Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Terdengar keras dentuman musik di dalam diskotik dengan ciri khas suara bass yang menggelegar. Tampak seorang gadis cantik sedang duduk di meja yang berada di depan bartender.
Meneguk satu sloki minuman yang baru saja dia pesan. Sesekali kepalanya terlihat mengangguk-angguk seiring berjalannya irama musik kreasi sang DJ yang terdengar membahana, menghiasi ruangan. Semakin kencang musik berdentum, semakin bersemangat pula para pengunjung. Sama sekali tidak keberatan dengan suara musik yang terdengar memekakkan telinga bagi orang biasa di luaran sana. Namun, bukan untuk mereka penyuka keramaian tentunya.
"Ayo pulang!" ucap seorang gadis lain yang sedang duduk di sebelahnya.
"Sebentar!" balas gadis yang sedang menikmati alunan musik tersebut.
Gadis berwajah manis yang sedari tadi tak berhenti minum itu adalah Allea Maxwel. Usianya hampir menginjak dua puluh tahun dan ia akan merayakan hari ulang tahunnya sekitar dua bulan lagi. Wajahnya sangat cantik, bertubuh mungil, hidung mancung, bibir tipis merah muda, surai panjang lurus berwarna coklat terang, dengan netra bermanik biru, sangat kontras dengan warna kulit putih susunya. Semua yang ada di tubuhnya terlihat begitu pas. Dan semakin menambah daya tarik Allea terhadap kaum pria.
"Ayolah! Terlalu banyak minum bisa membuatmu bodoh!" ujar gadis yang ada di samping Allea.
"Hmpt! Bodoh ya?" dengus Allea seraya mengela napas pendek.
Tiba-tiba saja Allea berteriak sambil melempar gelasnya. Gelas kaca yang beberapa menit lalu masih terisi penuh oleh tequila, dan dia sesap habis dalam sekali tegukan, sebelum membantingnya.
Praaang!! Pyaaar!!!
"Aaargh, sialan!!!" Berbagai umpatan langsung ke luar dari mulutnya.
"Aku membencimu. Sangat membencimu!" Bibir Allea kembali meracau seiring pecahan gelas kaca yang baru saja dia banting hancur berkeping-keping dan berhamburan di lantai.
Wajahnya terlihat memerah. Entah karena sedang menahan amarah atau karena gadis itu sedang mabuk karena sudah menghabiskan puluhan gelas tequila sejak dua jam lalu, saat dia mendatangi club malam tadi.
Allea adalah seorang mahasiswi semester empat di sebuah universitas ternama di dunia. Ya, ia adalah gadis yang cerdas dengan segudang prestasi di balik sikap urakan yang sering dia perlihatkan di hadapan banyak orang.
"Beri aku satu gelas lagi!" Allea kembali berteriak pada seorang bartender yang tengah meracik minuman di belakang meja bar.
"Allea, kau harus berhenti minum sekarang!" Sheira, gadis yang sedari awal bersama dengan Allea berusaha mencegah agar sahabatnya itu berhenti minum. Pasalnya, Allea sudah terlihat sangat mabuk dan mulai hilang keseimbangan.
"Sudah terlalu banyak minuman beralkohol yang kau teguk malam ini. Jarak rumah kita jauh dan aku tidak bisa menyetir. Siapa yang akan mengantarkan kita pulang jika kau tidak bisa mengendalikan dirimu?" Sheira memberi alasan yang tepat agar sahabatnya itu mau menuruti keinginannya.
Kemudian, ia menarik tangan Allea agar segera beranjak dan pergi meninggalkan club. Sementara jarum jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, waktu yang terlalu larut untuk mereka berkeliaran di luar seperti ini. Seharusnya mereka sudah terlelap di atas kasur nyaman, seperti yang dilakukan anak-anak seusia mereka.
Namun lain halnya bagi kedua remaja ini, tidur awal bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Rumah hanyalah tempat persinggahan sesaat, atau kau akan mati kesepian karena terlalu lama berada di tempat itu. Allea adalah tipe gadis yang menyukai keramaian, tepatnya sejak dua tahun lalu.
"Berhenti mengurusi aku. Jangan menceramahi aku seperti yang dilakukan pria tua itu! Aku bosan mendengarnya!" Bukannya berhenti, Allea justru berteriak marah dan menyentak tangan Sheira yang tengah menarik lengannya hingga terlepas.
Sheira tak bisa berbuat banyak, ia hanya diam sambil kembali duduk di kursinya. Pikirannya mulai berkelana mencari cara untuk segera membawa pulang sahabat terbaiknya. Ia membayangkan banyak hal jika Allea sampai hilang kendali, bahkan pikiran-pikiran buruk pun mulai muncul untuk menghantui dan menakuti angan-angannya.
Namun, tak jauh dari tempat mereka duduk, terlihat seorang pria tampan yang sedang berjalan ke arah mereka. Rupanya tindakan Allea yang membanting gelas itu berhasil menarik perhatiannya.
"Permisi, Nona! Ada yang bisa saya bantu?" sapa pria itu sambil duduk di kursi sebelah Sheira.
Sheira yang terkejut saat mendengar suara itu langsung tersadar dari lamunannya.
"Emm ... tidak." balas Sheira dengan senyum yang dipaksakan.
"Hei ganteng, mau berjoget denganku?" Namun, jawaban berbeda ke luar dari mulut Allea yang sudah mabuk berat dan langsung menyela ucapan sahabatnya. Gadis itu menatap penuh minat ke arah pria muda yang terus mengamati wajahnya.
"Halo manis, dengan senang hati." Dengan segera pria muda itu mengulurkan tangan, menyambut hangat tawaran Allea. Gadis cantik yang sejak tadi memang menarik perhatiannya.
Selanjutnya Allea dan pria yang tidak mereka kenal itu segera turun ke bawah, tepatnya area dance floor yang disediakan oleh pihak diskotik. Meninggalkan Sheira duduk sendirian di depan meja bar. Di tengah kesadaran yang semakin menipis Allea terus berjoget, meloncat, menghentak-hentakkan kakinya berulang kali mengikuti alunan music dari DJ.