Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Suamiku Ternyata Bos Besar

Suamiku Ternyata Bos Besar

Author Rara

5.0
Komentar
873
Penayangan
3
Bab

Imas di kenalkan dengan laki-laki pedagang ikan cupang, dia adalah Abyasa. Perkenalan ini karena Kakak tirinya, Sandra ingin menjodohkannya. Tapi, tujuannya itu agar hidup Imas menderita. Karena ekonomi mereka serba kekurangan, Sandra tidak akan memperkenalkan Imas dengan laki-laki mapan dan kaya. Apakah Imas menerima perjodohan dari Sandra? Dan setujukah Abyasa di jodohkan?

Bab 1 Jodoh Pilihan Kakak Tiri

"Ikan cupang! Ikan cupang seribuan!" Seorang pria berteriak mempromosikan jualan ikan cupang kelilingnya. Di tengah teriknya matahari siang, ia tetap bekerja dan tidak mengeluh lelah. Ia terpaksa berjualan sendiri dan jauh dari lingkungan keluarga dan rumahnya. Ia ingin menghindar sejenak.

"Pak, aku beli ikan cupangnya dua ya?" Seorang anak kecil laki-laki menghampiri Abyasa, ia menyodorkan uang 5 ribu kepada Abyasa.

Abyasa mengangguk. "Kamu mau pilih warna yang mana?" Ia bertanya dengan sebuah senyuman. Selain menyenangkan anak kecil yang selalu membeli dagangannya, ia harus bersikap ramah dan periang.

"Warna merah aja om," jari mungilnya menunjuk ikan cupang berwarna merah.

Abyasa memindahkannya ke dalam plastik dan memberikannya pada anak kecil itu. "Ini, jadi kembaliannya 4 ribu yah," Abyasa memberikan 2 uang 2 ribu rupiah.

"Terima kasih ya," Abyasa merasa senang, walaupun dagangannya baru laku satu, ia tetap bersyukur. Ini adalah perkembangan baik.

"Nanti, kalau aku mau beli ikan cupang, aku bakal rekomendasiiin beli disini aja," ucap anak kecil itu dengan riang.

'Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan se-sederhana ini,' batin Abyasa dalam suara hatinya.

Abyasa kembali melanjutkan berdagang keliling di sekitar kampung. Pasti ada banyak anak kecil lain.

Sedangkan di sebuah rumah kontrakan, suara seorang wanita yang menggema di seluruh sudut ruangan itu membuat siapapun akan ketakutan saat mendengarnya.

Tapi, wanita yang teduduk lesu dengan mata yang basah karena menangis, ia sama sekali tidak takut dengan kemarahan kakak tirinya, Sandra.

"Kamu kalau gak nikah-nikah jadi beban kakak! Dan kakak capek Imas! Sampai kapan kakak harus memberimu uang dan memasakkanmu makanan? Kamu coba deh mandiri sedikit aja!" Sandra berkata dengan gemas bercampur kesal.

"Kamu itu perempuan, jangan males-malesan. Cari kerja sana-sini dong. Jangan mengandalkan kakak terus," kesabaran Sandra sudah habis. Ia sangat membenci Imas sejak ibu kandungnya meninggal bersama ayah Imas saat insiden tabrakan bis yang masuk ke dalam jurang. Sejak itu, Imas menjadi tanggung jawabnya. Imas masih muda berusia 20 tahun, tapi Imas tidak mencari pekerjaan dan hanya bersantai di rumah.

Imas menghapus jejak air matanya. Dengan suara sesenggukan ia berkata. "Aku sudah melamar sana-sini. Tapi hasilnya nihil. Kakak pikir melamar kerja itu gampang? Dan langsung dapat pekerjaan begitu, huh?" Imas juga emosi, ia lelah dengan fakta kehidupan memasuki dewasa. Ternyata se-pahit ini.

"Ya terserah kamu, melamar kemana. Gunanya ijazah kamu apa? Jadi pajangan di lemari?"

"Ijazahku beda kak! Ijazahku beda sama kakak!" Teriak Imas meluapkan amarahnya. Ia hanyalah lulusan SMP, sedangkan Sandra D3 akuntansi. Jelas sangat ada perbandingan siapa yang lebih mudah mendapatkan pekerjaan.

Dan Imas bukannya tidak mau meneruskan pendidikan SMA, ia saat itu sudah kelas 2 SMA hanya saja setelah ayah dan ibu tirinya meninggal, Sandra memintanya berhenti sekolah karena biaya sekolahnya terbilang cukup mahal. Sandra tidak sanggup membayarnya. Tapi, anehnya Sandra mampu membeli ponsel lipat keluaran terbaru.

"Kamu ini ya, malah ngeluh sama kakak. Kamu kalau cari kerja jangan pilih-pilih lowongan. Kamu gak tau susahnya cari kerja gimana zaman sekarang," Sandra menuding Imas, adik tirinya itu tidak mau berusaha dan langsung merasa putus asa.

"Kalau kamu gak mau cari kerja, kakak bakal jodohin kamu sama pedagang ikan cupang di gang desa ini. Biarlah kamu di nafkahi sama dia dan hidup kamu makin sengsara," bibir Sandra tersenyum menyeringai, karena Imas tidak mau mendengarkan dan menurut, lebih baik ia nikahkan Imas daripada membuatnya menambahi beban.

Imas menggeleng. "Aku gak mau di jodohin. Aku gak mau, kak. Aku gak kenal siapa dia. Lagipula dia kan sudah tua. Masa iya, aku punya suami yang jarak umurnya jauh sama umurku?" Imas menolaknya mentah-mentah. Umurnya masih muda, 20 tahun. Ia ingin merasakan masa mudanya dulu sebelum ke masa dewasa dan menjadi ibu rumah tangga. Ia tidak mau gegabah mengambil keputusan, apalagi menikah.

"Kamu jangan nolak. Udah bagus kakak jodohin kamu biar ada yang tanggung jawab masalah keuangan. Terima kasihlah sama kakakmu ini."

"Kamu, disini aja. Kakak akan bawa dia kesini," Sandra menetap Imas tajam, ia akan mengunci pintunya agar Imas tidak bisa kabur.

Selesai mengunci, Sandra tersenyum puas. Akhirnya sebentar lagi hidupnya bebas tanpa Imas. Ia tidak akan punya tanggungan lagi.

Dan Imas akan jadi tanggung jawab pedagang ikan cupang.

Sedangkan di dalam rumah, Imas hanya melamun. Ia sudah lelah menangis.

"Ibu, ayah. Aku kangen. Kenapa kalian pergi ninggalin aku sendirian?" Bisik Imas lirih. Ia sangat merindukan kedua orang tuanya. Tapi tidak dengan ibunya Sandra. Karena ayahnya saat itu lebih memilih Karisna yang cantik dan pandai merawat diri di bandingkan Larasati.

"Aku belum siap nikah. Aku gak siap," Imas menggeleng, ia memeluk kedua lututnya.

Yang di takutkan Imas setelah menikah adalah, ia di perlakukan kasar lagi seperti Sandra.

"Imas! Ini dia calon suami kamu," suara teriakan Sandra itu membuat Imas segera menghapus air matanya.

Imas menoleh, Sandra baru saja datang dengan membawa seorang pria dengan pakaian sedikit lusuh dan topi putih yang sepertinya jarang di cuci.

"Calon suami?" Imas masih tak mengerti. Ia jarang keluar rumah, jadi ia tidak tau rupa wajah pedagang ikan cupang.

Sandra mengangguk antusias. "Ya, dia mau nikahin kamu. Ya kan? Yas?"

Dan tidak semua orang tau nama asli Abyasa, bahkan nama panggilan saja ia singkat 'Yas' agar orang-orang tidak tau siapa dirinya. Abyasa sengaja menyembunyikan siapa dirinya yang sebenarnya. Untuk berjaga-jaga saja kalau sampai bodyguard suruhan dari keluarganya menemukan keberadaannya.

Abyasa mengangguk. Dan alasannya menerima perjodohan tiba-tiba ini agar saat ia kembali ke rumah tidak di introgasi pertanyaan mengembalikan hutang perusahaan yang harus ia bayar senilai 50 juta rupiah.

"Lebih baik aku tidak menikah," Imas berkata dengan tegas. Ia tidak tau siapa laki-laki itu. Mengenal saja tidak.

Sandra mendekati Imas, langkahnya yang santai membuat Imas mundur hingga punggungnya membentur tembok.

"Kamu nolak pilihan kakak? Hmm ... tapi kamu harus kerja jadi LC dan nurut apa kata teman-teman kakak, gimana?" Dan Sandra sengaja memberikan pilihan sulit, Imas juga membenci profesi menyanyi seperti di warung-warung kopi. Imas anti bergaul dengan laki-laki, katanya takut di lecehkan.

Imas menggeleng cepat. "Aku gak mau jadi LC," di kepala Imas seketika ada bayang-bayang saat ia bernyanyi di warung kopi kemudian mendapatkan saweran dan sentuhan nakal dari laki-laki hidung belang. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya merinding.

"Yahh, padahal itu kamu bisa langsung kerja. Jadi, gak perlu panas-panasan cari informasi lowongan sana-sini."

"Tapi, tetap aja kak, aku gak mau jadi LC. Aku gak bisa nyanyi," bukan menolak, tapi Imas memang tidak pandai menyanyi.

"Haduhh, ribet banget sih punya adik. Tinggal nikah apa susahnya? Kakak ini merasa terbebani banget ngasih kamu modal uang tiap hari buat fotocopy berkas lamaran pekerjaanmu," lama kelamaan Sandra jengkel dengan Imas yang manja.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku