Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Siang ini, suasana sekolah Arthur’s senior high school lebih ramai dari biasanya. Tentu saja! Karena hari ini adalah ada pertandingan persahabatan. Banyak mobil-mobil besar dari stasiun televisi ternama yang akan meliput acara pertandingan basket antar sekolah milik kerajaan Albany dengan kerajaan Lorne. Mereka tentu tidak akan melewatkan kesempatan emas ini mengingat Arthur's senior high school adalah sekolah paling elite milik kerajaan Albany.
Semua berbondong-bondong menuju lapangan, berlomba-lomba untuk cepat sampai agar tidak kehabisan tempat duduk.
Sementara di kelas sebelas B 11, ada tiga siswi yang masih duduk dan membaca buku. Ah, tidak! Hanya satu orang yang membaca buku, sementara yang lainnya sibuk membujuk teman kutu bukunya itu untuk ikut mereka ke lapangan.
“Ayolah, Noura! Apa kamu tidak pusing setiap hari melihat deretan huruf-huruf itu? Sesekali matamu harus dimanjakan.”
Siswi yang dipanggil itu adalah Noura Kinsey—putri seorang petani di daerah yang cukup terpencil tak jauh dari pusat kota Manchester. Hanya dengan menggunakan sepeda motor matic-nya dia bisa sampai ke sekolah dalam waktu 20 menit saja. Noura adalah salah satu murid yang masuk ke sekolah lewat jalur beasiswa.
Mendengar gerutuan temannya, Noura hanya mengendikkan bahunya. “Bagiku, cara memanjakan mata adalah dengan membaca.”
Teman Noura yang bernama Jasmine Baldwin—putri salah satu pengusaha pangan yang cukup terkenal di Manchester- menatap Noura dengan kesal, tak henti berdecak sambil berkacak pinggang. Matanya melirik ke arah teman satunya lagi, lewat tatapannya Jasmine meminta agar temannya itu membujuk Noura.
Joule Lawton—putri pekerja kantoran biasa yang masuk sekolah lewat jalur beasiswa- mengembuskan napasnya, sebelum akhirnya ikut membujuk. “Noura, kamu tahu gak, kalau novel The Return sudah liris?”
Noura langsung menutup bukunya dan menghadap ke arah Joule sepenuhnya. “Serius?” tanyanya berbinar. Novel The Return adalah novel karya penulis favoritnya, Nicholas Sparks. Sangat susah untuk mendapatkan buku-buku karya Nicholas karena selalu habis saat buku sudah dipasarkan.
Joule mengangguk, matanya melirik ke arah Jasmine. “Kamu bisa bantu dia untuk mendapatkan buku terbaru Nicholas Sparks, kan, Jassy?”
Jasmine mengangkat sebelah alisnya. Tak lama dia bertepuk tangan. “Ah, tentu saja! Kamu ingin novel itu?” tanya Jasmine sambil tersenyum ke arah Noura.
Noura mengangguk antusias. “Tolong aku, pleaseee ...!” ucapnya dengan menampilkan puppy eyesnya.
“Oke, dengan satu syarat!”
Noura langsung cemberut. “Apa?”
“Ikut aku ke lapangan, dan bantu aku meneriakkan nama pangeran William di sana!”
Noura berdecak. “Bukankah kamu yang paling pintar berteriak? Tidak mau! Mendengar kamu berteriak saja, tenggorokanku langsung terputus rasanya.”
“Ck, ayolah, Nou! Itu sangat menyenangkan. Kamu bilang begitu karena belum pernah menontonnya. Coba aja, dulu!”
“Tidak mau! Aku menyayangi pita suaraku.”
“Begini saja, kamu tak perlu ikut berteriak, cukup duduk manis saja di sampingku. Ayolah, Nou! Kamu sebagai murid sekolah Arthur seharusnya ikut berpartisipasi, pangeranku tengah berjuang mengharumkan nama sekolah ini.”
Noura memutar bola matanya. “Apa hubungannya dengan duduk di sana?”
“Tentu saja! Dengan adanya kamu di sana, kamu membuktikan jika kamu ikut mendukung sekolah ini. Aku tidak mau kalau pendukung sekolah Lorne lebih banyak daripada sekolah kita. Nanti pangeran kita sedih.”
Noura dan Joule memutar bola mata secara bersamaan. Jasmine, selain suka berteriak, sikapnya juga paling narsis.
“Ayolah! Cukup duduk manis, dan kamu dapat novel incaranmu. Gratis!”
“Jangan menipu!”
“Aku serius!”
Noura menyunggingkan senyumnya. “Oke, deal! Besok harus ada.”