Utami destiana putri gadis cantik berkulit putih dan berhidung mancung ,terlahir dari keluarga yang sederhana namun, karena keserakahan ayah nya yang di provokasi kan oleh ibu tiri nya ,hingga ayahnya Utami terlilit hutang hingga sepuluh miliar dan utami harus mau di jadikan jaminan oleh ayah nya ,utami harus mau menikah dengan pria yang seumuran dengan ayah nya ,dan naas nya lagi utami bukan jadi istri pertama melainkan istri ke tiga dan harus serumah dengan istri-istrinya yang lain
" Tidak ayah ,aku tidak mau " ujar Utami yang
saat ini sedang duduk bersama dengan ayah
dan ibu nya di ruang keluarga.
" Tolong lah ayah mu ini tami, kalau kamu tidak
mau di nikahkan dengan tuan Dewo , lalu siapa
lagi "?ucap pak Hendra ayah nya utami .
" Anak perempuan ayah bukan tami saja , disini
ada kak Vera dan juga kak hani ,kenapa mesti
harus tami,lagian tami masih ingin kuliah dan
tami juga ingin kerja yah seperti kak Vera dan
kak hani,biar bisa bantu ayah " ucap tami sambil
terisak nangis .
" Tami dengar kan dulu ayah mu tami , ayahmu
itu berbuat begitu karena sayang sama kamu
jadi tolong mengertilah tami " ucap Sarah ibu
tirinya tami .
" Dan aku tidak mau , sampai kapan pun aku
tetap tidak mau " ujar tami sambil beranjak
bangkit dari duduknya.
" Dasar anak yang tidak tahu berterima kasih
bertahun-tahun kau di besarkan dengan peluh
dan kasih sayang , namun apa balasan mu hah!
dengar tami kami menyesal telah membesarkan
mu ,tahu begitu aku Sudi mengurus nya " teriak
Hendra yang saat ini merasa geram melihat tami
yang susah di atur .
"Mas sudahlah ,kamu yang sabar ya " ucap sang
istri yang saat ini sedang mengelus punggung
hendra .
Mendengar teriakkan itu ,tami langsung terhenti
dia kemudian berbalik badan dan menatap sang
ayah dan ibunya .
" Mak,,,mak,,,maksud ayah apa ,? apakah tami
buk,,,buk,,,kan anak ayah "???? tanya utami syok
dengan suara yang bergetar dia kemudian
berjalan kembali menuju ayah ibunya .
" Yah kamu bukan anak ku , kamu aku ambil di
tempat sampah dan saat aku temukan badanmu
sedang di kerebutin lalat hijau ," ucap hendra
lagi sarkas .
Mendengar hal itu utami kembali menangis
sesenggukan , utami pun meluruh ke lantai dia
merasa semua persendian nya menjadi lemas
Penjelasan hendra bagi tami bisa di ibaratkan
petir di siang hari , setelah berumur dua puluh
dua tahu tami baru di beri tahu kenyataan pahit
tentang kehidupan nya .
Di saat dia sedang duduk bersimpuh dengan
berderai air mata , tiba-tiba ada tangan yang
mengusap pundaknya .
" Yang sabar ya neng " ucap bi Ijah
Maka dengan refleks tami pun menghambur
kepelukan bi Ijah ,dan masih dengan berderai
air mata tami menyembunyikan wajah cantiknya
di dada bi Ijah yang berbadan tambun .
" bi ,bibi tahu semuanya kan " tanya tami di sela
Isak tangis nya ,
" iya neng ,ayo sekarang bangun neng kita ke
kamar neng tami" ajak bi Ijah .
Tami pun menurut pada ajakan bi ijah ,tami
berjalan sambil memeluk bi Ijah .
Setelah kepergian tami , pa hendra pun bangkit
dari duduknya ,pa hendra hendak pergi ke ruang
kerjanya , sementara bu Sarah hanya diam
membisu dan cuma menyaksikan kepergian
mereka satu persatu .
Tiba di ruang kerja ,pa hendra langsung duduk
dan beliau langsung memijit pelipis nya yang
terasa pusing dan ternyata bu Sarah pun
mengikutinya,
" yah ,seharus nya ayah tadi tidak mengatakan
siapa tami , bukan kah kita dulu sudah
sepakat kalau kita tidak akan mengatakan
identitas nya"ucap bu Sarah pada suaminya .
" Ayah juga tidak tahu bu, kebetulan tadi cuma reflek saja ,karena ayah merasa jengkel pada tami, karena dia tidak mau menuruti keinginan
kita " dengus pa hendra kembali wajah jengkelnya .
" ya tapi tidak gitu juga yah ,tak seharusnya ayah mengatakan identitas nya yah" ujar bu Sarah dengan berkaca-kaca dan tetap
menekan kesalahan pak hendra
" sudah lah bu, ayah sekarang lagi pusing ,sebaik
nya ibu pergi ke kamar kita ,dan ayah akan tidur
disini saja ," ucap pak hendra dengan wajah datar .
Melihat expressi wajah suaminya ,bu Sarah pun
undur diri untuk ke masuk kamar nya
Sementara di kamarnya tami ,dia masih terisak
wajahnya yang cantik dia benamkan ke bantal
sambil di temani bibi yang selalu di samping nya
" bi apakah betul yang tadi di omongkan oleh
ayah" tanya tami dengan suara parau nya
" bibi juga sebetulnya baru tahu sekarang neng
dulu saat neng di bawa oleh pak hendra dan Bu
Sarah katanya iya hasil Nemu " ucap bi Ijah
mencoba mengingat semua awal mula tami di
boyong ke rumah ini .
Kembali tami menangis keras sampai lama dan akhir nya tertidur karena kelelahan .
" Maafin bibi neng ,sengaja bibi tidak cerita akan
masalah ini karena bukan ranah nya bibi untuk
cerita biarlah nanti neng tahu sendiri akan siapa
neng sebenarnya " monolog bi Ijah sambil terus
mengelus rambut coklat nya utami.
Di saat bi Ijah sedang duduk sambil mengelus
rambut nya tami, Vera kakak nya tami masuk
tanpa mengetuk dulu ,hingga membuat bi Ijah
tersentak kaget.
" Sudah di bilang tidak usah ngeyel ,eh masih
ngeyel mulu" ucap vera tiba-tiba sudah ada di
samping BI Ijah sambil berkaca pinggang.
" eh neng vera,ada yang bisa bibi bantu "???
tanya bi Ijah sambil langsung berdiri .
" Ya bi ,aku kesini mau nyuruh bibi untuk buat
cemilan dan minuman,dan nanti bawa ke teras
samping rumah karena tamu nya ada di sana .
" ucap vera datar.
" berapa gelas yang harus bibi bikin neng "?
tanya bi ijah lagi.
" empat gelas semua nya ," jawab ketus vera.
Vera memang berbeda dengan tami dia agak
sombong,mungkin karena didikan pak hendra
jadi dia sangat sedikit tamak terutama terhadap
tami,yang setahu dia tami ialah anak pungut
Setelah memerintah bi Ijah ,vera pun bergegas
kembali keluar kamar dan akan kembali ke teras
Dimana teman-teman sedang menunggu .
namun di ruang tengah vera bertemu dengan
ibu tirinya yang sedang duduk sendiri .
" Bu kenapa bukan aku saja yang di nikahkan
sama pa dewo,bukan kah umur ku lebih tua dari
tami " ucap vera sengaja mencari muka
" bukan masalah umur ver,tetapi pak dewo yang
menginginkan utami lah untuk menjadi kan nya
istri ,entahlah ibu juga tidak mengerti " ucap Bu
sarah yang menatap lurus kedepan
" Mungkin vera kurang cantik ya bu" vera mulai
terisak mengeluarkan air mata buayanya .
" Tidak nak , kamu juga cantik kok " ucap bu
Sarah sambil tersenyum manis .
Disaat vera dan bu sarah sedang berbasa-basi,
di kamar utami sedang merencanakan sesuatu,
utami sedang mengemas sebagian baju nya ,
dan dia hendak kabur dari rumah yang selama
ini memberi kenyamanan,
Buku lain oleh mamih yoga
Selebihnya