/0/24784/coverorgin.jpg?v=2f8224f0742e71367de30d7f48d128c9&imageMogr2/format/webp)
Saat aku baru sampai di depan pintu rumah, aku mendengar ayah berteriak pada ibu, "Bagaimana ini, Ning?"
"Aku nggak tahu, Mas! Aku juga pusing mikirin anakmu si Alfa itu!" sarkas ibuku yang bernama Kemuning.
"Bagaimana bisa ia mau menikahi wanita lain, padahal Kamlia pulang minggu depan!" Ayah terlihat bejalan mondar-mandir sambil memijat dahinya.
Aku menoleh pada wanita yang aku bawa pulang, ia mengeratkan pegangannya di lenganku. Ia seperti ketakutan. Hari ini aku berencana mengenalkan Kinanti pada keluargaku. Aku ingin menikahi wanita yang aku cintai, bukan wanita yang akan dijodohkan padaku.
Mereka masih belum menyadari kehadiranku dan masih melanjutkan diskusi, yang terdengar seperti genderang bertalu-talu.
"Pokonya Alfa harus nikah sama Kamlia, Ning! Mas takut, juragan Siran mengungkit pertolongannya dulu!" putus bapak yang mungkin akan sangat sulit diubah.
"Assalamualaikum," potongku yang langsung membuat mereka menatap ke padaku.
Ayah dan ibu langsung berdiri dan berjalan menghampiri kami. Mereka menatap bengis pada wanita yang aku bawa pulang.
"Kau! Berani sekali ikut Alfa ke rumah ini! Bukankah sudah saya bilang? Saya tidak akan merestui kalian!" Ibu menunjuk tepat di wajah Kinanti.
Aku menangkap jari ibu lalu menurunkan tangannya perlahan. "Ibu, apa pun yang terjadi, aku hanya akan menikahi Kinanti, bukan Kamlia atau pun wanita lainnya!" ucapku dengan serius.
"Alfa!" bentak ayah.
"Ayah!" bentakku.
Kami bertatapan seperti musuh, apa pun yang akan mereka lakukan tidak akan membuatku membatalkan keinginanku untuk menikahi Kinanti. Justru semakin dilarang semakin kuat keinginanku untuk menikahinya. Seberapa pun marahnya mereka, tetap tidak akan merubah keputusanku.
"Kau berani membentak Ayah?" tanya ayah dengan mata yang sudah memerah menahan amarah.
Aku jelas sudah tahu dengan rencana mereka, karena itulah aku membawa Kinanti pulang. Untuk memberitahu mereka kalau aku tidak akan pernah menikahi Kamlia.
Mereka sudah menjodohkan kami sedari dulu, perjodohan yang terjadi karena Kamlia menyukaiku. Ayahku memiliki hutang budi pada Juragan Siran ayah Kamlia. Hutang budi yang sama sekali tidak ada hubungannya denganku.
Sekarang Kamlia sudah menyelesaikan pendidikan S1nya, ia kembali untuk menagih perjodohan itu. Selama empat tahun terakhir Kamlia beberapa kali menghubungiku. Saat libur semester, ia selalu mengabariku kalau sudah berada di kampung. Aku nggak pernah pulang jika aku tahu, Kamlia sedang libur di kampung.
"Ayah saja yang menikahi Kamlia!" Aku menyeringai, "Enak saja menjodohkan aku karena hutang budinya, Ayah."
Seketika aku terdiam dan berpikir, ternyata aku kurang ajar juga pada orang tua.
"Kau lihat? Karena kau, Alfa bahkan berani melawan kami, orang tuanya," ucap ibu sinis. "Dasar! Wanita siluman!"
"Kau lepaskan Alfa! Atau kau-" kata-kata ibu terputus begitu saja, ia hendak melayangkan pukulannya pada Kinanti.
"Atau apa, Ibu?" Salakku. Aku menarik Kinanti ke belakang badanku, aku akan melindunginya.
Sebelumnya suasana setegang ini tidak pernah terjadi di rumah kami. Kami sekeluarga biasa hidup rukun. Ayah dan ibu tidak pernah bertengkar setahuku. Aku dan adik perempuanku juga selalu akur sedari kami kecil.
Tapi mengapa? Ini hari pertama Kinanti datang ke rumahku, ia langsung mendapat hal yang sangat tidak menyenangkan. Apa salahnya kedua orang tuaku menyambutnya seperti tamu, hargailah dia sedikit saja.
"Saya akan tetap bersama Bang Alfa. Maafkan saya!" lirih Kinanti, ia masih terlihat sangat menghargai orang tuaku. Ia biarkan ibu memakinya tanpa membalas sedikit pun.
/0/13412/coverorgin.jpg?v=90793e6ae660efccbae06b0a3b59ddb4&imageMogr2/format/webp)
/0/2248/coverorgin.jpg?v=677044fd727291e12299116c6752a84c&imageMogr2/format/webp)
/0/6684/coverorgin.jpg?v=d7ad1078154daa470673f2c084dcac56&imageMogr2/format/webp)
/0/3998/coverorgin.jpg?v=ba292f821d9ca82bf51acc32eaede741&imageMogr2/format/webp)
/0/13690/coverorgin.jpg?v=34d407bff7def1b62c3b6d9da1a2d824&imageMogr2/format/webp)
/0/10518/coverorgin.jpg?v=8ff38c6e7cbca3345dd52772a7e0e1aa&imageMogr2/format/webp)
/0/17738/coverorgin.jpg?v=94abbd137374562cd68cb4d231d746e6&imageMogr2/format/webp)
/0/18693/coverorgin.jpg?v=b47fb6091ccd5dc83be6d07ed6a1f4d1&imageMogr2/format/webp)
/0/5777/coverorgin.jpg?v=88b08f7d4264446951b5f7ed1a5a823d&imageMogr2/format/webp)
/0/7259/coverorgin.jpg?v=43b34832028bef817477500c65accbf5&imageMogr2/format/webp)
/0/13616/coverorgin.jpg?v=1959bcc47c436c490abb576b3ae3ee04&imageMogr2/format/webp)
/0/24027/coverorgin.jpg?v=00d82a3d6f2079c1d5a13fd023ac1e50&imageMogr2/format/webp)
/0/20257/coverorgin.jpg?v=d895fe5a67d001708f299466b8794622&imageMogr2/format/webp)
/0/15547/coverorgin.jpg?v=c919da9d1068f2a65413c2b878183c94&imageMogr2/format/webp)
/0/18344/coverorgin.jpg?v=f026519a1074730498f1b908c513f6b1&imageMogr2/format/webp)