Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
Siapa yang tidak bangga melihat laki-laki berusia 25 tahun sudah mahir dalam menjaga anak kecil, bahkan sudah merawat anak kecil tersebut seperti anaknya sendiri, siapa lagi kalau bukan ARGA PATTINSON.
Rutinitas setiap harinya setelah pulang dari kantor adalah menjaga VERO PATTINSON, walaupun di rumah sudah ada baby sitter tetapi ia tidak sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab, untuk mengurus sang adik kepada si pengasuh.
Beruntung sekali mereka berdua masih mempunyai oma, yang bisa dimintai tolong untuk gantian menjaga Vero. Jangan tanyakan di mana ke dua orang tua mereka, yang jelas mereka tidak ada di Indonesia dan tidak tinggal satu rumah dengan ke dua anak laki-laki tersebut.
"Vero, jangan lari-larian. Nanti kamu jatuh," tegur oma.
"Wahhh mobilnya bisa lari hahaha," girang Vero.
"Mana ada mobil lari? Itu kan pakai remot sayang." Oma terkekeh menggelengkan kepalanya.
Padahal si pengasuh yang mengendalikan remote control, tapi Vero tetap menganggap bahwa mobil miliknya bisa lari sendiri. Hari-hari di rumah terasa begitu ramai karena suara teriakan Vero, bocah yang baru menginjak usia lima tahun tersebut begitu lengket dengan sang nenek, karena sudah seperti mamanya sendiri sedangkan sang kakak sudah seperti papanya sendiri.
"Papa, ke mana?" tanya Vero.
"Hm kenapa kamu masih saja memanggil kakakmu itu dengan nama, Papa? Coba panggil namanya dengan benar, kak Arga. Ayok kamu pasti bisa panggil, kak Arga." Sang oma mengajari cucunya cara mengucapkan kata demi kata dengan benar.
"Papa, Arga hahaha."
Siapa yang tidak gemas melihat tingkah lucu anak bungsu dari keluarga Pattinson, namun sayangnya dibalik tawa rianya si kecil terselip rasa sedih yang dirasakan oleh sang oma.
"Mereka pasti akan menyesal, karena sudah melewatkan momen tumbuh kembangnya, Vero," batin sang oma.
"Papa, belum pulang?" tanya Vero.
"Papa, jam segini masih ada di kantor. Mungkin sebentar lagi dia akan pulang, memangnya kamu mau dibawain apa?" tanya sang oma.
"Aku mau makan ice cream, aku ingin makan es krim yang banyak hehe," pinta Vero.
"Eh ingat apa kata kak Arga, kamu tidak boleh makan terlalu banyak es krim nanti gigi kamu bisa bolong," nasihat oma.
"Aihh peliittttttt." kalau lagi ngambek suka sekali mengerucutkan bibirnya serta bersidekap di depan dada.
Sang oma sudah sering sekali mengajari cucunya, untuk memanggil Arga dengan sebutan kakak. Tapi si kecil tetap saja memanggil sang kakak dengan sebutan papa, namun hal tersebut tidak membuat Arga keberatan selama ini.
Dari bayi memang hanya Arga yang dilihatnya sebagai sosok seorang ayah, yang selalu ada untuknya di manapun dan kapanpun. Arga awalnya keberatan, saat orang tuanya memutuskan untuk tinggal di luar negeri dan meninggalkan yang saat itu masih bayi. Tapi keputusan papanya sudah bulat, demi menyelamatkan pernikahan mereka akhirnya terpaksa meninggalkan si bayi untuk dirawat oleh sang oma.
Semenjak saat itu Arga sudah bodo amat, kalau orang tuanya mau mengakui Vero sebagai anak atau tidak. Walaupun Arga sudah mengetahui permasalahan yang terjadi di antara orang tuanya di masa lalu, namun tak seharusnya mereka membenci si kecil yang tidak tahu apapun tentang permasalahan orang dewasa.
"Veroooo, aku pulang."
"Vero? Heiii kok enggak ada suaranya?" heran Arga begitu memasuki rumah, suasana di ruang tengah begitu sepi padahal ada beberapa orang di sana.
"Vero, kamu kenapa?" tanya Arga yang melihat adik kesayangannya duduk di pojokan sembari bersidekap di depan dada.