Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kiss for Prince Kouza

Kiss for Prince Kouza

Jasmine

5.0
Komentar
3.4K
Penayangan
57
Bab

Myan mendapati dirinya terbangun di hamparan padang rumput berbunga yang luas setelah terperosok ke dalam jurang dari tebing yang tinggi, saat mendaki gunung dalam acara kebersamaan karyawan yang diadakan oleh perusahaaannya. Masih dalam keadaan bingung, datang seorang pria yang berpenampilan dan berpakaian asing turun dari kuda putihnya. Ia menghampirinya, berlutut di hadapannya, dan mengulurkan tangannya. "Kau Sang Pembebas," ucapnya kemudian. Siapakah dia? Di manakah Myan berada?

Bab 1 Perjalanan

Suara petir yang bergemuruh dan angin kencang yang menderu-deru segera menghentikan Myan dari aktivitasnya.

Kanan dan kiri meja kerjanya sudah kosong. Tampaknya hanya dia yang masih tertinggal di kantor untuk menyelesaikan laporan terakhirnya.

Ponselnya berdering saat ia mulai membereskan mejanya.

"Halo" Myan segera menjawab panggilan itu.

"Apa kau belum selesai juga?!" suara di seberang sana terdengar tidak sabaran.

"Lima menit lagi oke, aku sedang merapikan mejaku sebentar"

Rick, kekasihnya yang memiliki sifat sedikit tidak sabaran sedang menunggunya di depan kantor untuk menjemputnya. Tak ingin membuat Rick menunggu terlalu lama, Myan bergegas keluar ruangan.

Baru beberapa langkah, tiba-tiba semua lampu padam. Mungkin ada pemadaman listrik mengingat cuaca yang sedang tidak bersahabat.

Myan terpekik kecil ketika tidak sengaja menabrak sebuah meja. Dia segera mengeluarkan ponselnya untuk penerangan.

Myan dengan gugup melewati lorong kantornya. Mungkin karena minimnya cahaya semua serasa begitu menakutkan.

Lorong yang setiap pagi dia lewati, malam ini serasa sangat panjang.

Myan dapat mendengar detak jantungnya sendiri karena dia merasa sangat gugup dalam kegelapan. Dia merasa sedikit takut seolah-olah seperti ada yang mengikutinya.

Karena pemadaman listrik, Myan terpaksa harus turun ke lantai satu melewati tangga darurat. Disaat seperti ini lift pasti tidak akan berfungsi.

Baru beberapa langkah dia turun, tiba-tiba di depannya muncul sekelebatan hitam disertai hembusan angin yang langsung berhambur seolah-olah hendak menerjangnya.

Myan setengah terpekik karena terkejut oleh angin yang tiba-tiba seperti mendorongnya hingga terhuyung. Ia hampir terjerembab jika tak ada tangan seseorang yang menangkapnya dari belakang.

"Kau tak apa-apa?" suara berat terdengar di belakangnya dari seorang pria yang menahannya agar tidak jatuh tadi.

"Ti_tidak apa, terima kasih," ucapnya sedikit bergetar. Myan segera melepaskan diri dari orang tersebut.

Refleks, Myan kemudian mempercepat langkahnya untuk menuruni tangga. "Permisi!" ucapnya kemudian sambil terburu-buru turun dan berlari menuju pintu keluar.

Myan sengaja tidak menoleh ke belakang lagi. Dia memang tidak ingin, karena ia takut akan sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat di sana. Jadi Myan memilih untuk segera kabur.

Dengan napas yang terengah-engah Myan sampai di tempat parkir. Mengetuk halus kaca mobil Rick yang telah menunggunya. Tanpa menunggu lama lagi, Myan langsung masuk ke dalam mobil begitu pintu terbuka.

"Rick, ayo cepat kita pergi dari sini!" ucapnya sedikit panik.

"Ada apa? mengapa kau lama sekali?" protes Rick.

"Apa kau tidak lihat? sedang ada pemadaman listrik di kantorku. D_dan mungkin aku bertemu sosok yang seharusnya tidak ada di dalam sana."

"Apa maksudmu?"

"Rick, aku hampir terjatuh tadi di tangga karena ada angin yang tiba-tiba datang menerjangku. D_dan kemudian ada seseorang di belakangku yang menahanku agar tidak jatuh!"

"Oh, aku bahkan tidak tahu dia betul orang atau bukan. Aku tidak melihat wajahnya, aku hanya berlari karena terlalu takut untuk menengok ke belakang," aku Myan dengan takut-takut.

Rick mendesah, "Mungkin kau hanya terlalu lelah, jadi berhalusinasi yang tidak-tidak," ucapnya.

"Ayo cepat kita pulang Rick, aku takut jika hantu tadi mungkin mengejarku!"

Rick tertawa kecil, "Hantu? konyol. Tidak ada yang namanya hantu, Myan."

"Baiklah aku akan cepat memgantarmu pulang, karena aku ada janji malam ini dengan Alan." ucap Rick sambil menghidupkan mesin mobilnya.

"Kau langsung pergi? tidak ikut masuk sebentar?"

"Ya, aku sudah terlambat. Maaf mungkin lain kali," ucap Rick dengan nada penyesalan.

"Tapi kita sudah lama tidak punya waktu untuk bertemu. Apa hari ini tidak bisa kau batalkan saja janjimu dengan Alan?" tanya Myan lagi.

"Maaf, tidak bisa."

"Bahkan hanya untuk sekadar makan malam denganku? Aku sengaja memintamu menjemputku agar kita bisa makan malam bersama, sudah dua minggu kita tidak bertemu. Please, bisakah?" tanya Myan lagi penuh harap.

"Maaf Myan, aku tidak bisa. Mungkin lain waktu. Aku sudah ada janji dan sudah terlambat" jawab Rick

Myan menghela napasnya tanda menyerah. Mungkin memang mereka belum memiliki kesempatan untuk bisa menghabiskan waktu berdua.

Sudah hampir setahun mereka bersama, tapi Rick jarang meluangkan waktu untuknya. Jika diingat-ingat lagi, memang Rick terhitung sangat sedikit meluangkan waktu untuk bertemu. Hanya pada saat awal-awal Rick mendekatinya saja, dan setelah itu mereka hanya beberapa kali berkencan sebelum akhirnya jadian.

"Aku seperti wanita yang tidak punya kekasih," gerutu Myan perlahan.

"Maaf Myan, ada baiknya kau langsung beristirahat ya. Bukankah besok ada kegiatan kantor yang harus kau ikuti?"

"Hm, baiklah. Berhati-hatilah dalam menyetir," ucap Myan mengalah.

Besok memang ada acara kantor yang sebenarnya dia sendiri pun sangat tidak ingin mengikutinya. Acara kebersamaan karyawan kantor yang mengharuskan mereka mendaki gunung dan berkemah di tempat terbuka. Memikirkannya saja sudah sangat melelahkan.

Rick hanya mengantar Myan kembali ke apartemennya, setelah itu dia langsung pergi untuk memenuhi janjinya dengan Alan.

Myan pun tak banyak beraktivitas setelah kembali ke apartemen. Ia hanya makan malam lalu mandi. Karena dirinya sudah berkemas untuk keperluan besok pagi, jadi ia memutuskan untuk langsung beristirahat.

****

Esoknya...

Myan meraih tas ranselnya setelah selesai menyantap sarapan paginya. Karena tak ingin terlambat ia bergegas untuk segera berangkat ke kantornya. Titik awal tempat keberangkatan dan pertemuan para peserta acara kebersamaan.

Sudah banyak karyawan lain yang berkumpul di lobi kantor saat ia memarkir mobilnya di halaman parkir. Di sana sudah tampak tiga buah bis yang berjajar rapi untuk transportasi mereka nanti.

"Myan! Kemari, cepatlah!" teriak Stevie bersemangat sambil menghampirinya.

"Kenapa kau semangat sekali? Oh, aku saja sudah capek membayangkan kita akan mendaki gunung," sungut Myan sambil menggendong tas punggungnya.

"Tentu semangat, kau tahu tidak? kita akhirnya bisa berkumpul dan melihat langsung para pria dari divisi kreatif yang terkenal tampan!" pekik Stevie sumringah.

Myan memutar kedua bola matanya. Memang Stevie sahabatnya itu sangat menyukai pria-pria berwajah tampan.

"Apa kau sudah melihat July?" tanyanya kemudian.

"Aku baru datang, aku bahkan belum sempat menutup pintu mobilku"

"Ah, baiklah ayo cepat kita ikut berkumpul!" Stevie menarik Myan untuk masuk kedalam kerumunan.

Perusahaan tempat mereka bekerja adalah perusahaan periklanan bernama 'Shine Advertising' . Myan, Stevie dan July tergabung dalam divisi konsultan pemasaran.

"July, cepatlah!" Stevie melambai kearah July yang baru saja bergabung bersama mereka di lobi.

Setelah semua karyawan lengkap dan berkumpul, perjalanan kebersamaan kantor pun dimulai.

Tiga buah bis yang membawa mereka berjalan saling beriringan, menuju gunung yang dituju.

Banyak jadwal dan agenda acara kebersamaan yang harus mereka ikuti selama berkemah dua hari satu malam itu.

Hal pertama yang harus mereka lakukan adalah mendaki gunung, setelah mereka meletakkan semua barang dan keperluan dalam tenda sesuai kelompok dan divisi masing-masing.

Cuaca yang begitu cerah, tampaknya sangat mendukung untuk aktivitas yang akan mereka lakukan. Walau masih tampak sisa-sisa hujan semalam yang membuat tanah basah dan berembun, tetapi banyak peserta yang sangat antusias menanti kegiatan yang akan berlangsung.

Seperti contohnya Stevie dan July. Tentu saja Myan adalah pengecualian. Ia merasa sangat malas mengikuti serangkaian acara kebersamaan kantor mereka.

"Oke, apakah kalian siap?" tanya July sambil membetulkan letak tas ransel yang digendongnya.

Myan, Stevie dan July sudah berada di dalam barisan. Setelah mendengar aba-aba dari ketua grup masing-masing, mereka memulai start untuk mendaki.

"Setelah kalian sampai di puncak, ingat untuk langsung menancapkan bendera divisi kalian!" Panitia acara memberikan arahan.

"Pemenang yang berhasil menancapkan bendera terlebih dahulu akan mendapatkan hadiah menarik. Selain itu, divisi yang berhasil menancapkan bendera kemenangan akan mendapat bonus tambahan untuk semua karyawan pada divisi tanpa terkecuali."

Sorak sorai terdengar begitu bergemuruh saat disebutkan tentang hadiah yang bisa didapatkan oleh pemenang. Banyak peserta yang hadir tampak begitu bersemangat.

Tidak peduli dengan riuhnya suasana, Myan sibuk sendiri memeriksa ponselnya. Belum ada balasan dari Rick untuk beberapa pesan singkat yang dia kirimkan tadi.

Myan tidak pernah menerima pesan singkat duluan dari kekasihnya itu. Selalu saja dia yang pertama menelepon atau mengirim pesan. Walau Rick memang selalu lambat saat merespon semua pesan-pesannya, tetap saja Myan sedikit merasa suram.

Myan menghembuskan napasnya, untuk sedikit mengusir rasa kecewanya.

Hujan yang turun semalam meninggalkan sedikit sisa-sisa tanah basah termasuk di jalur pendakian. Area sekitarnya pun masih terlihat lembab karena tanah basah yang tampak licin.

"Satu, dua, tiga, gooo ...!!" Aba-aba start sudah diteriakkan. Segera setelah peluit ditiup, para peserta kemah langsung berbondong-bondong menyerbu jalur masuk gunung untuk segera memulai pendakian.

Myan dan teman-temannya berada di tengah-tengah rombongan, mereka berjalan dengan kecepatan sedang agar tidak cepat kehabisan napas.

"Hei, kau sungguh membuat hari ini muram Myan." Senggol July mengagetkannya.

"Jangan ganggu dia July, dia sedang menunggu balasan dari Rick" timpal Stevie

July memutar kedua bola matanya tanda bosan. Sudah ratusan kali dia selalu melihat Myan murung karena Rick.

"Tidak usah terlalu memikirkannya Myan, kau itu terlalu baik buatnya. Jika kau akhirnya memutuskan untuk pergi darinya, aku yakin dia yang akan menyesal setelah kehilanganmu."

"Aku berani bertaruh, Myan tak akan pernah meninggalkan Rick!" timpal Stevie lagi.

"Aah, sudah, kita makan camilan saja yuk!" Stevie membagi cokelat kepada masing-masing kedua temannya itu.

"Ingat, bawa pulang kembali bungkus sampahmu ya, Stev!" timpal Nico teman satu divisi mereka yang tiba-tiba sudah berjalan menjajarinya.

"Iya, iya berusahalah untuk divisi kita ya!" balas Stevie.

"Kalau aku memenangkan ini, kau harus berjanji padaku untuk kencan denganku, oke?!" serunya sambil berlalu mendahului mereka.

"Dalam mimpimu!" balas Stevie sambil tertawa.

Saat itu ponsel di saku jaket Myan bergetar. Segera Myan membuka dan melihatnya. Benar saja, ada sebuah pesan masuk dari Rick. Sebuah kiriman foto lebih tepatnya.

Hanya sedetik kegembiraannya berlangsung, saat melihat isi pesan tersebut jantungnya seolah berhenti berdetak. Myan sangat shock melihat foto yang dikirim ke ponselnya itu.

Foto Rick yang bertelanjang dada dan sedang tidur di sebuah ranjang, di samping seorang perempuan yang tersenyum menghadap kamera! Dan perempuan itu hanya memakai selimut untuk menutupi bagian atas dadanya.

Stevie dan July yang merasa heran karena Myan berhenti, kemudian menghampirinya. Melihat ekspresinya, dengan sigap mereka mengambil ponsel di tangan Myan dan segera ikut melihatnya.

"Ya Tuhan ..." bisik Stevie ikut shock melihat foto tersebut. July membulatkan matanya dan menutup mulutnya, sama terkejutnya dengan Stevie.

Saat itu juga ponsel Myan kembali bergetar. Ada panggilan masuk!

Agar tidak mengganggu peserta yang lain, Myan keluar dari jalur rute pendakian untuk menerima telepon. Myan menerima panggilan itu, tapi tidak langsung menjawab. Myan berjalan semakin menjauhi rombongan.

"Halo Dear, tolong jangan kirim pesan singkat terus-menerus please, Rick butuh istirahat. Aku tidak mau dia terbangun. Kau tahu, dia sangaaat ... kelelahan sejak semalam." Suara manja seorang wanita terdengar dari seberang sana.

"Siapa kau!?" tanya Myan begitu terkejut.

"Menurutmu siapa? aku adalah orang yang selalu menemani dan memberi kehangatan untuk Rick di malam hari." Ucapnya dengan nada seperti menertawakan Myan.

"Apa kau tahu siapa aku?!" tanya Myan bergetar karena menahan marah.

Terdengar suara gelak tawa wanita itu.

"Ya, hanya seorang gadis malang yang tidak pernah bisa memberikan kepuasan pada pacarnya. Taukah kau kenapa Rick tidak pernah menyentuhmu?"

"Kauuu....!" Myan menggeram. Karena kekesalannya, dia tidak melihat pijakannya hingga kakinya terperosok.

"Myaann!! Awaas!!"

Pekikan peringatan terdengar bersamaan dengan terperosoknya kaki Myan ke bawah jurang terjal yang dalam.

Masih bisa Myan lihat sekilas wajah orang-orang yang berlari mengejarnya. Seperti gerakan melambat, ada yang berusaha menangkap dan menarik tangannya.

Tapi terlambat! Myan dapat merasakan dirinya semakin ringan, seperti terbang. Dan sedetik kemudian ia langsung dihempaskan menghunjam permukaan yang keras, hingga membuatnya tak sadarkan diri.

"MYAANN....!!!"

Dengan mata yang terpejam, sayup-sayup masih bisa ia dengar suara-suara yang memanggil namanya. Suara itu terasa sangat jauh dan jauh ... hingga akhirnya suara itu semakin menghilang, dan tak terdengar lagi.

Semua hening dan gelap.

******

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Jasmine

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku