Sopir Itu Suamiku (Suamiku Sopir Yang Ternyata Kaya)

Sopir Itu Suamiku (Suamiku Sopir Yang Ternyata Kaya)

Susan Susanti

5.0
Komentar
3.3K
Penayangan
22
Bab

Ahmad Jaelani, seorang pria yang dikenal sebagai sopir pribadi seorang CEO. Terpaksa menikahi putri dari atasannya yang telah berbadan dua yang adalah seorang desainer terkenal, karena pekerjaannya, dia selalu diremehkan orang terutama istrinya dan mantan kekasih sang istri yang bernama Brian. Namun, tidak ada yang menduga ketika jati dirinya terungkap. Saat sang Ayah muncul dalam kehidupannya, hidupnya pun mulai berubah. Siapa sebenarnya Ahmad? Dan, akankah tumbuh benih-benih cinta dalam pernikahannya dengan Mona?

Bab 1 Sah

Bab 1. Sah

"Saya terima nikah dan kawinnya Monalisa Permana binti Andi Permana dengan mas kawin tersebut tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Saaaah!" jawab tamu undangan serempak.

Mereka menjadi saksi pernikahan seorang desainer muda berbakat, Monalisa Permana dengan seorang pria sederhana Ahmad Jaelani. Sepasang pengantin itu tampak tak bahagia akan pernikahan yang baru saja terjadi.

Monalisa dengan keahliannya sukses memiliki beberapa butik dalam kurun waktu beberapa tahun, sedangkan Ahmad adalah sopir pribadi ayahnya sekaligus asisten pribadi di kantor YP Grup milik Pak Andi Permana.

Sangat berbanding terbalik dengan Mona. Mereka terpaksa menikah karena Mona sudah berbadan dua, sedangkan sang kekasih Brian, lari dari tanggung jawab.

Jadi Ayah Mona, Andi Permana memohon pada Ahmad agar mau menikahi putri semata wayangnya. Dan disinilah mereka sekarang, di pelaminan yang seharusnya menjadi tempat Brian dan Mona. Tapi sampai menit terakhir, Brian tak kunjung datang dan tak bisa dihubungi.

Akhirnya ayah Mona membubarkan tamu undangan, dan hanya menyisakan keluarga dekat mereka saja. Dan terjadilah pernikahan dua orang yang tak saling cinta ini.

"Huh," Mona mendengus kesal.

"Kapan sih acara ini bakal kelar, aku sudah capek pengen tidur," keluhnya.

"Sabar Mona, sebentar lagi acaranya selesai. Kamu bisa istirahat," tukas Ahmad.

"Heh, jangan panggil aku Mona kalau kita hanya berdua! Panggil aku nona Mona! Paham?" tegasnya.

"Tapi kan aku sekarang suamimu," ucap Ahmad.

"Itu hanya di depan Ayah, bagiku kau masih tetap sopir!" ketus Mona.

"Dan kalau aku tidak terpaksa karena perut si**an, aku tidak akan menikah denganmu!" imbuhnya sambil memukul perutnya.

"Tolong jangan begitu, anak itu tidak bersalah. Yang salah adalah tindakan orang yang membuatnya hadir ke dunia ini, anak itu terlahir suci dan tanpa noda!" tutur Ahmad.

"Yang jelas, aku benci anak ini. Karena dia aku kehilangan Brian!" ketus Mona.

"Harusnya pria itu yang kau benci, dan bukannya anak itu! Dia telah meninggalkanmu dan membiarkan dirimu memikul beban berat ini sendirian, pria pengecut!" cibir Ahmad.

"Jaga bicaramu sopir! Pasti ada alasan kenapa dia tidak hadir dalam pernikahan ini, bukannya sengaja meninggalkanku!" tampik Mona.

"Benarkah? Aku tidak yakin dengan itu semua, kamu pacaran dengannya tapi tidak terlalu mengenalnya Nona!" ujar Ahmad yang membuat Mona bingung.

"Aku sangat mengenalnya, dia baik, perhatian dan juga royal!" sanggah Mona.

"Terlihat baik di awalnya, setelah mendapatkan semuanya, dia pergi meninggalkanmu!" imbuh Ahmad lagi.

"Jaga bicaramu sopir, kamu tidak tahu apa-apa tentang dia!" tukas Mona.

"Aku tahu lebih banyak daripada kamu!" jawab Ahmad lagi.

"Terserah!" ucap Mona ketus dan memalingkan wajahnya.

Terlihat pandangannya sedikit menerawang saat Ahmad mengamatinya, lalu dari mata Mona menetes sedikit air mata.

"Masih memikirkan lelaki yang tidak bertanggung jawab itu?" tanya Ahmad.

"Memang kenapa? Masalah?" ujar Mona mencebik dan menghapus jejak air matanya.

"Tidak .... Hanya merasa kalau ternyata wanita terpelajar seperti kamu, bisa dengan mudah dibodohi pria Bre**s*k macam Brian! Sehingga membuatku terjebak dalam pernikahan konyol ini!" ujar Ahmad.

"Jika kamu keberatan, kenapa kamu tidak menolaknya! Aku pun tidak sudi jadi istri sopir macam kamu, kamu pikir aku senang?" ucap Mona bersungut dengan mata melotot.

"Kamu pikir aku pun bahagia dengan pernikahan ini? Harusnya kamu merasa beruntung ada orang yang mau menikah dengan keadaanmu yang seperti sekarang. Apa saat melakukannya, kamu tidak sedikit pun memikirkan ayahmu?" sindir Ahmad.

"Aku. Beruntung! Huh! Nggak kebalik? Kamu kali yang beruntung, bisa menikah dengan anak seorang pengusaha sukses yang kaya raya dan memiliki istri yang cantik dan sukses!" cibir Mona.

"Andai Pak Andi tidak sakit jantung, aku tak akan menerima pernikahan ini!" bisik Ahmad nyaris tak terdengar.

"Apa katamu?" tanya Mona penasaran dengan apa yang diucapkan Ahmad.

"Tidak, aku bingung denganmu. Kenapa masih memikirkan pria yang sudah meninggalkanmu!" ujar Ahmad.

"Kamu mana mengerti, kamu saja tidak pernah pacaran, atau mungkin jatuh cinta juga nggak pernah!" cibir Mona.

"Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku, begitu juga tentang Brian. Kamu tak tahu apapun tentangnya!" imbuh Ahmad.

"Apa maksudmu? Dari tadi ngomong aku tidak tahu apapun tentang Brian!" kata Mona bingung.

"Ya ... Suatu saat kamu akan tahu sendiri, mungkin dari teman-temanmu."

***

Mona bingung dengan kata-kata Ahmad, ada apa ini sebenarnya.

Ahmad dan Mona bagaikan kucing dan tikus jika bersama, mungkinkah akan ada cinta di antara mereka?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Gavin
5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku