Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Ghost Writer

Ghost Writer

Nandiito

5.0
Komentar
738
Penayangan
80
Bab

Berkisah tentang Kehidupan dan liku-liku cinta kehidupan para kaum urban di tengah masyarakat dan adanya fenomena Ghost Writer yang sering terjadi di kehidupan masyarakat. Di mana, seorang penulis yang tidak berbakat meminta bantuan kepada seorang penulis berbakat sebagai seorang Ghost Writer . Hal inilah yang di alami oleh Cassandra yang kemampuan menulisnya telah di manfaatkan oleh Ayu seorang klien terlama yang di miliki oleh Cassandra. Menariknya lagi ini juga akan menceritakan perjuangan editor yang merupakan teman Cassandra yang mengetahui bakat ke penulisannya yang ingin Cassandra bisa sukses menulis ceritanya sendiri tanpa harus bergantung pada kliennya.

Bab 1 Rutinitas Seorang Ghost Writer

Seorang wanita sedang berkutat di depan komputernya menulis sebuah novel untuk seorang klien yang memintanya untuk segera menyelesaikan bab hari ini. Wanita cantik yang memakai kacamata itu bernama Cassandra atau biasa dipanggil dengan sebutan Sandra. Pekerjaannya adalah sebagai seorang ghost writer yang menulis untuk penulis lain yang juga sering membayar jasanya untuk semua tulisannya siang dan malam setiap hari. Lumayan setiap tulisannya dibayar untuk keperluan hidupnya walaupun tulisan yang dia tulis itu adalah milik orang lain.

"Bisa di percepat sedikit enggak, tulisannya. Lama banget, sih," ujar seorang dibalik bilik telepon yang baru saja diangkatnya yang ternyata adalah Kimi Meow. Nama pena dari kliennya, Ayu.

Cassandra tak ambil pusing. Matanya terus berada di layar laptopnya dan terus mengetik kata demi kata yang mengalir di pikirannya. Di seberang sana Ayu tampak mendengus kesal karena Cassandra sama sekali tak menggubris panggilannya.

"Hei! Di telepon malah diam! Apakah tulisan untuk bab hari ini sudah kami tulis belum?" Ayu tampak marah di seberang sana.

Cassandra lagi-lagi hanya diam, ia masih sibuk merangkai satu demi kata menjadi sebuah cerita yang utuh apalagi menulis itu butuh konsentrasi yang banyak agar tulisannya menjadi tidak kacau balau. "Ayu, maaf. Sepertinya kamu menghubungiku di jam yang kurang tepat, aku masih menulis babmu hari ini," ucap wanita itu masih di depan laptopnya.

"Dasar enggak berguna, memang baru berapa kata kamu tulisnya, Sih?" tanya Ayu sambil gigit jari.

Cassandra hanya mendengus biasa saja. Cassandra memang terbiasa mengalami hal seperti ini. Dimarahi oleh kliennya sendiri karena terkadang telat mengirim tulisannya ke mereka untuk segera di review. Para kliennya tidak tahu betapa sulitnya ia menulis dan memikirkan sebuah cerita serta merangkai semua kata menjadi paragraf. Mereka hanya bisa mendapatkan hasil jadinya, sekaligus mencerca karena terkadang ada typo yang bertebaran di sana.

"Sabar sedikit lagi, ya, Ayu. Baru juga 500 kata yang aku tulis, ini ."

Cassandra menjawab dengan santai sambil memperbaiki kacamatanya itu.

"Cepat sekarang! Hari ini aku dapat surat cinta dari editorku, ini. Aku secepatnya harus mengirim episode baruku di platform Perfect Writer, ini. Aku enggak mau tahu kalau aku tak mendapat penghasilanku bulan ini dan tak mendapat bonus juga. Aku tak akan membayarmu, walau di rekeningku masih ada sisa pendapatan dari bulan lalu," jelas wanita itu seenak jidatnya.

Cassandra melirik ke arah jam dinding kamarnya, sambil menyipitkan matanya untuk melihat arah jarum jam. "Anu, sepertinya aku akan menulis tiga bab sekaligus untuk menebus kesalahanku karena tulisanku yang harus kamu up di novelmu telat.

"Kamu baru sadar, ya!" Ayu tersenyum menyeringai dibalik telepon. "Bagus kalau hari ini kamu mau menulis tiga bab sekaligus di novelku. Tapi ingat jangan sampai terlambat lagi. Yang ada, nanti para pembacaku malah protes meminta bab

Cassandra berdehem, " baiklah akan aku lakukan dengan senang hati tanpa mengeluh sedikit pun," ujar Cassandra kemudian melanjutkan kata-katanya. "Anu, jadi apakah kamu bisa membayarku tiga kali lipat dari crazy up ini?"

"Membayar kamu karena crazy up?"

"Ya, hari ini aku butuh uang yang cukup, sepertinya aku terkena insomnia setelah kau berjanji pada pembacamu untuk 50 episode dalam sehari untuk peringatan novelmu yang kelima," tawar Cassandra.

"Oh ... Jadi kamu butuh bayaran lebih, ya. Apakah aku harus membayarmu untuk ini?"

"Y-y-ya."

"Apa kamu memerasku? Lagi pula itu kan sudah kewajibanmu untuk menjadi ghost writer, lagi pula 20% pendapatanku kan sudah kuberikan kepadamu sebagai gaji," cibir Ayu memarahi Cassandra yang ingin meminta bayaran lebih.

"Tapi ...."

"Tidak ada kata tapi untukmu Cassandra, ini karyaku bukan karyamu!" bentak Ayu kepada Cassandra dengan percaya dirinya tak tahu malu.

"Ya sudah , aku tak akan meminta bayaran lebih untuk ini. Sebaiknya kamu menutup teleponmu sekarang juga. Lagi pula aku juga sekarang aku harus menulis untuk novelmu ini kan. Sudah dulu, ya, aku akan melanjutkan tulisanku untuk novelmu sekarang juga.

Cassandra pun langsung menutup teleponnya dan kembali melanjutkan tulisan novel Ayu di depan komputernya.

"Cassandra, apakah kamu tidak capai dengan pekerjaanmu ini, sayang," ucap ibu Lina yang tiba-tiba datang dari belakang anaknya.

Cassandra menoleh kepada ibunya dan tersenyum. "Enggak Bu, justru aku sangat menikmati pekerjaanku ini."

"Apakah kamu tidak capai menjadi penulis bagi orang lain. Kamu itu berbakat, Cassandra. Kenapa tidak menulis sebuah novel untuk dirimu sendiri? Siapa tahu tulisanmu akan meledak di pasaran," ucap ibunya memberi semangat kepada Cassandra.

"Aku enggak percaya diri dengan tulisanku sendiri, Bu."

"Enggak percaya diri? Enggak percaya diri bagaimana maksudnya?"

"Aku lebih nyaman menjadi seorang ghost writer, Bu dan belum saatnya aku menulis novel sendiri. Aku merasa jika tulisanku ini masih kurang dan aku belum siap melakukannya. Aku akan menjadi seorang ghost writer seumur hidupku."

Cassandra pun melanjutkan tulisannya di komputer miliknya dan tak mau menggubris pertanyaan yang akan dilontarkan ibunya kepadanya.

"Cassandra apa yang ibu bicarakan ini benar adanya, apakah kamu mau bergantung nasibmu sebagai seorang ghost writer yang bayarannya tidak seberapa itu. Lagi pula itu pada akhirnya akan menjadi pekerjaan yang membuatmu menjadi gila karena kamu harus membuat cerita yang kamu tulis untuk orang lain. akan lebih baik jika kamu menulis novel di sebuah platform untuk dirimu sendiri sekaligus mendapatkan penghasilan yang jauh lebih layak dari ghost writer.

"Cukup ibu! Cukup! Hentikan ocehan ibu sekarang juga! Aku benci jika ibu harus mengoceh kepadaku tentang hal ini!" bentak Cassandra sambil membanting tangannya ke atas meja.

Sesaat kemudian, Cassandra mengambil laptopnya dan langsung bergegas dari meja makannya kemudian beranjak pergi ke kamarnya untuk melanjutkan tulisannya supaya tidak diganggu oleh ibunya lagi.

***

Cassandra berhasil mengirim semua bab ceritanya yang sudah dituliskan kepada Ayu bersama dengan sakit kepala yang menggerogoti kepalanya secara tiba-tiba yang entah kenapa muncul tanpa ada peringatan sedikit pun. Ia pun menundukkan kepalanya di atas meja dan ingin segera melepaskan penatnya hari ini. Tiba-tiba, sebuah ponselnya berdering di atas mejanya. Menambah sakit kepala yang semakin lama semakin berdenyut. Cassandra pun mengambil ponselnya dan melihat sebuah panggilan video yang ternyata berasal dari temannya yang tampaknya akan segera memberikan kabar baik.

"Selamat malam, temanku tersayang."

Seorang wanita membuka percakapannya dengan riang gembira kepadanya dirinya yang menghubunginya di saat yang tidak tepat. Wanita yang baru saja berbicara di teleponnya itu adalah Laura. Teman kuliah Cassandra yang sekarang bekerja sebagai seorang editor di perfect writer.

"Kenapa kamu menghubungiku di saat seperti ini, sih dan kenapa kamu juga kamu memakai kacamata yang mirip sekali dengan modelku?" Cassandra pun menopang dagunya di atas mejanya dengan perasaan sedikit marah. Tapi, bukan Laura namanya jika dia menghubungi Cassandra untuk memberikan sebuah kabar atau informasi yang sangat penting

"Sepertinya aku menghubungimu di saat yang tidak tepat. jadi, sepertinya aku akan menutup panggilan ini dan membiarkanmu untuk bisa beristirahat."

Cassandra seketika tersentak kaget dan dengan semangatnya langsung duduk di kursi dengan manis sambil memberikan senyum terbaik kepada Laura.

"Informasi baru apa yang akan kamu berikan kepadaku, La?" tanya Cassandra kepada Laura berharap akan ada sebuah keajaiban.

"Jadi begini, kemarin perfect writer baru saja mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan I Need Writer musim ke-2 dan hadiahnya gede banget, tahu."

Cassandra mengertakkan giginya sekaligus mendengus kesal mendengar hal ini. "Oh, jadi ini informasi yang kamu berikan kepadaku!" ujar Cassandra dengan nada kesal.

"Bukankah ini sebuah kesempatan yang bagus untukmu. Untuk menunjukkan kepada dunia betapa hebatnya dirimu," ucap Laura memberi semangat kepada Cassandra.

Cassandra mengupil di depan layar ponselnya. "Tidak, sepertinya aku tidak tertarik mengikuti ini. Membosankan."

"Kenapa kau tidak tertarik, Cassandra?

"Tidak tertarik saja. Hanya saja aku nyaman dengan pekerjaanku, sebuah mata pencaharian yang sudah aku kerjakan selama 5 tahun."

"Menjadi seorang ghost writer, astaga. Kau tak perlu melakukan hal ini terus, San," ucap Laura.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku