The Ice Prince

The Ice Prince

ohmykhameeed

5.0
Komentar
566
Penayangan
20
Bab

Pemuda itu tidak bisa diam meratapi nasibnya yang malang meski persaingan untuk mendapatkan mahkota sangatlah ketat. Dia punya rencana sendiri, akan tetapi ada hal tak terduga malah terjadi sesaat sebelum memulai rencana. Ada apa?

Bab 1 Prolog

Kenyataan takkan pernah bisa berubah. Bocah itu masih menatap ke arah langit dengan wajah cukup heran, agak kagum dan juga serasa bebas. Dia masih mempertahankan senyuman lebar miliknya itu tanpa mengindahkan apa yang ada di sekitar. Bocah polos manapun pasti akan melakukan hal sama.

Lantas, seseorang dengan umur sangart tua berkata pada bocah tersebut.

"Suatu hari mungkin ini akan berguna. Akan tetapi, kau harus membuang semua kepercayaan dan memilih jalan baru untuk menjadi sosok lebih kuat."

<> Z E R O <>

Tanpa basa-basi pemuda berambut biru berpakaian nyaman nan indah mulai bangun dengan wajah agak cukup penasaran. Mengapa dia bermimpi hal sama setiap hari di akhir cerita?

Dia melihat cermin dan segera berdiri, lalu berjalan menghampiri pintu sambil mempertahankan wajah dingin seperti biasa.

Iya. Sesosok pemuda barusan adalah Ryuta Ryukiriga. Dirinya kini tengah berjalan menuju ke kamar mandi. Sebelum sampai disana. Terdapat seorang gadis berambut hitam sebahu dengan pakaian pelayan warna putih hitam memberikan satu buah handuk biasa dan satu buah handuk badan.

"Selamat pagi, tuan Ryuta. Silahkan."

"Terima kasih."

Ryuta menerima handuk itu, kemudian melanjutkan perjalanan untuk menuju ke kamar mandi. Saat sampai di depan pintu ada seseorang lagi menyapanya.

"Pagi, kak Ryuta."

"Ah. Pagi juga, Haruna."

"Kakak baru bangun ya? Hahahaha." Gadis kecil yang jauh lebih kecil dari Ryuta tertawa ceria.

Gadis di dekat Ryuta adalah Haruna Ryukiriga. Adik pertamanya sekaligus anak keempat dalam keluarga Ryukiriga. Mempunyai ciri fisik rambut berwarna merah sedikit ungu sebab tercampur warna biru, pendek, suka tersenyum ramah nan hangat serta selalu menunjukkan energi positif.

Ia tengah mengelap rambut panjang sekitar setengah punggung menggunakan handuk cukup kuat.

"Ya begitulah," jawab Ryuta berwajah biasa dan berjalan ke arah dalam rumah.

Meski bisa dibilang Ryuta selalu biasa saja dan dingin. Namun dia adalah orang paling perhatian secara tersirat. Siapapun yang mengenal Ryuta pasti tahu bagaimana cara dia bertindak.

Setelah masuk di kamar mandi. Ryuta sedikit melamun sambil memikirkan sesuatu.

"Apa aku lebih menyukai kesendirian?"

Sebagai seseorang dengan kemampuan belum diketahui dan baru berusia enam belas tahun. Dia masih mencari rencana untuk mengembangkan kemampuan bersama potensi dalam diri sendiri. Mungkin mereka semua harus saling bersaing mendapatkan gelar mahkota berikutnya.

Dimulai dari kakak pertama dan kedua Ryuta, lalu Ryuta sendiri dan kedua adiknya sendiri. Sejak awal dia kurang tertarik pada posisi menjadi seorang pemimpin kerajaan. Bukan apa-apa. Menjadi seorang pemimpin butuh banyak aspek. Apalagi saat seseorang masih muda lebih baik mencoba mengembangkan diri terlebih dahulu sambil mencari pengalaman.

Karena melamun sedikit lama. Dia segera berendam pada onsen sangat luas dalam kamar mandi kira-kira sepuluh meter.

"Benar juga. Kalau aku tidak bisa melakukan berbagai hal, untuk apa menjadi raja huh?" tanya Ryuta dalam kesendirian dengan rileks.

Dia memejamkan mata seolah sedang tertidur. Siapa sangka Ryuta memasuki alam bawah sadar.

Terdapat sebuah pedang menancap di sebuah batu bekas tubuh seekor naga serba putih. Orang tua yang sering Ryuta temui di mimpi muncul kembali. Anehnya Ryuta malah terbiasa akan hal tersebut.

"Ryuta. Pedang ini bukan hayalan, melainkan pilihan. Mungkin bagimu lama untuk menjadi seorang pemimpin. Apa yang kau katakan adalah hal benar. Gali potensimu dahulu. Suatu hari pedang ini pasti bisa kau cabut saat ada sayembara pemilihan sebagai penerus raja Kerajaan Xenocyte."

"Apa maksudmu-???" Ryuta merasa heran.

Segera saja dia tersadar dari lamunan dan langsung mandi seperti biasa sebab mulai kepikiran soal maksud perkataan barusan yang agak membingungkan.

Entah mengapa mengganggu sekali pernyataan orang tua barusan dalam bayangan Ryuta.

Sekitar sepuluh menit. Di depan pintu kamar. Lelaki berambut putih sedikit abu-abu berdiri. Ia memberikan hormat saat saling berdekatan satu sama lain.

"Selamat pagi, tuan Ryuta."

"Ah. Selamat pagi juga Lory. Apakah ada agenda khusus hari ini?" tanya Ryuta kepada lelaki tersebut.

Namun sebelum menjawab pertanyaan Ryuta. Laki-laki seumuran dengan Ryuta memberikan respon kalau lebih baik berganti baju terlebih dahulu sebab agar enak dilihat.

"Benar juga. Baiklah."

Setelah berganti pakaian. Lory mulai masuk. Kemudian mulai membacakan agenda kegiatan satu demi satu.

Pertama belajar di Akademi Xeno dari jam tujuh sampai jam dua belas. Disusul latihan berpedang bersama David dan Shiro selama tiga jam tanpa henti. Acara terakhir ialah belajar soal pengetahuan umum.

Karena mendengar pelajaran serta latihan. Dia jadi sedikit agak murung.

"Ah. Merepotkan juga menjadi seorang calon putra mahkota. Menyebalkan."

"Tidak masalah bagimu untuk mengeluh, tuan Ryuta. Asalkan anda mampu bisa menjalani kegiatan ini saya takkan keberatan."

"Hei, Lory. Apakah kau pernah merasa kurang berguna?"

Pandangan pemuda berambut abu-abu tersebut mulai agak berbelok menuju ke arah jendela.

"Sering."

"Aku belum menemukan jati diriku seperti apa."

"Itu wajar, tuan."

"Tidak. Kau sudah mempunyainya, yang lain juga. Aku kesusahan mencari."

Sebagai anak seorang raja besar. Terkadang dia ingin berusaha agar menjadi lebih berbakat dari keempat saudaranya sendiri. Namun bukan sebuah hal mudah mencari potensi terbaik dalam diri seseorang. Apalagi berlatih keras sejak lama. Mungkin jalan satu-satunya Ryuta sekarang hanyalah melepas nama Ryukiriga.

Lory berkata dengan nada kurang sopan.

"Tuan Ryuta! Anda hanya kurang beruntung saja. Saya mohon jangan berkata kalau anda tak berbakat. Mau sehebat apapun suatu bakat, kalau kekuatan itu digunakan untuk menyakiti untuk apa?!"

"Bukan begitu, Lory. Aku hanya-"

Sebelum meneruskan perkataan. Ryuta sekarang lebih memilih mengurungkan niat utamanya berbicara lebih dalam lagi. Dia langsung pergi setelah berpakaian rapi sebab menuju ke akademi.

"Tunggu, tuan Ryuta!"

Di tengah perjalanan. Ryuta berpapasan dengan dua orang pakaian berbeda. Satu memakai pakaian kasual rajutan hijau daun bersama pita warna pink pada bagian bawah leher rok hitam setengah paha.

Satu lagi berpakaian ala seorang petualang dengan zirah ringan menutup bagian vitalnya.

"Halo, Ryuta! Pagi."

"Pagi juga, Tetsuya dan juga Ayumi."

Mereka berdua adalah sahabat Ryuta.

Tetsuya Kizu dan Ayumi Rin. Selain Lory Kyousuke yang merupakan sahabat Ryuta sejak lama, mereka berdua juga saling mengenal lebih lama lagi.

"Kau kelihatan agak murung hari ini ya?" gadis berambut hitam berkucir satu tersebut bertanya sambil tersenyum penuh rasa penasaran.

"Tidak ada masalah, hanya saja aku masih mencari tahu sesuatu."

Tetsuya yang peka menjetikkan jari satu kali. Ia tahu sesuatu mengenai masalah pangeran wajah dingin itu.

"Ryuta. Apakah ini mengenai mencari potensi ya?"

"Hmm," jawab Ryuta agak menunjukkan rasa malas.

"Memang pangeran yang satu ini bermasalah ya dalam menggali kemampuan diri sendiri." Ayumi berkata dengan nada bercanda.

Garis waktu dan takdir terkadang sulit berhubungan satu sama lain bagaikan langit dan bumi. Apalagi dalam masalah Ryuta sekarang ialah tentang menjadi lebih kuat tanpa merasa ada tekanan.

Tumbuh alami adalah hal yang tidak dimiliki oleh Ryuta dari dulu sampai sekarang.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Jatuh Cinta dengan Dewi Pendendam

Jatuh Cinta dengan Dewi Pendendam

Juno Lane
5.0

Sabrina dibesarkan di sebuah desa terpencil selama dua puluh tahun. Ketika dia kembali ke orang tuanya, dia memergoki tunangannya berselingkuh dengan saudara angkatnya. Untuk membalas dendam, dia tidur dengan pamannya, Charles. Bukan rahasia lagi bahwa Charles hidup tanpa pasangan setelah tunangannya meninggal secara mendadak tiga tahun lalu. Namun pada malam yang menentukan itu, hasrat seksualnya menguasai dirinya. Dia tidak bisa menahan godaan terhadap Sabrina. Setelah malam penuh gairah itu, Charles menyatakan bahwa dia tidak ingin ada hubungan apa pun dengan Sabrina. Sabrina merasa sangat marah. Sambil memijat pinggangnya yang sakit, dia berkata, "Kamu menyebut itu seks? Aku bahkan tidak merasakannya sama sekali. Benar-benar buang-buang waktu!" Wajah Charles langsung berubah gelap. Dia menekan tubuh Sabrina ke dinding dan bertanya dengan tajam, "Bukankah kamu mendesah begitu tidak tahu malu ketika aku bersamamu?" Satu hal membawa ke hal lain dan tidak lama kemudian, Sabrina menjadi bibi dari mantan tunangannya. Di pesta pertunangan, sang pengkhianat terbakar amarah, tetapi dia tidak bisa meluapkan kemarahannya karena harus menghormati Sabrina. Para elit menganggap Sabrina sebagai wanita kasar dan tidak berpendidikan. Namun, suatu hari, dia muncul di sebuah pesta eksklusif sebagai tamu terhormat yang memiliki kekayaan miliaran dolar atas namanya. "Orang-orang menyebutku lintah darat dan pemburu harta. Tapi itu semua omong kosong belaka! Kenapa aku perlu emas orang lain jika aku punya tambang emas sendiri?" Sabrina berkata dengan kepala tegak. Pernyataan ini mengguncang seluruh kota!

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku