Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Liar Tuan Xavier

Gairah Liar Tuan Xavier

Byygirl

5.0
Komentar
36.1K
Penayangan
88
Bab

"Tuan, ku mohon jangan-" "Hussst! Diam! Sudah ku bilang kau milik ku mulai sekarang!" "Saya tidak mau!" teriak Bella. "Aku tidak menerima penolakan!"

Bab 1 Di usir

"Usir dia!" teriak seorang wanita paruh baya dengan lipstick merah menyala di bibirnya.

"Bu, jangan gitu lah, walau bagaimana pun dia adalah keponakan kita, dia sama seperti Ana." Seorang lelaki yang lebih tua dari wanita itu mencoba membujuk sang wanita yang tak lain dan tak bukan adalah istrinya sendiri, agar tak mengusir keponakannya Arabella, Arabella adalah anak dari Kakaknya yang telah meningggal dunia bersama sang istri, akibat insiden kecelakaan pesawat yang kala itu menewaskan banyak orang, termasuk kedua orang tua Arabella.

"Paman hiks ... Tante ... saya tidak mencurinya, saya berani bersumpah."Lirih gadis berparas cantik dengan rambut panjang berwarna hitam dan kulit bersih bak susu.

"Alah bohng aja!! Maling mana ada mau ngaku!" Sahut seorang gadis bernama Ana, yang merupakan adik sepupunya.

"Ana! Jaga sopan santun kamu, dia kakak mu!'' bentak lelaki yang kini duduk di kursi roda. Usman, paman Arabella itu dua tahun yang lalu mengalami insiden kecelakaan kerja, yang mengakibatkan kelumpuhan pada lelaki itu.

"Kamu diam Mas! Atau kamu mau ikut bersama dia! Oke silahkan pergi! Aku juga sudah lelah mengurus mu yag tidak berguna!" sarkas wanita yang merupakan istri dari Usman, namanya Alina.

"Jangan Tante, Bella mohon jangan usir Paman, Paman tidak bersalah." Mohon Arabella bertekuk lutut di hadapan Ibu dan anak yang berdiri dengan angkuhnya di hadapan pintu rumah kayu sederhana.

"Bagus! Kalau kamu gak mau paman kamu ini di usir juga, sebaiknya kamu pergi dari sini! Cepat! Saya sudah muak melihat wajah mu itu!! Dasar pencuri!"

Dengan air mata yang berlinang, Bella mengambil tas-tas berisi baju miliknya yang sebelumnya di lemprakan oleh Ana dengan kasar.

"Cepat pergi dong! Selamat menikmati hidup menjadi gembel!" girang Ana, gadis yang umurnya tak jauh berbeda dengan Arabella.

Arabella menjulurkan tangannya pada sang Paman yang kini juga sudah berlinang air mata. "Maafkan Paman Bella, maafkan Paman." Lirih Usman menangis sesenggukan, ia sungguh merasa bersalah karena tak dapat melakukan apa-apa untuk Bella, keadaannya sekarang sungguh tak berdaya.

"Tidak apa-apa Paman, Bella pamit pergi, jaga diri Paman baik-baik ya, " Gadis itu berusaha tegar di depan sang paman, ia tak ingin Pamannya itu tersiksa karena dirinya. Setelah berpamitan pada sang aman, Arabella muai melangkahkan kakinya pergi dari perkarangan rumah sederhana itu.

"Bye calon gembel, eh maksudnya gembel." Ledek Ana sembari cekikikkan tertawa. Begitupun dengan Alina yang juga ikut tetawa mengejek. Ibu dan Anak itu benar-benar kejam tak berperasaan, keduanya sengaja memfitnah Arabella hanya untuk mengusir gadis belia itu.

***

Arabella terus melangkah dengan membawa tas berisi baju-bajunya, gadis belia itu menapaki jalanan dengan air mata yang terus mengalir.

'Tuhan , ke mana Bella harus melangkah?' lirhnya di dalam hati , saat ini ia tidak tau harus pergi kemana, karena ia tak memiliki siapa pun selain Pamannya, Usman.

Arabella adalah gadis belia yang masih berusia delapan belas tahun, ia di tinggal oleh kedua orang tuanya di saat ia masih berusia lima tahun, dan sejak kepergian orang tuanya itu lah, Arabella di besarkan oleh Paman dan Tantenya. Alina sendiri sebelumnya tidak seperti ini, mungkin karena Usman yang masih sehat membuatnya takut jika berulah. Semuanya seketika berubah setelah kejadian naas menimpa sang Paman. Semenjak Usman lumpuh, Alina menjadi semena-mena terhadap Arabella, bahkan sekolah Arabella terpakasa terhenti karena sang Tante yang tak mau mebiayainya lagi.

Sang Paman, Usman sering kali membela Arabella, namun semenjak kelumpuhannya itu, keberadaan Usman seakan tak di anggap oleh Alina, wanita itu tak mendengarkan perkataan sang suami.

Hingga tiba hari ini, Arabella di fitnah mencuri cincin emas milik Ana, padahal Ana sendirilah yang sengaja menaruhnya di dalam kamar Bella hanya untuk mefitnah. Dan terjadilah seperti saat ini, Arabella harus angkat kaki dari rumah itu akibat fitnahan yang telah di rencanakan oleh Anak dan Ibu itu.

Hari mulai gelap, matahari mulai menyembunyikan dirinya, membuat keadaan yang tadinya terang perlahan meredup. Sementara gadis cantik , dengan postur tubuh yang ideal itu masih setia menyusuri jalan tanpa arah tujuan. Arabella terlahir dengan keadaan fisik yang sempurna, ia berparas cantik dengan badan yang begitu indah, hal itulah membuat Ana iri hati pada Bella, karena fisik Bella yang jauh lebih unggul darinya.

Bruk! Sepertinya saat ini nasibnya benar-benar buruk , anggap saja dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya. Lihat saja sudah di usir sekarang malah terjatuh.

'Hiks ... Tuhan, apa salah Bella? Kenapa Bella mendapatkan kehidupan yang begitu kejam?' lirihnya, baru saja ia hendak bangkit, sandal jepit yang ia gunakan sebagai alas untuk menapaki jalan yang begitu pajang itu, malah putus, dan terpaksa ia harus berjalan tanpa alas kaki. Lengkap sudah penderitaan Arabella bukan? Padahal usianya masih sangat muda, tapi hidup yang di jalaninya bukan lah takaran untuk usianya, itu menutnya, namun apa daya? Ingin protes kemana? Pada Tuhan? Sudah, hal itu selalu ia lakukan di setiap malamnya. Selalu berkeluh kesah mengenai hidupnya yang sangat menyedihkan.

Arabella kembali melanjutkan langkahnya yang tanpa alas, menyusuri jalan yang mulai gelap, bahkan sekarang malah turun hujan, membuat Arabella kelabakan mencari tempat untuk berteduh, hingga matanya menangkap sebuah toko yang telah tutup setengah pintunya, ia pun memutuskan untuk berteduh di sana, dengan cepat ia berlari kearah toko itu. Namun baru ia sampai, suara menggelegar menghentikannya."Heh! Pergi pergi sana! Toko saya bukan tempat untuk berteduh." Usir pemilik toko yang tiba-tba keluar.

Dan dengan berat hati Bella kembali menerobos hujan yang begitu lebat, meskipun badannya sudah terasa membeku, akibat hujan yang tak juga berhenti, namun Arabella tetap melangkahkan kakinya terus, meskipun ia sendiri tidak tahu kemana ia akan melangkah.

Di bawah guyuran air hujan, air mata gadis itu ikut membasahi pipinya. 'Hiks ..' badannya bergetar menangis terisak meratapi keadaanya saat ini.

'Tuhan Bella capek, boleh tidak jemput saja Bella, agar Bella bertemu Ayah dan Ibu, Bella lelah seperti ini Tuhan.' lirihnya pandangannya mulai menggelap dan...

Bruk!

Tubuh lemahnya ambruk tak sadarkan diri. Sialnya ia terjatuh pingsan ketika hendak menyeberang jalan, hingga saat ini posisinya tergeletak di tengah jalan, beruntung keadaan hujan membuat jalan sepi.

*

Ciiiit!

"Rigel! Kau ingin membawa ku mati!" hardik lelaki tampan, bak aktor china yang kini duduk di bangku belakang mobil mewah.

"Vi, ada orang pingan di tengah jalan!'' histeris lelaki yang di panggil Rigel itu.

"Ck! Mengganggu saja."

Lelaki yang menyetir mobil itu pun mengambil payung bersiap untuk keluar.

"Eh mau kemana!?"

"Ya bantu orang itu lah, kau ini tidak punya hati sekali, membiarkan wanita cantik itu tergelatak sendiri di tengah jalan dalam keadaan hujan begini." Rigel tetap keluar dengan payungnya, dan berlari menghampiri tubuh Bella yang tak sadarkan diri.

"Mbak, Mbak, masih hidup kan?" tanya Rigel mencoba menyadarkan Bella.

"Astaga ni orang pingsan apa mati sih? mana cakep bener dah, tapi ni orang waras apa orang gila yak?" heran Rigel melihat penampilan Bella yang amburadul, di tambah kakinya yang tak memakai alas.Namun mata Rigel terpaku ke bagian Dada Bella yang nerawang akibat baju basahnya.

Glek!

'Buset gede banget.' Namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya mengusir pikiran kotornya itu.

"Woi! Cepat!" teriak Xavier lelaki berdarah China itu ikut turun dengan payung di tangannya.

"Vie, bantu bawa ni cewek ke mobil, kasihan cuy."

"Ck! Merepotkan!" decak lelaki yang memiliki wajah tampan bak actor itu. Keduanya mengangkat tubuh Bella dengan susah payah bahkan keduanya harus melepaskan payung masing-masing, hingga kini tubuh keduanya pun ikut basah.

***

"Sekarang mau kau bawa ke mana?"

"Ya kerumah sakit lah, kasihan banget cuy, mana cakep banget lagi." Sahut Rigel, sesekali melirik ke arah belakang di mana Bella masih tak sadarkan diri.

Tak seberapa mobil mewah itu telah tiba di depan gedung rumah sakit, keduanya kembali mengangkat tubuh tak sadarkan Bella, dan mebawanya masuk ke dalam gedung rumah sakit itu. Dan Bella pun kini sedang di tangani oleh para Dokter.

Drrrt! Lelaki berwajah tampan, itu langsung merogoh saku celananya, "Halo Boy, kenapa hm?" sahutnya dengan suara yang lembut.

"Daddy kapan puyang? Boy dali tadi cudah tunggu Daddy." Ucap bocah lelaki cadel di seberang telepon sana.

"Sabar Son, Daddy sedang di rumah sakit, sebentar lagi Dddy pulang."

"Huh! menyebalkan!"

Tut!

Xavier hanya bisa menghembuskan nafas berat dan kembali menyimpan ponselnya. Lelaki itu adalah Xavier Andara Yin Yue, lelaki muda dan sukses merupakan direktur utama hotel bintang lima, jika kalian mengiranya lelaki yang sudah beristri? Jawabannya salah, ia lelaki lajang namun sudah memiliki seorang anak lelaki, bukan anak kandungnya lebih tepatanya keponakan.

Bocah lelaki yang tadi menelponnya adalah Boy Andara Yin Yue anak dari sang Kakak yang meninggal di saat usia bocah itu baru satu tahun, sebuah kecelakaan maut merenggut nyawa sang Kakak dan Kakak iparnya, alhasil sekarang ia lah yang menjadi Ayah bagi bocah lelaki itu.

"Boy yang nelpon?" tanya Rigel, Rigel sendiri adalah sahabat sekaligus asistennya di perusahaan.

"Hm, biasa dia sudah nunggu di rumah."

"Permisi, apa di sini ada keluarganya?" tanya Dokter yang baru keluar dri ruang UGD.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Byygirl

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku