Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
My Sweet Devil
5.0
Komentar
3
Penayangan
1
Bab

Sepertinya, predikat pekerja paling kurang ajar jatuh pada Alea Anderson. Lagipula, bawahan jenis apa yang berani menampar bosnya di hari pertama bekerja?! Antares Zelardo selaku korban penamparan, tentu saja tidak tinggal diam. CEO arogan yang sudah Alea cap 'iblis' tersebut, punya banyak cara untuk membalas dendam atas tamparan 'manis' yang diterimanya. Sial, dengan bodohnya Ares malah jatuh pada pesona Alea. Namun, ketika menyadari alasan perempuan itu berada di dekatnya, perasaan cintanya bercampur banyak kecewa dan amarah. Alea dan Ares ... diam-diam mulai berlomba saling menghancurkan.

Bab 1 I am Your Boss

"Sedang menguji kesabaranku, heh?"

Pria dengan setelan jas hitam tersebut, tersenyum miring. Berbanding terbalik dengan wajah dingin dengan rahang mengetatnya yang seolah siap membunuh seseorang. Jangan lupakan manik mata berwarna biru jernihnya yang selama ini berhasil memikat begitu banyak kaum hawa. Sialnya, kali ini netra tersebut menyorot kelewat tajam---seolah bakal berhasil melubangi tubuh siapa saja yang mampu ditatapnya.

Beberapa detik sebelumnya, dia menerima pesan dari sang Papa. Katanya dia harus menemani Evelyn---sepupunya, entah untuk urusan apalagi. Jika sampai menolak, bisa dipastikan pria tua yang 'bucin' berat pada istrinya tersebut akan mengacaukan harinya lebih banyak lagi.

"Tuan, sekretaris barunya sudah sampai." Arnold----Private Assistant-nya memberitahu.

Ares menoleh. Pria jangkung itu membuang napas sejenak sebelum kemudian mengangguk singkat.

"Suruh dia masuk! Kuharap kau mendapatkan orang yang tepat," perintah Ares datar. Manik biru jernihnya menyorot dingin dan penuh peringatan. Seolah jika Arnold melakukan satu kesalahan kecil saja, ia akan habis termakan.

"Saya jamin kinerjanya baik, Tuan. Dia lulusan Harvard dengan IP tertinggi di angkatannya. Dia juga punya pengalaman menjadi sekretaris di Anderson Group selama beberapa tahun terakhir," jelas Arnold begitu yakin.

Ares mengusap-usap dagunya sejenak. Terlihat berpikir. "Lalu ... kenapa dia berhenti? Apa dia dipecat karena melakukan kesalahan?" tanya pria bermanik biru jernih itu curiga.

"Sama sekali tidak, Tuan. Justru, Nona Alea adalah putri dari Nyonya Alexa Anderson. Katanya dia ingin bekerja di tempat lain dan berkembang dengan usahanya sendiri, bukan campur tangan Mamanya."

Well ... menarik.

Itu adalah satu kata yang terlintas di kepala Ares. Dia sendiri tahu seberapa besar Anderson Group. Meski perusahaan yang bergerak di bidang tekstil dan petrokimia itu berada di bawah Desmon Group---perusahaan yang saat ini dipimpinnya, tetap saja perusahaan yang dipimpin oleh Alexa Anderson tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata.

"Cepat suruh dia menemuiku! Setelah itu kau keluar saja, siapkan mobil. Sebentar lagi aku akan keluar," titah Ares yang dipatuhi Arnold dengan cepat.

"Tuan akan pergi merayakan ulang tahun Nyonya Azura?" tanya Arnold hati-hati sebelum berbalik pergi.

Tidak butuh waktu lama untuk mendapati mata elang pria itu menyorotnya tajam.

"Berhenti menyebut nama perempuan itu! Kepalamu masih berfungsi dengan baik sehingga mampu mengingat setiap laranganku, kan?"

Arnold tahu kalimat bernada rendah itu berarti ancaman. Maka dengan cepat pria itu segera keluar dan mempersilakan sekretaris baru yang masih menunggu di luar untuk memasuki ruangan sang atasan.

"Nona Alea, silakan masuk! Tuan Ares sudah menunggu di dalam," titah Arnold sopan yang diangguki perempuan berambut cokelat bercampur pirang itu cepat.

Derap langkah tenang dengan suara heels yang membentur lantai keramik ruangan, membuat Ares mengalihkan pandangan dari berkas di tangan ke kaki jenjang dan mulus di depannya. Begitu menemukan heels biru muda sejenis sepatu kaca yang berkilauan, Ares tersenyum sinis.

Biru muda. Warna kesukaan Mamanya. Oh, atau mungkin ... Mama Dareen?

"Selamat siang, Sir. Saya Alea Anderson."

Suara pertama yang keluar dari mulut sekretaris barunya, membuat Ares segera mendongakkan pandangan. Matanya mengintimidasi setiap bagian tubuh Alea membuat perempuan yang terbiasa tampil percaya diri itu sedikit gugup.

Rambut cokelat kepirang-pirangan. Poni rata yang menutup sebagian besar kening. Kulit putih bersih dengan rona merah di pipi yang Ares yakini tanpa polesan make up. Dan ... manik mata berwarna biru.

"Kau suka biru?" tanya Ares tiba-tiba.

Alea tidak tahu untuk apa Bosnya bertanya demikian. Tapi, yang ia tahu sekarang adalah menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Melihat anggukan santai Alea, Ares semakin menyeringai. Pria itu bangkit berdiri kemudian duduk lagi di sofa sudut ruangan dengan meja rendah di depannya.

Alea kontan berbalik dan berdiri menghadap pria itu kembali. Tanpa gentar. Lagipula, tidak ada alasan untuk merasa gugup dan takut untuk hal sekecil ini.

Sejak kecil, Mamanya sudah mengajarkannya untuk menjadi pemberani. Perempuan tidak ditakdirkan untuk bergantung pada seorang lelaki. Jadi, dunia kerja dan segala bentuk orang baru sudah bukan hal yang menyulitkan Alea untuk beradaptasi.

Alea dan Alfa---kakak kembarnya, memang dibentuk Alexa untuk jadi sesempurna ini.

"Jadi, Alea Anderson? Itu namamu?" tanya Ares memastikan sambil menaikkan kaki ke atas meja kaca rendah di depannya.

Matanya memandang tubuh Alea dari atas hingga bawah dengan tatapan meremehkan. Tapi, bukan Alea Anderson namanya jika tidak berani balas menatap tak kalah menantang.

"Yes, Sir."

"Okey, Alea Anderson. Mulai hari ini ... kau dipecat."

Apa tadi?

Alea bahkan belum mampu mencerna kalimat pria jangkung itu. Ares yang tidak tampak terpengaruh dengan wajah terperangah perempuan itu, memilih bangkit berdiri.

"W-wait! Saya belum melakukan kesalahan apapun bahkan belum bekerja sama sekali. Bagaimana bisa saya dipecat?" tanya Alea mencoba tenang.

Ares tersenyum lagi dengan cara menjengkelkan yang sialnya terlihat begitu tampan. Kutuk saja kepala Alea yang bisa-bisanya memuji ketampanan makhluk kurang ajar di depannya!

"Memangnya kenapa? I am your boss. Jika aku ingin memecatmu, pasti akan kulakukan."

Alea mengerjap terkejut dengan sahutan santai pria dengan warna mata sama sepertinya tersebut.

"You can't do this, Sir! Saya melewati banyak seleksi dan interview untuk sampai di titik ini," sanggah Alea dengan tatapan tajam yang seolah hendak menguliti Ares.

"I can. Dan sekarang aku sudah memecatmu. Sana keluarlah! Wajahmu merusak pemandangan ruanganku," titah Ares bossy sambil memasukkan tangan ke dalam saku.

Tanpa diduga, Alea justru berjalan mendekati Ares dan naik ke atas meja kaca rendah di depannya. Dengan santai, perempuan yang tampak cantik dengan balutan blazer abu itu bahkan menampar pipi sang atasan keras.

PLAK ....

Ares mendelik tajam begitu merasakan perih di pipi kirinya. Belum sempat melayangkan protes, telunjuk Alea sudah lebih dulu mendorong dadanya membuat pria itu jatuh terduduk kembali di sofa.

"Tidak heran Mama mengatakan keluarga Zelardo itu menjijikkan. Putra tunggalnya saja jelmaan iblis."

Kalimat sarkas itu berakhir dengan Alea yang melompat turun dari meja kaca kemudian hilang di balik pintu ruangan. Ares yang masih terkejut dengan sikap lancang perempuan itu, memandangi pintu yang terbanting keras dengan terperangah.

Seorang perempuan? Menamparnya? Yang benar saja!

"Tuan, kenapa Nona Alea terlihat marah dan langsung pergi?" tanya Arnold yang entah sejak kapan sudah berjalan masuk dan berdiri di hadapannya.

Begitu melihat jejak tamparan di pipi Bosnya, pria itu membulatkan mulut sejenak sebelum kemudian kembali menunduk hormat. Ingin bertanya lebih banyak tapi wajah sangar pria itu seolah siap mencekik siapa saja di depannya.

"Carikan aku sekretaris lain!" titah Ares tegas begitu berhasil mengumpulkan kepingan kesadarannya yang berceceran bersamaan dengan tamparan di pipinya tadi.

"Tapi, Tuan---"

Terpotong.

"Carikan juga toko kue yang paling dekat dari kantor, sekarang." Ares kembali menitah tanpa bantahan.

Arnold mendongkak kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Setelah beberapa saat mengutak-atiknya, pria itu menyodorkan pada Ares.

"Ini, Tuan. Anderson Cake. Tempatnya kurang dari 1 km dari kantor. Kemarin saya membelikan adik saya kue ulang tahun di sana juga." Arnold menjelaskan semangat.

Ares menyabet ponsel di tangan Arnold kemudian memperhatikan foto toko kue di sana.

"Anderson Cake?" tanya pria jangkung itu begitu menyadari sesuatu.

"Iya, Tuan. Itu toko Nona Alea."

Mendengar nama perempuan itu disebut, Ares kembali tersenyum lebar. Atau mungkin ... lebih terlihat ke senyum menyeramkan?

"Siapkan mobil! Aku akan pergi ke sana," jawab Ares dengan nada paling riang yang pernah Arnold dengar.

Tentu saja arti kata 'riang' bagi seorang Antares Zelardo bukan seperti yang orang lain pikirkan. Riang milik Ares, sama dengan alarm pertanda bahaya bagi Arnold yang sudah mengenal jelas watak sang atasan.

"Tuan ingin membeli kue ulang tahun untuk Nyonya Azura?" tanya Arnold begitu teringat hari ini adalah ulang tahun perempuan itu.

Seketika, wajah Ares berubah murka. "Tentu saja tidak!" bantah pria itu tajam.

"Hanya ingin mengenal sekretaris baruku lebih banyak," jawab Ares lagi, dengan alis terangkat satu.

Seketika, Arnold teringat pada bekas tamparan di pipi Ares dan wajah murka Alea. Pasti telah terjadi sesuatu di antara keduanya. Dan sekretaris baru itu pasti sudah membuat Ares murka juga.

Perempuan itu dalam bahaya!

"Cepat siapkan mobilnya, Arnold! Aku tidak sabar menemui perempuan 'manis' itu," titah Ares sambil menekan kata 'manis' di dalam kalimatnya.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Writer Gaje

Selebihnya

Buku serupa

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

kodav
5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku