Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mati Kutu Ketika Mereka Tahu Suamiku Ternyata Sultan

Mati Kutu Ketika Mereka Tahu Suamiku Ternyata Sultan

Siti Lutpiah

5.0
Komentar
1.1K
Penayangan
34
Bab

Di Bilang Burik, miskin dan jelek. Bahkan para tetangga dan saudara sering menyebutnya siluman, karena wajahnya yang hitam bertompel, namun dengan tubuhnya putih, begitu kontras dengan wajah. Istrinya pun bahkan pernah mengira bahwa suaminya memanglah silum@n zebra. Namun semua itu hanyalah penyamaran. Nyatanya saat mereka mengetahuinya. Semua orang langsung MATI KUTU, tak menyangka bahwa pria yang selama ini, mereka hina ternyata seorang Sultan. sang CEO yang menyamar untuk meraih cinta gadis desa Kenapa pria Sultan itu harus menyamar? YANG PENASARAN LANGSUNG BACA SEMUA CERITANYA, DAN JANGAN LUPA SUBSCRIBE KASIH BINTANG 5 TAP LOVE DAN KOMENTAR 🤗

Bab 1 Menikahi pria asing

"Semua orang tahu wajahmu. Bagaimana kau bisa mencari tahu tentang tindak korupsi yang terjadi, di desa Rengganis, Nak? Lagi pula Mama khawatir padamu ..."

"Ma, percayalah pada Adnan. Adnan akan buktikan kecurangan yang terjadi di pabrik dengan hati-hati."

_____

"Aduh nikah kok sama orang miskin, udah miskin tambah miskin deh."

"Mending kalau ganteng, loh ini mukanya sudah burik malah di tambal sama tompel."

"Puspa, kok kamu mau aja sih, di jodohin ibumu sama pria modelan kaya gini?"

"Mas, kalau sudah nikah rajin-rajin mandinya, sekalian gosok itu dakinya, biar ga berkerak, mas sudah berapa hari itu ga mandi, sampai item banget kaya gitu!'

"Halah di mandiin juga bentuknya nga bakalan berubah. Lagian Si Ranti nemu nih g e m b e l ini di mana sih? bisa-bisanya dia jodohin anak perempuannya sama orang ini" ujar Uwa Rosid saudara dari ibu.

Mereka menatap jijik Bang Adnan yang sekarang telah menjadi suamiku. Namun, bang Adnan tetap bersikap tenang, seolah itu adalah sebuah nyanyi di telinganya.

"Cukup, Wa! Jangan hina suamiku lagi," ucapku. Namun, langsung di hadiahkan tepukan tangan oleh para tamu.

Saat ini, kami baru saja melangsungkan acara pernikahan sederhana, yang di saksikan oleh tetangga dan saudara dekat saja.

Namanya Adnan. Pria ber-penampilan sederhana dengan rambut gaya cepmek, kulit hitam serta di pipi kiri terdapat sebuah tompel, yang lumayan cukup besar.

Kami menikah karena di jodohkan. Entah apa alasan ibu menjodohkanku dengan pria ini.

Prok! Prok! Prok!

"Puspa mata kamu rabun, Ya. Suami burik nga jelas asal usulnya kaya gitu, pake segala di belain," umpat Bi Ningsih dengan mulut pedasnya.

Bi Ningsih adalah istri dari Uwa Rosid. Jelas mereka begitu marah dan semakin membenciku, karena mereka telah gagal menjodohkanku, dengan seorang juragan kaya raya yang umurnya sudah kakek-kakek, istrinya pun sudah banyak.

'Parah memang manusia dua ini'

Mending aku nikah sama Bang Adnan. Ya walaupun tampangnya kaya gitu, tapi dia masih muda dan bujangan.

"Mau dia burik, miskin harta atau apapun itu. Sekarang ia adalah suamiku bi, yang wajib aku bela, karena aku sudah menjadi istrinya."

"Puspa, kamu pasti nyesel sudah milih dia, dari pada Jurangan Nasir!"ucap Uwa Rosid.

"Gak lah Wa, aku malah lebih nyesel, kalo nikah sama aki-aki, pilihan Uwa," balasku.

Wajah Uwa Rosid dan Bi Ningsih langsung merah, tangan mereka mengepal dengan kuat.

"Bisa apa sih suamimu ini. Kerjaannya ga jelas, bibit bobot ga jelas juga, sudah untung aku tawarin kamu ke jurang Nasir! Eh malah nolak, malah milih nikah sama pria yang model gemb3l, "ucap bi Ningsih angkuh.

"Bodoh banget emang si Puspa, lebih milih hidup menderita dengan si buruk rupa, dari pada hidup bergelimang harta," timpal Bu Dewi yang memang pro pada Bi Ningsih.

"Bergelimang harta belum tentu bahagia. Bagi saya asalkan hidup itu yang penting tidak minta makan, dan minta-minta uang sama orang lain!"

"Apa kamu bilang?" herdik Bi Ningsih yang merasa tersinggung.

Orang-orang langsung mengkerutkan keningnya, atas tanggapan Bi Ning.

"Kenapa Bi? Bibi tersinggung ya? Bi saran saya dari pada aki-aki itu nganggur, mending si Wulan aja yang di jodohin sama dia, nantikan Bibi bakalan terjamin makan-nya, bahkan kalian bisa hidup makmur,"ucapku tanpa dosa.

"Dasar ponakan l a k n a t. Siapa yang meminta makan pada kalian?" tuding Bi Ningsih.

"Wah ngaku sendiri! padahal aku tidak menuduh Bibi selalu minta makanan padaku loh," ucapku santai.

Semua tetangga yang hadir terlihat terkejut, mendengar ucapanku, mereka tak menyangka bahwa Bibi dan Uwa, yang ternyata sering meminta makan bahkan uang pada kami.

"Benaran itu bu Ning?"tanya Bu Dewi.

Para tamu undangan pun terus menatap wajah Uwa dan Bibi. Wajah mereka begitu merah entah karena malu atau marah.

"Jangan percaya! mana mungkin kami meminta minta pada mereka, merekkan keluarga miskin, justru mereka lah yang sering meminta makan pada kami," ujar Uwa memutar balikan fakta.

Pria paruh baya itu menatap tajam wajahku.

"Jangan fitnah saudaramu sendiri, Pus!" ucap Bu Dewi.

"Kami lebih percaya bu Ning, dari pada ucapan kamu!"

"Aduh, berisik banget sih, suara Kuntilanak!" ucapku sambung menutup daun telinga.

"Siapa yang kamu sebut Kuntilanak?"sengit Bu Dewi.

"Gak tahu, yang jelas suara itu berasal dari mulut orang yang dari tadi nyinyir mulu."

***

"Pasti tubuh suaminya si Puspa, bakalan nga jauh beda sama mukanya," ucap Bi Ningsih.

"Benar paling tubuhnya penuh dengan borok dan kutil," timpal Bu Siti.

"Biarin, asal ga peyot aja kaya muka ibu,"ucapku berani.

Wajah mereka langsung memerah, aku hanya tersenyum.

"PUSPA DI ADA LAWAN."

Cerita ini ada season duanya, yuk baca dengan judul KANG CENDOL TERNYATA MILIARDER.

ADA DI GOODNOVEL JUGA CERITANYA

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Siti Lutpiah

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku