Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MENIKAHI BERONDONG

MENIKAHI BERONDONG

fetia22

5.0
Komentar
149
Penayangan
2
Bab

Bagaimana jadinya jika seorang siswa yang 3 tahun ia bimbing belajar kini malah menjadi suaminya? Tiara Angelista Isnaini seorang guru di sebuah sekolah menengah akhir yang dilamar oleh mantan muridnya di sekolah tempatnya bekerja. Tidak hanya Perbedaan usia, tetapi keyakinan mereka yang berbeda tidak membuat Zhi Yang Yongshen merasa bahwa ia tidak pantas dengan Tiara. "Bu Tiara? Apakah kamu mau menikah denganku?" Deg! "N-nikah?" Tanya Tiara sambil menatap Zhi dengan tatapan yang sangat tidak bisa di deskripsikan. "Apakah kamu meragukanku?" Bagaiman kelanjutan kisah Tiara dan Zhi, apakah mereka akan saling mencintai? Ataukah Tiara akan menolak Zhi dengan alasan mereka berbeda usia? Simak kelanjutannya yuk! By: fetia22

Bab 1 Perkenalan.

Pagi yang cerah untuk memulai sebuah aktivitas di luar ruangan. Seperti biasanya, Tiara harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang guru yaitu mengajar. Karena kondisi pagi hari yang cerah, sangat mendukung sekali kegiatan Tiara pagi ini.

Sebelum ia berangkat ke sekolah untuk mengajar, Tiara melakukan sarapan terlebih dahulu. Setiap pagi, sang mamah sudah stay di meja makan dengan berbagai masakan dimeja. Tidak lupa juga dengan sang adik kembarannya bernama Tiani. Mereka sama-sama seorang guru, tetapi tempat mereka mengajar tidak sama. Tiara bekerja di sebuah sekolah menengah akhir di kotanya, sedangkan Tiani mengajar disebuah sekolah menengah akhir di luar kota. Mereka sama-sama dibesarkan oleh sang mamah, karena papah mereka tinggal di luar kota.

"Pagi mah!, pagi Tiani!" Ujar Tiara sambil menuruni tangga.

Sontak sang mamah pun mengajaknya untuk sarapan bersama. "Sini sayang, sarapan bersama!" Ajak sang mamah.

Tiara mulai berjalan kearah meja makan. Pandangannya tertuju pada Tiani yang tengah asik memakan buah yang ada di meja. Ia pun duduk di samping Tiani.

"Ngapain kamu?" Tanya Tiara kepada adiknya.

Sontak Tiani pun menolehkan kepalanya menghadap Tiara. "Seperti yang kamu lihat ini sayang, aku sedang menikmati buah ku. Rasanya asam seperti wajah kamu yang terlihat asam terus setiap hari, karena kamu tidak memiliki pasangan hahahahhahaha....!!!" Celetuk Tiani sambil tertawa puas.

Setiap hari Tiani dan Tiara selalu berdebat, padahal yang di debatkan hanyalah hal-hal yang sangat tidak berfaedah. Contohnya ini, mereka suka saling mengejek satu sama lain. Oh iya, mereka berdua sama-sama belum menikah. Tetapi, Tiani sudah memiliki pasangan sedangkan Tiara belum memiliki pasangan.

"Idih! Gaya banget, mentang-mentang sudah punya doi!"

"Makanya buruan cari pasangan dong Tir! Nggak bosen apa lama-lama jomblo?"

"Aku mah santuy ya! Nggak pengen pacaran, pengennya langsung nikah aja, soalnya umur aku tuh bukan anak-anak lagi. Dan ini juga berlaku untuk kamu! Kamu tuh udah dewasa, ngapain mau di gantung kayak jemuran, minta dinikahin kek!" Ujar Tiara menceramahi adiknya.

Namun hal tersebut tidak di hiraukan sang adik sama sekali. Ia mengabaikan ucapan kakaknya, dan pura-pura tidak mendengar.

"Nah mah! Lihat Tiani, dia selalu kayak gitu kalau di bilangin." Adu Tiara sambil menunjuk adiknya yang pura-pura fokus makan buah.

Sang mamah hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya. Mereka selalu saja bersikap seperti anak kecil, seakan mereka lupa bahwa umur mereka sudah 25 tahun yang layak untuk menikah dan membangun rumah tangga.

"Yasudah kalian cepat sarapan, nanti kalian telat loh!" Ujar sang mamah.

Kemudian keadaan menjadi hening. Mereka berdua sibuk sarapan. Namun baru saja beberapa suapan Tiara sudah terburu-buru ingin segera berangkat.

"Tiara mau berangkat mah! Nanti Tiara telat, soalnya pekerjaan Tiara pagi ini sangatlah banyak." Ujar Tiara sambil mencomot roti yang ia makan tadi.

"Lah nggak makan nasi kak?"

Tiara menggelengkan kepalanya. " Enggak, kakak lagi pengen diet." Ujar Tiara sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Mah Tiara berangkat!" Pamit Tiara sambil mencium punggu tangan Mamahnya.

"Hati-hati ya sayang! Jangan lupa nanti makan siang," ucap sang mamah sambil mengelus kepala Tiara.

Tiara menganggukan kepalanya, setelah itu dengan segera ia berangkat ke parkiran rumahnya untuk mengambil motor yang biasa ia pakai untuk berangkat ke sekolah.

Tiara mulai melajukan motornya keluar dari pekarangan rumahnya. Jarak antara sekolah dan rumahnya lumayan sedikit jauh. Sebelum ia melanjutkan perjalananya menuju sekolah, Tiara mampir terlebih dahulu di sebuah perpustakaan besar di kota tersebut untuk membeli sebuah buku bahan ajarnya.

Sementara di tempat lain, Zhi Yang Yongsheng yang biasa disebut dengan Zhi adalah seorang pewaris tunggal di keluarga Yongsheng. Saat ini Zhi sedang melanjutkan studynya di Korea. Kepribadian Zhi yang ketika memliki keinginan apa pun harus tercapai, ia sengaja melanjutkan studynya di korea karena ia ingin sekali pergi ke korea sejak ia masih berumur 12 tahun. Di umurnya sekarang yang masih 20 tahun ini, Zhi sudah diangkat sebagai CEO di perusahaan papahnya di korea. Untuk menjadi pewaris tunggal, tidak mudah bagi Zhi untuk menjalani hidupnya yang dituntut harus pandai dalam segala hal. Termasuk mengelola kedua perusahaan sekaligus di korea.

"Zhi, kamu harus segera menyelesaikan study kamu. Agar kamu bisa fokus mengurus perusahaan." Ujar sang papah sambil menuntaskan sarapannya.

Zhi yang awalnya fokus makan pun kini meletakkan sendoknya sambil mengehela nafasnya berat. "Huft! Papah bisa nggak sekali saja tidak membahas tentang itu disaat kita sedang makan! Zhi bosen tiap hari harus di paksa untuk menjadi apa yang papah mau," ujar Zhi murka.

"Seharusnya kamu bersyukur punya papah yang kaya raya seperti ini. Punya perusahaan dimana-mana, banyak apartemen dimana-mana. Bukannya kamu malah ngeluh kayak gini, kamu itu salah satu pewaris di keluarga ini!" Ujar sang papah kepada anaknya.

Zhi bangkit dari tempat duduknya. "Terserah papah Zhi capek! Dan satu lagi yang perlu papah ingat, gyesog abbaghamyeon indonesialo dol-agagessda!" Ancam Zhi kepada sang papah.

Zhi berkata bahwa ia akan kembali ke indonesia jika sang papah terus menekanya. Sedangkan Zhi sendiri tau apa yang harus ia lakukan untuk perusahaan papahnya.

"Tarik kembali ucapan kamu Zhi! Papah melakukan semua ini demi masa depan kamu, camkan itu!"

Zhi menyincingkan matanya. "malhal pil-yodo eobs-i, naneun eoneu geos-i na-ege gajang joh-eunji imi algo issseubnida." Ujar Zhi kemudian ia pergi meninggalkan papahnya.

"Zhi..!!!"

"Argggghhhttt...!!! Sial! Kenapa dia sangat sulit untuk di atur!"

Setelah meninggalkan meja makan, dengan segera Zhi mengambil tasnya dan jasnya. Kemudian ia berangkat ke kampusnya. Sangatlah muak berada di rumah yang akan terus mendengarkan ocehan sang papah yang tiada ujungnya.

"Selalu saja bersikap seakan dia yang paling benar, padahal ia tidak tau bagaimana rasanya jadi aku yang harus bersikap seolah baik-baik saja, padahal isi kepala penuh dengan pekerjaan yang harus segera di selesaikan. Belum lagi kuliah,"

"Huh, ingin rasanya aku kembali ke indonesia untuk berlibur sejenak ke tanah kelahiran." Gerutu Zhi sambil berjalan.

"yeoboseyo, dangsindo daehag-e gago sipseubnikka?" Tanya seseorang secara tiba-tiba berada di samping Zhi.

Sontak Zhi menolehkan kepalanya menatap seseorang yang tengah berada d sampingnya, yang tidak lain adalah seorang perempuan dengan penampilan rapih. Siapa lagi kalau bukan Lilu, teman satu kampus Zhi yang sejak kejadian pertama ia temui Lilu, kemudian mereka saling mengenal satu sama lain.

"ne,eotteohge,yeogikkaji osyeossseubnikka?" Tanya Zhi kepada Lilu.

"Saya tidak sengaja melihat kamu sedang berjalan sendirian, dengan segera saya berlari mengejar kamu." Ujar Lilu dengan bahasa indonesia. Ia adalah gadis asli korea.

Zhi mengernyitkan dahinya. "Kamu bisa bahasa indonesia? Sejak kapan?" Tanya Zhi terkejut.

"Baru kemarin, saya belajar bahasa indonesia karena saya ingin bisa berbicara denganmu dengan nyaman. Karena selama ini saya melihat interaksimu dengan papah kamu sangatlah nyaman. Saya rasa saya juga perlu bisa bahasa kalian,"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh fetia22

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku