Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Regina's POV
Mike...." panggilku saat dia melintas di depanku bersama segerombolan temannya. Mereka serempak berhenti dan menoleh padaku.
"Siapa kamu?"tanya Michael seraya memberikan tatapan penuh selidik ke arahku.
"Oh... aku anak kelas 1-b. Namaku Regina Larasati. Aku manggil kamu... untuk ngasih kamu ini,"jawabku sambil menyodorkan bingkisan berwarna merah padanya. Tapi alih-alih menerima bingkisan tersebut, dia malah memandangiku dari bawah sampai ke atas, seraya berkata,"Apa ini?"
Ditatap seperti itu, aku jadi gelagapan."Ini... cok...lat valentine."
"Aku tau ini coklat! Tapi kenapa kau ngasih ke aku?" Tampaknya dia mulai tak sabaran.
"A...ku suka sama kamu. Kamu mau jadi pacarku?"jawabku cepat-cepat. Selesai mengatakan itu rasanya wajahku panas sekali saking malunya. Ini pertama kalinya aku melakukan tindakan seberani ini. Kalau nggak gara-gara desakan teman-teman, aku nggak akan mungkin mau.
"Apa? Ulangi sekali lagi! Jangan-jangan aku salah dengar."
"Aku... suka kamu!"ulangku sambil lebih mendekatkan bingkisan itu ke arahnya.
"Hahahahahaha...... aduh perutku sampai sakit." Dia tertawa. Aku nggak menyangka dia akan tertawa. Tidak hanya dia, tapi juga teman-teman satu kelompoknya dan beberapa cewek yang melintas di tempat itu.
"Ke...napa tertawa? Ada yang salah dengan perkataanku?" Perasaanku mulai nggak enak.
"Hahahaha... gimana aku nggak tertawa, orang lucu banget gitu! Coba kamu pikir, pasteskah manusia tampan seperti aku ini, pacaran dengan... GAJAH seperti kamu? Nggak masuk akal kan?"cetusnya sambil menunjuk ke badanku yang gemuk. Mendengar itu, aku merasa bagaikan di tampar. Sakit sekali. Sayang rasa sakitnya tidak meradang di pipiku, tapi di hatiku.
"Tapi..."Bingkisan yang ku pegang mulai bergoyang-goyang, akibat dari tanganku yang gemetaran.
"Nggak usah tapi.. tapi.. Lebih baik kamu introspeksi diri dulu deh sana!"perintahnya sambil memimpin teman-temannya beranjak pergi dariku.
Cinta pertama. Ungkapan hati pertama. Hasilnya... hinaan dan patah hati.
***
Sepuluh tahun kemudian
"Gina... uda jam berapa ini? Ayo cepat sarapan! Nanti kamu terlambat kerja lho!"teriak mamaku dari luar.
"Iya ma... aku uda selesai kok,"jawabku seraya menghambur keluar dari kamar.
"Kamu ini hari pertama bekerja, kok malah bangun telat sih?"
"Aduh... gara-gara nonton drakor tuh tadi malam... sampai lupa aku hari ini harus bagun pagi,"seruku sambil menyendokkan nasi goreng cepat-cepat ke dalam mulutku. Saking cepatnya aku sampai hampir mati tersedak.
"Makanya... pelan-pelan kalau makan! Nih minum dulu!"
Setelah meneguk minumanku banyak-banyak, aku membereskan alat makanku dan membawanya ke tempat cuci piring.
"Lho, uda selesai? Kok dikit banget makannya?"
"Takut telat. Pergi dulu ya, ma!" Aku mencium pipi mamaku sekilas dan berlari menuju sepeda motorku.