penjara sekalian".

"Anak jaman sekarang, pergaulannya semakin liar".

"Kiamat sudah dekat ma".

Daniel dapat mendengar jelas sayup-sayup suara pengunjung cafe menatapnya penuh kebencian. Daniel dengan cepat menarik tangan Ayana keluar dari cafe. Ayana menyeimbangi langkah Daniel hingga ia terseok-seok. Daniel menyuruh Ayana masuk ke mobil fortunernya.

"Apa mau kamu sebenarnya?".

"Saya mau kamu tanggung jawab".

"Tanggung jawab? Saya sungguh tidak kenal kamu Ayana".

"Saya juga tidak kenal kamu, tapi kamu telah merebut harta saya yang paling berharga".

"Saya tidak percaya, sejauh ini saya tidak pernah mabuk, saya sudah berhenti minum beberapa tahun lalu. Saya tahu saya dijebak, siapa kamu sebenarnya?".

"Saya punya bukti yang kuat, oke kalau kamu tidak mau tanggung jawab, saya akan menyelesaikan dengan hukum".

Daniel ingin membenturkan kepala, lalu ditatapnya Ayana penuh kebencian "oke, oke jika itu mau kamu, apa yang kamu inginkan?".

"Saya ingin tempat tinggal, dan uang, anggap saja, saya menjual keperawanan saya kepada kamu".

"Kamu mau mencoba memeras saya?" Tanya Daniel.

"Ayolah tolong saya, saya perlu banyak uang untuk menyelesaikan kuliah kedokteran saya yang tertinggal".

"Kuliah? Kamu masih kuliah".

Ayana mengangguk, Daniel mengerutkan dahi, "kenapa harus saya yang membiayai kuliah kamu? Sementara saya tidak merasakan apa-apa, ketika meniduri kamu. Dimana keluarga kamu?".

"Saya tidak punya keluarga, sekarang beasiswa saya dicabut. Saya tidak ingin putus ditengah jalan. Oke jika kamu tidak mau tanggung jawab, saya akan melaporkanmu ke jalur hukum".

"Oke, oke, jika itu mau kamu. Tapi ingat setelah saya tahu kebenaran kamu saya akan menendang kamu dari hidup saya".

****

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Putu Amerta

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku