/0/24665/coverbig.jpg?v=20250624183003&imageMogr2/format/webp)
Elvira / Lia, gadis cantik yang sejak kecil terbiasa hidup dalam kemewahan dan gemerlap pesta sosialita, harus rela meninggalkan segalanya saat rumah tangga orang tuanya runtuh. Perceraian pahit antara ayah dan ibunya menghempaskan Lia dari singgasana nyamannya, memaksanya menghadapi realita yang jauh dari glamor. Ia memilih untuk tetap bersama ibunya, Miranda, yang hatinya hancur berkeping-keping, dan meninggalkan ayahnya yang kini hidup mewah bersama wanita yang pernah menjadi bayangan kelam masa kecil Lia-wanita yang merebut kebahagiaan keluarganya. Kehidupan sederhana di rumah kecil pinggir kota bersama sang ibu dan Mbok Rini, mantan pelayan yang setia, menjadi tantangan terbesar dalam hidup Lia. Dari gadis yang terbiasa mendapatkan apa pun hanya dengan menunjuk, kini ia harus rela berjalan kaki di bawah terik matahari, belajar memasak dari nol, bahkan ikut berjualan kue keliling demi membantu menopang ekonomi keluarga. Namun, di balik segala kepahitan dan kehilangan itu, Lia mulai menemukan makna baru dari kebahagiaan. Bukan dari pesta mewah atau barang bermerek, tapi dari tawa ibunya saat mereka memasak bersama, dari pelukan hangat Mbok Rini, dan dari kebersamaan yang tak ternilai harganya.
Elvira, atau yang biasa dipanggil Lia oleh keluarga dan teman dekatnya, duduk di tepi balkon rumah megah mereka yang terletak di pusat kota. Dari sana, ia bisa melihat gemerlap lampu kota yang tak pernah padam, hiruk-pikuk lalu lintas yang seolah tak berhenti. Sejak kecil, pemandangan itu selalu mengingatkannya pada satu hal: dunia yang penuh kemewahan dan kenyamanan, yang selama ini menjadi tempatnya bernaung.
Namun, malam itu berbeda.
Udara hangat musim semi menyapu wajahnya yang cantik, tetapi hati Lia terasa dingin dan hampa. Baru beberapa jam lalu, ia menyaksikan ayah dan ibunya bertengkar hebat di ruang tamu, suara mereka bergemuruh memenuhi seluruh rumah. Tidak seperti biasanya, pertengkaran itu bukan lagi sekadar cekcok kecil yang kemudian cepat selesai. Kali ini, semuanya runtuh seperti menara pasir yang ambruk dalam sekejap.
Ayahnya, Jonathan Ardhana, seorang pengusaha sukses yang dikenal dingin dan ambisius, telah mengumumkan keinginannya untuk bercerai. Ibu Lia, Miranda Prasetya, wanita anggun yang selalu terlihat tegar di depan umum, kini menangis terisak di sudut ruangan. Dunia Lia yang selama ini terpaku pada kemewahan dan kebahagiaan semu mulai retak.
Ia merasa seakan-akan seluruh langit di atas kepalanya runtuh.
"Lia, kamu dengar itu, kan? Ayah dan ibu... mereka tidak akan tinggal bersama lagi," suara Mbok Rini, pelayan setia keluarga yang sudah bersama mereka sejak Lia kecil, lembut namun penuh kekhawatiran.
Lia mengangguk pelan. Matanya berkaca-kaca, tapi ia berusaha keras menahan tangis agar tidak jatuh di depan Mbok Rini. Ia tahu betapa besar luka yang ditimbulkan perceraian ini pada ibunya, yang kini menjadi rapuh dan mudah tersedu.
Keesokan harinya, dunia Lia berubah drastis. Ia dan ibunya meninggalkan rumah megah yang penuh kenangan itu, pindah ke sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Rumah sederhana yang jauh dari gemerlap lampu dan hiruk-pikuk sosialita yang dulu biasa ia jalani.
Kehidupan baru itu seperti ujian berat bagi Lia. Gadis yang selama ini hidup dalam pelukan kemewahan harus belajar menghadapi dunia nyata yang keras.
"Bu, aku bisa bantu berjualan kue keliling," kata Lia suatu sore saat melihat ibunya yang lesu duduk di ruang tamu rumah kecil mereka.
Miranda mengangkat wajahnya, matanya sembab. "Lia, kamu sudah capek sekolah, tidak perlu tambah beban."
"Tapi aku ingin membantu, Bu. Kita harus kuat, kan?" Lia menggenggam tangan ibunya erat, berusaha menularkan semangat yang mulai pupus.
Sejak hari itu, Lia mulai belajar memasak, membuat kue, dan berjualan keliling. Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah, ia sudah siap dengan nampan berisi kue-kue buatannya. Jalanan yang dulu asing dan kotor baginya kini menjadi tempat ia berjuang untuk keluarga.
Mbok Rini selalu ada di sisi mereka, memberikan semangat dan menjadi penopang kuat saat semangat Lia mulai goyah.
"Lia, kamu hebat. Aku bangga sama kamu," kata Mbok Rini suatu malam saat mereka duduk bersama sambil mengobrol.
Namun, meski Lia berusaha kuat, kadang malam-malamnya penuh dengan pertanyaan dan keraguan. Apakah semua pengorbanan ini akan membuahkan hasil? Apakah ibunya bisa kembali tersenyum seperti dulu? Dan yang paling menyakitkan-apakah ayahnya benar-benar bahagia dengan wanita baru yang merebut keluarganya?
Dalam keheningan malam, Lia sering menatap foto keluarga yang dulu tergantung di ruang tamu rumah megah mereka. Foto itu kini telah berlubang di beberapa bagian, seolah menggambarkan retakan yang merenggut mereka.
Tapi Lia tahu satu hal: ia tidak akan membiarkan keluarganya hancur begitu saja. Ia akan berjuang bersama ibunya, menemukan kebahagiaan baru meski harus melalui jalan yang penuh duri.
Bab 1 malam itu berbeda
04/06/2025
Bab 2 membangkitkan keberanian yang kini semakin rapuh
04/06/2025
Bab 3 membuka luka lama
04/06/2025
Bab 4 penuh dengan kegelisahan
04/06/2025
Bab 5 mencoba menguatkan diri
04/06/2025
Bab 6 Pilihan Sulit
04/06/2025
Bab 7 Pagi yang suram
04/06/2025
Bab 8 menghancurkan sisa-sisa keluarganya
04/06/2025
Bab 9 Jangan pernah berhenti berjuang
04/06/2025
Bab 10 menikmati senja dengan senyum tulus
04/06/2025
Bab 11 Beberapa bulan setelah kejadian
04/06/2025
Bab 12 kekhawatiran
04/06/2025
Bab 13 Kemenangan itu bukan tanpa harga.
04/06/2025
Bab 14 membongkarnya
04/06/2025
Bab 15 Kamar Lia terasa sunyi
04/06/2025
Bab 16 Setelah pengumuman
04/06/2025
Bab 17 mulai bergerak lebih agresif
04/06/2025
Bab 18 berlari menjauh dari reruntuhan
04/06/2025
Bab 19 Kehidupan Lia di rumah sakit
04/06/2025
Bab 20 Kabar pengkhianatan
04/06/2025
Bab 21 kegelapan justru semakin pekat
04/06/2025
Bab 22 kedatangan seseorang dari masa lalunya
04/06/2025
Bab 23 Kepercayaan
04/06/2025
Bab 24 penuh dengan kecemasan
04/06/2025
Bab 25 berkomunikasi dengan sumber
04/06/2025
Bab 26 semua ini mengarah
04/06/2025
Bab 27 setelah pelarian yang melelahkan
04/06/2025
Bab 28 Mereka keluar dari gudang
04/06/2025
Bab 29 hanya sebagai seorang aktivis
04/06/2025
Bab 30 Tugasnya bukan hanya untuk dirinya sendiri
04/06/2025
Bab 31 menyelesaikan rutinitas
04/06/2025
Bab 32 menandingi gelapnya malam
04/06/2025
Bab 33 menjadi saksi perjalanannya
04/06/2025
Bab 34 seolah dunia luar tak lagi punya tempat
04/06/2025
Bab 35 membuat segalanya terasa jauh
04/06/2025
Bab 36 darurat
04/06/2025
Bab 37 ruangan dengan pandangan kosong
04/06/2025
Bab 38 Aku bukan pahlawan
04/06/2025
Buku lain oleh Muhammad Taufiq
Selebihnya