Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Suamiku, ternyata cinta masa lampauku

Suamiku, ternyata cinta masa lampauku

AmanahMoon

5.0
Komentar
300
Penayangan
16
Bab

"Aku bersumpah di kehidupan selanjutnya, aku pasti akan memperjuangkan kamu, Logan!" Sedetik setelah gadis itu berteriak, tubuhnya melayang dan jatuh menghilang di antara arus sungai yang deras. __ Gadis itu, Nadine terbangun dengan identitas yang baru bernama Raisa. Tentu di tahun yang berbeda. Katakanlah jika dia bereinkarnasi. Namun, masih ingatkah dia dengan janjinya untuk berjuang atas seseorang bernama Logan? Bisakah ia menemukan orang itu? Atau ternyata ia tak reinkarnasi di tahun yang sama dengannya?

Bab 1 Rahasia Terbongkar (1970)

Tahun 1970

"Aku berjanji kepadamu, Logan, jika aku akan mengikutimu kemanapun kamu pergi, walaupun kita suatu saat nanti bereinkarnasi berkali-kali, cintaku kepadamu tidak akan pernah luntur dan hanya kamu lelaki yang aku cintai," ucap Nadine dipelukkan Logan. Sore ini, mereka berdua sedang duduk di taman pinggiran kota Jakarta.

Logan, kekasihnya pun menjawab, "Secinta itu kah kamu kepadaku? Apa istimewanya aku yang membuat kamu rela berkata seperti itu?"

Nadine melepaskan pelukkan kekasihnya itu dan memandang wajah kekasihnya itu.

Cup

Nadine mencium pipi Logan.

"Tidak ada alasan yang harus aku ucapkan kenapa aku mencintai kamu, karena kamu adalah cinta pertamaku," jawab Nadine sambil tersenyum melihat wajah Logan tampak memerah dan malu dicium oleh dirinya.

"Kamu ya genit," ledek Logan sambil menggelitik badan kekasihnya itu. Mereka berdua pun tertawa bahagia, Nadine berharap selamanya akan seperti ini dengan kekasihnya itu.

Mereka tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang mengamati mereka. Orang itu merasa kesal dan langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu, untuk melaporkan apa yang dilihatnya itu. Lelaki itu sangat kecewa melihat Nadine lebih memilih lelaki miskin daripada dirinya ini. Lelaki tersebut terus melajukan motornya dengan perasaan kecewa dan marah yang sangat besar di dalam hatinya.

'Gua pastikan Nadine hanya akan menjadi milik gua seorang' batin lelaki itu yang bernama Reno Purnama.

Sekitar setengah jam, Reno sampai juga di depan rumah besar nan megah di daerah Jakarta. Reno segera memarkirkan motor tersebut dan bergegas masuk ke dalam, Reno juga tidak lupa menyapa Pak satpam yang bernama Pak Rizal.

"Permisi, Pak Rizal," ucap sopan Reno menahan amarah.

"Ya, Mas."

Reno yang akrab dengan kedua orang tua Nadine itu, langsung saja masuk ke dalam rumah itu. Ia mencari Ayah Nadine untuk membicarakan hal ini.

Akhirnya Reno melihat Ayah Nadine sedang berada di ruang keluarga.

"Selamat sore Om," sapa ramah Reno.

Jonathan, ayah dari Nadine kaget melihat kedatangan Reno.

"Reno, silahkan duduk," jawab Jonathan ramah kepada Reno.

Reno pun duduk saling berhadapan dengan Jonathan.

"Ada perlu apa sore begini kesini?" tanya Jonathan sambil menaruh rokoknya di asbak.

"Saya ingin memberitahukan sesuatu Om. Saya melihat Nadine dengan Logan sedang bermesraan di pinggiran taman kota," ungkap Reno dengan penuh amarah.

"APA!" seru Jonathan tidak menyangka, anaknya berbuat hal seperti itu dengan Logan.

Jonathan mengetahui Logan, karena Logan sering bekerja di rumahnya. Apalagi ia tahu Logan adalah anak penjual sayuran yang miskin di daerah ini.

"Kamu yakin Reno?" tanya Jonathan sekali lagi.

"Yakin Om," jawab Reno dengan jelas.

Wajah Jonathan langsung merah dan marah besar.

"Kurang ajar Logan! Saya sudah beberapa kali memberi dia pekerjaan, ternyata balasan dia kepada saya seperti ini! Mau ditaruh di mana muka saya, jika orang-orang mengetahui putri cantik saya menjalin hubungan dengan lelaki miskin seperti dia!" Jonathan terus menghina Logan sambil mengepalkan tanganya.

Reno merasa senang melihat Jonathan marah besar seperti itu.

Reno merasa puas karena sebentar lagi, pasti Logan tidak akan bisa mendekati Nadine kembali.

'"Kalau begitu saya pamit dulu, Om," ucap sopan Reno.

Jonathan yang masih marah itu hanya mengangguk saja. Jonathan merasa sudah kecolongan, karena anak satu-satunya sudah menjalin hubungan dengan lelaki miskin macam Logan itu.

Jonathan pun masuk ke dalam kamarnya, untuk menceritakan hal ini kepada istrinya yang bernama Lili Melisa.

Nadine dan Logan masih berada di taman itu, sahabat Nadine yang bernama Yuni memanggil Nadine untuk segera pulang ke rumah.

"NADINE!" teriak Yuni dari jarak 5 meter itu.

Nadine dan Logan menoleh, Logan tahu jika Nadine sudah harus pulang ke rumah, supaya kedua orang tuanya tidak curiga, kalau Nadine sebenarnya menemui Logan, bukan bermain dengan Yuni.

"Aku sudah harus pulang, Logan," gerutu Nadine dengan manja di samping kekasihnya yang sangat tampan itu.

"Besok-besok kan kita bisa bertemu kembali, kamu jangan sedih," jawab Logan dengan lembut sambil mengelus rambut hitam Nadine.

Dari jauh Yuni tampak kesal karena Nadine bukannya segera meninggalkan Logan, malah makin mesra, akhirnya dipanggilnya sekali lagi Nadine.

"NADINE, BURUAN!" teriak kembali Yuni.

"Logan, aku pulang dulu ya, si nenek Yuni udah teriak-teriak," ujar Nadine sambil memonyongkan bibirnya.

"Kamu jangan cemberut, Yuni kan begitu supaya kamu nggak ketahuan sama Ayah dan Ibu kamu, Yaudah aku juga mau pulang, hari mau menjelang maghrib," jawab Logan dengan bijak.

Akhirnya Nadine menuruti ucapan kekasihnya itu. Entah kenapa hari ini Nadine merasa, jika senyuman Logan kepadanya sangat berbeda. Nadine melangkahkan kakinya dengan pelan dan berhenti, ia kembali memalingkan badan dan melihat kekasihnya yang tersenyum sambil melambaikan tangan. Nadine pun membalas lambaian kekasihnya itu. Nadine kembali memalingkan badan dan baru saja satu langkah.

Deg

Jantung Nadine berdegup dengan kencang, ia merasakan sesuatu yang aneh dengan jantung dan juga hatinya itu. Rasanya sakit. Kembali Nadine memalingkan badannya dan berlari ke arah Logan, lalu memeluk badan Logan yang kekar dan tinggi itu. Hembusan napas Nadine dan Logan terdengar di telinga masing-masing. Yuni dari jauh kesal karena Nadine tidak buru-buru pulang.

"Nadine, sudah jam berapa ini? Kalau Om Jonathan tahu Nadine tidak pergi dengan Gua, malah bersama dengan kekasihnya, bisa dimarahi habis-habisan gua," ucap Yuni bermonolog sendiri di atas motor vespanya.

Daun-daun jatuh mengenai tubuh Nadine dan Logan. Jantung mereka berdegup kencang, Logan merasa bingung dengan kekasihnya itu. Logan pun melepaskan pelukan Nadine.

"Sudah, kasihan Yuni menunggu lama, besok kan kita bisa bertemu lagi," ucap lembut Logan memegang wajah cantik Nadine.

"Benar ya, janji," sahut Nadine mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Logan.

Logan pun menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking kekasihnya itu.

"Aku janji."

Cup

Kening Nadine dicium oleh Logan. Raut wajah Nadine tersipu malu dan tersenyum lebar. Kaki Nadine akhirnya melangkah menuju ke Yuni yang sedang duduk di motor vespa dengan cemberut.

Nadine merasakan memang dirinya sangat mencintai Logan dan tidak bisa hidup tanpanya. Sekarang Nadine sudah bersama dengan Yuni, dari kejauhan Nadine dan Yuni melihat tubuh besar Logan sedang mengayuhkan sepeda ontelnya dengan cepat, bayang-bayangnya pun lenyap.

"Sudah belum Nadine, ayo kita pulang, Logan juga sudah pergi duluan," ajak Yuni yang sudah siap mengegas motor Vespanya itu.

Entah kenapa Nadine merasakan perasaan yang tidak enak. Ia merasa tidak ingin berpisah dengan kekasihnya.

"BURUAN!" hardik Yuni kesal.

Nadine yang terkaget itu langsung duduk di jok belakang motor vespa tersebut.

Sepanjang perjalanan Yuni terus mengoceh dan mengomel kepada Nadine, tetapi Nadine hanya diam memikirkan hal lain. Entah kenapa perasaanya mulai tidak enak.

'Ada apa ini? Kenapa hatiku terasa sedih? Semoga saja semua akan baik-baik saja' batin Nadine.

Suara bising motor Vespa milik Yuni pun terdengar di rumah Jonathan yang sangat besar itu. Jonathan dan juga Lili sedang menunggu kedatangan anaknya tersebut.

Yuni pun menurunkan Nadine di depan rumahnya yang sangat mewah itu.

"Nadine, udah sampai, ayo turun," tegur Yuni.

Nadine yang sedari tadi melamun tersadar, jika ia sudah ada di depan rumahnya yang besar itu.

"Lu gak mau masuk ke dalam?" tanya Nadine.

"Gila kali ya, ini udah jam berapa? Yang ada kedua orang tua gua nanti khawatir, kapan-kapan aja ya, dah," sahut Yuni begitu saja meninggalkan Nadine.

Nadine dengan langkah berat memasuki halaman rumahnya, tampak Pak Rizal tersenyum melihat kedatangan nona muda.

Nadine dengan langkah acuh memasuki ruang depan dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya itu.

"NADINE!" teriak Ayahnya.

Nadine yang hampir saja membuka gagang knop pintu kamarnya, langsung membalikkan badan. Ia melihat Ayah dan Ibunya tampak marah. Nadine pun melangkahkan kakinya lebih dekat dengan kedua orang tuanya itu.

"Ada apa Ayah? Ayah tidak perlu membentakku seperti itu?" sahut Nadine menahan emosi.

"Kamu berani bilang seperti itu kepada Ayah! Kamu dari mana saja? Anak gadis jam segini baru pulang!" sindir Jonathan dengan tegas, sementara Lili bingung harus membela siapa.

"Ayah, aku kan sudah bilang, aku bermain dengan Yuni, aku ada acara sama dia," jawab Nadine berbohong.

"Kamu yakin dengan Yuni? Kamu tidak pergi dengan orang lain?" cecar Jonathan tahu jika anak gadisnya itu berbohong.

Nadine mulai cemas karena ayahnya mengetahui dirinya berbohong.

"Terserah Ayah mau percaya atau tidak!" seru Nadine dengan menahan emosi.

Ibunya bingung harus berbuat apa, di satu sisi suaminya dan di satu sisi anaknya.

"Atau kamu pergi dengan Logan? Lelaki miskin dan gembel itu!" hardik Jonathan sambil menghina Logan.

Deg

Kedua mata Nadine melotot, ia menatap tajam Ayahnya tersebut. Hati Nadine sakit mendengar ayahnya menghina kekasihnya itu.

"Ayah jangan suka mengada-ada! Dan jangan suka memfitnah orang!" sahut Nadine dengan sengit.

"Kamu tidak usah berbohong lagi! Banyak orang yang lapor kepada Ayah, kalau kamu sedang berduaan dengan anak tukang sayur itu!" cecar Jonathan.

Nadine kesal dan marah karena ayahnya menghina Logan seperti itu. Akhirnya Nadine berkata jujur kepada Ayahnya itu.

"Baiklah, aku memang tidak pergi dengan Yuni! Aku pergi dengan Logan, asal Ayah dan Ibu tahu, Logan adalah kekasihku," sahut Nadine dengan sengit.

Jonathan merasa marah besar karena Nadine mempunyai kekasih seperti Logan dan tanpa sadar tangannya mendarat di pipi mulus putri kesayanganya itu.

PLAK

"Aww," pekik Nadine meringis.

Lili segera memegang badan suaminya itu.

"Mas, kamu apa-apaan? Kenapa kamu menampar anak kita?" tegur Lili langsung beralih memegang tubuh Nadine yang terjatuh di lantai, tamparan suaminya itu membuat tubuh kecil Nadine terjatuh di lantai berwarna putih itu.

"Hiks...hiks...."

Nadine tidak menyangka ayahnya tega menampar dirinya.

Nadine memegang pipinya dan berkata kepada ayahnya itu, "Sampai kapanpun aku akan mencintai Logan, Ayah!"

Nadine pun masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu kamarnya itu.

BRUKKK

Jonathan masih tidak menyangka, jika ia tega menampar putri kesayangannya itu. Jonathan pun pergi menuju ke kamar diikuti oleh istrinya, di sana ia membicarakan tentang anak gadisnya.

"Mas, kamu gimana sih? Kasihan itu Nadine!" tegur isrinya itu.

"Kamu bisanya Cuma begitu aja! Bukannya kamu awasi anak kamu, malah kerjanya ngegosip terus! Kamu tahu tidak kalau selama ini Nadine menjalin kasih dengan Logan?" tanya Jonathan marah besar kepada istrinya juga.

"Ih, kok Mas malah marah sama aku sih? Mana aku tahu Mas, biarin aja sih namanya juga cinta monyet," sahut istrinya enteng, kebetulan pasangan suami istri ini sedang mengobrol di kamar.

"Kamu jangan menggampangkan sesuatu! Kamu mau mempunyai menantu miskin dan juga besan miskin!" hardik Jonathan masih berdiri di depan lemari kamarnya.

"Ya gak mau lah, mau di bawa kemana mukaku ini?"

"Kamu diam saja sekarang, aku mempunyai cara untuk menghancurkan hubungan mereka," ucap suaminya dengan menatap tajam kaca yang terpampang besar di lemari pakaiannya itu.

"Apa Mas?" tanya istrinya penasaran.

"Aku akan menyingkirkan Logan," jawab Jonathan dengan menatap tajam istrinya itu.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku