Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Devil CEO

The Devil CEO

Kakarlak

4.8
Komentar
139.9K
Penayangan
150
Bab

Lelaki dengan sorot mata tajam, minim bersuara dan tegas. Ethand Girogino Alves sang CEO Alves Corp selalu berpikir kritis dan kejam. Bahkan setiap kalimat yang dilontarkannya seperti sembilu yang menyayat hati bagi setiap telinga yang mendengarnya. "Ternyata benar," Ethand menjeda kalimatnya. Wanita dihadapannya menatap sinis lalu membuang tatapannya ke arah lain. "Barang murah memang selalu berkualitas rendah." Awal mula pertemuan Ethand dan seorang wanita yang mampu mengubah pandangan hidup dan hatinya. Emma Liandra Jones, seorang wanita yang mahir dalam dunia IT. Bekerja di Alves Corp dan bertemu dengan CEO yang memberinya hukuman di hari pertama kerja. "Bukankah lelaki juga selalu menilai wanita dari sepatu mana yang dipakainya?" Emma seorang yang jenius. Kecantikannya mengalahkan artis papan atas di Vunia. Akankah Ethand me-reset hidupnya dan memulai hidup baru?

Bab 1 Lelaki Yang Gila Hormat

Alves Corp pagi ini terlihat tidak seperti biasanya. Ketika mendengar tuan Alves mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO, beberapa karyawan membentuk beberapa tim. Bukan tim kerja tetapi tim gosip.

Dilantai sepuluh Alves Corp terdengar ramai. Tim manajemen sibuk dengan aktivitas pagi yang tidak biasa. Mereka membentuk lingkaran dan mulai bergosip dengan suara sedikit berbisik agar tidak terdengar oleh petinggi perusahaan yang kebetulan lewat.

"Dengar-dengar putra tunggal tuan Alves yang akan menjadi pemimpin kita kali ini." Seorang lelaki dengan nada serius memulai acara gosip mereka pagi itu. Sedangkan beberapa orang yang mengelilinginya manggut-manggut mengiyakan.

"Dengar-dengar juga, katanya pak Albert lah yang akan menempati posisi CEO Alves Corp kali ini." Seorang lelaki dengan dasi biru tua juga tidak mau kalah dengan persepsinya. Beberapa orang menggelengkan kepalanya ketika mengingat Albert hanyalah keponakan tuan Alves.

"Menurut saya, putra tunggal tuan Alves lah yang akan menjadi CEO kita." Seorang perempuan dengan alis menukik membuat siapa saja yang melihatnya akan berpikir bahwa dia adalah tokoh protagonis di drama-drama masa kini.

"Ehem." Suara deheman dari seorang lelaki yang diketahui sebagai sekretaris mantan CEO Alves Corp berdiri tidak jauh dari kumpulan pegawai yang sedang bergosip itu. Sontak pegawai-pegawai yang berkerumun itu bubar dan kembali ke meja kerja masing-masing.

"Selamat pagi," sapa Ryan ramah.

"Pagi, Pak." Sahutan serempak dari tim manajemen membuat Ryan tersenyum senang. Ia mengakui keberhasilan Alves Corp berkat kerja keras tim manajemen juga.

"Jam sebelas kita diharapkan untuk turun ke lobi perusahaan untuk menyambut CEO baru kita," ucap Ryan semangat. Beberapa pegawai saling pandang. Seistimewa itu kah CEO baru mereka. Jika keseluruhan pegawai Alves Corp harus menyambutnya maka lobi perusahaan tidak akan cukup menampung ribuan pegawai Alves Corp.

Namun itu adalah perintah sekretaris perusahaan. "Iya, Pak," jawab mereka serempak.

"Baiklah silahkan lanjut bekerja." Ryan membalikkan badan dan hendak keluar dari ruangan, "berhenti menduga-duga siapa CEO kita kali ini, jam sebelas nanti kalian akan tahu siapa orangnya." Ryan pun berbalik dan pergi dari ruangan itu.

"Siapapun CEO kita kali ini, kita harus tetap bekerja yang terbaik untuk Alves Corp," ucap seorang lelaki berperut buncit yang ternyata adalah manajer tim manajemen. Semua pegawai tim manajemen yang mendengar itu langsung mengepal tangan dan mengayunkan ke udara sambil berteriak, "Pasti!" Itulah semangat tim manajemen.

***

Seorang gadis tergesa-gesa menuju halte bus. Rok hitam di atas lutut dan kemeja putih yang dikenakannya sangat cocok dengan badannya yang ramping. Flat shoes hitam yang dikenakannya terlihat sedikit kusam, namun itu tidak berpengaruh pada penampilannya. Sebab aura dan kecantikannya menutup semua kekurangan yang ada pada dirinya termasuk sepatu kusam itu.

"Tunggu kamu, Alin. Pulang nanti aku pasti kan memukulmu," ancam Emma kesal lantaran sepatu pantofel dengan tinggi heels lima centimeter kepunyaannya dipakai oleh adiknya pagi ini.

Setelah menunggu lima menit di halte bus, akhirnya bus yang ditunggunya pun tiba. Emma mengambil posisi duduk di belakang. Ia memilih kursi belakang agar terhindar dari perhatian para penumpang bus tersebut. Beberapa lelaki dan anak sekolah sesekali menoleh ke belakang untuk sekedar melihat wanita cantik berkemeja putih itu. Rambut yang digerainya sangat cocok di wajahnya yang oval. Mendapat perhatian dari para lelaki, Emma membuka kaca jendela bus dan memilih untuk melihat keadaan kota Vunia siang itu. Tidak lama berselang, mereka sampai di lampu merah pusat kota. Emma yang sementara asik mengamati keadaan kota tidak sengaja tatapannya bertemu dengan seorang lelaki yang memakai kacamata hitam di dalam mobil Bugatti Chiron yang merupakan mobil termahal di dunia. Ketika menyadari bahwa ada seorang wanita yang menatapnya, lelaki tersebut langsung menaikkan kaca jendelanya.

"Ck. Aku bukan mengagumi anda, tapi mobil yang anda kendarai. Seandainya uang membeli mobil itu dipakai untuk membangun rumah sakit jiwa." Emma mulai mengomel ketika ia diperlakukan demikian oleh orang yang tidak dikenalnya.

Setelah lampu merah berganti ke lampu kuning, Emma terkejut ketika melihat mobil Bugatti Chiron itu melesat pergi dengan kecepatan tinggi. Sungguh di luar dugaannya. Masih ada orang kaya sombong yang mengendarai kendaraannya sesuka hati seperti itu. Emma hanya menggelengkan kepalanya.

Emma melihat jam di tangannya. Masih ada tiga puluh menit lagi. Ia masih bisa mempersiapkan diri untuk wawancara pertamanya di Alves Corp pagi ini.

Perusahaan dengan model bangunan seperti Piramida dan kaca mengkilat yang dapat memantulkan bayangan langit dan bangunan di sekitarnya. Perusahaan itu adalah Alves Corp. Perusahaan satu-satunya yang memiliki kekayaan melebihi semua kekayaan di kota Vunia. Bahkan merupakan perusahaan terkaya di dunia yang memiliki aset di bidang industri, perbankan, pertanian dan teknologi.

Ketika melihat ujung Piramida Alves Corp yang sudah tidak jauh dari bus yang ditumpanginya, Emma mulai meyakinkan dirinya bahwa ia pasti bisa menjadi salah satu pegawai di perusahaan terkaya itu.

Drt..drt

Ponsel Emma bergetar. Setelah melihat layar ponsel ternyata itu adalah sebuah pengingat. Hari ini ternyata ulang tahunnya.

Emma merasa ada yang kosong. Biasanya Orlando akan menelepon atau mengirimkan pesan selamat ulang tahun. Namun sampai sekarang, Orlando belum menghubunginya.

"Mungkin dia lagi sibuk kerja." Emma kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Melihat bus sudah sampai di halte yang tidak jauh dari Alves Corp, Emma pun turun. Setelah membayar ongkos bus, Emma kemudian berjalan ke perusahaan yang tampak ramai tersebut.

Ada Bugatti Chiron yang dilihatnya di lampu merah tadi terparkir di depan pintu masuk perusahaan Alves Corp. Terlihat seorang lelaki dengan jas abu-abu menundukkan kepala kepada lelaki muda dengan jas warna hitam. Tubuhnya yang atletis, dada bidang dan rahang tajamnya seperti aktor Brazil yang biasa dilihat Emma di majalah-majalah dewasa. Wajahnya kurang jelas dilihat Emma karena lelaki itu memakai kacamata hitam dan berdiri menyamping.

Emma menghentikan langkahnya. Ia menunggu sampai acara penyambutan itu berakhir.

"Apakah lelaki itu orang istimewa? Mengapa semua orang menundukkan kepala?" Emma tersenyum lucu. Ia merasa bahwa lelaki berkacamata hitam itu sangat gila hormat.

BRUGH!

Seorang lelaki yang berumur sekitar empat puluh lima tahun jatuh tersungkur. Ia mendapat tendangan telak di tulang keringnya.

"Selain gila hormat ternyata dia juga seorang berhati iblis." Emma yang mengamati dari kejauhan hanya mampu berkomentar. Ia sangat membenci orang yang tidak menghargai orang tua. Apalagi sampai melukainya.

Tidak lama kemudian, semua pegawai yang berdiri di depan perusahaan masuk ke dalam setelah lelaki berkacamata hitam itu masuk terlebih dahulu. Melihat situasi mulai senggang dan tidak ada lagi pegawai di sana, Emma berjalan mendekat dan masuk ke perusahaan tersebut.

"Permisi," sapa Emma dengan anda ramah ketika sampai di meja resepsionis.

"Iya, ada yang bisa kami bantu?" jawab wanita penjaga meja resepsionis tersebut.

"Saya Emma, salah satu peserta tes wawancara," ucap Emma.

"Silahkan naik ke lantai lima belas. Di sana akan ada penjaga yang akan mengantarkan anda ke tempat tes wawancara."

Emma mengangguk cepat dan mengucapkan terima kasih kepada wanita itu.

Lobi Alves Corp sangat luar biasa. Mengalahkan kemegahan hotel bintang lima. Emma melangkah menuju lift yang sudah ada beberapa pegawai yang menunggu di depannya. Tidak lama kemudian lift itu terbuka dan orang-orang yang menunggu bersama Emma pun masuk.

Emma hampir tidak bisa bernapas karena lift itu sesak akan pegawai Alves Corp. Semua pegawai turun menyambut CEO baru mereka sehingga ketika kembali ke ruangan lift menjadi sesak.

"Huahhh" Elena merasa lega ketika keluar dari lift tersebut.

"Apakah anda peserta tes wawancara?" tanya seorang lelaki dengan seragam satpam. Emma mengangguk.

"Silahkan masuk ke ruangan di sebelah sana." Satpam itu menunjuk ke sebuah ruangan bertuliskan 'Ruangan Wawancara'.

"Terima kasih," ucap Emma kepada satpam itu lalu berjalan menuju ruangan wawancara.

Ketika Emma membuka pintu, ternyata peserta sudah banyak di dalam ruangan tersebut. Emma mencari tempat duduk kosong dan mengeluarkan tanda pengenalnya. Setelah memakai tanda pengenal, Emma merapikan rambutnya dan menyelipkan ke samping telinganya.

Emma memejamkan mata dan berdoa. Setelah ia membuka mata, Emma terkejut dengan apa yang dilihatnya. Seorang lelaki yang dilihatnya di depan perusahaan tadi ternyata peserta wawancara juga.

"Menarik sekali pria itu." Emma tertawa lucu.

Tidak disadari Emma, lelaki yang ditujunya juga ternyata mendengar perkataannya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Kakarlak

Selebihnya
Bukan Wanita Murahan

Bukan Wanita Murahan

Romantis

5.0

Ini kisah hidupku yang dilahirkan dari seorang wanita yang menjual dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Cacat mental dari kecil dan belum tersembuhkan hingga kini. Aku tidak ingin dilahirkan ke dunia jika kenyataan yang harus ku terima sungguh kejam seperti ini. Bukan salahku, bukan inginku. Aku hanya gadis yang dititipkan pada rahim wanita yang memiliki pekerjaan menyimpang di lingkungan masyarakat. Pada satu titik aku berpikir bahwa ibuku lebih mahal dan masih punya harga diri dibandingkan dengan sepasang kekasih yang bertindak seperti suami istri tanpa status yang melekat pada hubungan mereka. Rela memberikan segalanya hanya karena sebuah alasan “Takut Kehilangan” dan ujung-ujungnya tak dinikahi. Namun yang terlihat lebih dinilai negative daripada yang tidak terlihat. Kemana pun aku pergi aku akan di cap anak jalang dari mulut-mulut wanita yang seakan tanpa dosa. Netra penuh angkuh memandang rendah diriku. Sungguh aku seperti manusia yang tidak layak hidup berdampingan dengan manusia lainnya. “Kira-kira siapa ayahnya?” “Apakah hasil dari banyak lelaki?” Kalimat demi kalimat menyakitkan seakan mencabik-cabik batinku. Hingga membuatku menjadi wanita introvert dan mengurung diri dalam ruangan segi empat yang bagiku adalah surga bagi jiwa lara dan sepi ini. Perihal jodoh yang senantiasa mengganggu pikiranku, aku tidak menginginkan hal itu. Namun, tiba-tiba dia datang tanpa diundang dan diinginkan. Mungkin ini hanya ilusi dari gadis naïf yang tak pernah jatuh hati sepertiku. Edward Watinson Hareld, lelaki tertampan dan terkaya di ibukota menghampiriku dan memintaku menjadi kekasihnya. Apakah putri dari seorang wanita yang tidak diterima masyarakat ini pantas menerima cintanya?. Ataukah ada maksud lain dari Edward mendekatiku? Yang jelas tentang cinta aku tidak pantas menerimanya. Pada kenyataannya aku di mata mereka hanyalah binatang jalang tanpa logika dan harga diri. Dan jika memang ada cinta, tentunya aku tidak berada di bumi ini lagi. “Kamu adalah maklhuk terindah yang pernah ku temui. Percaya dirilah… Semesta pun cemburu kala redup di bibirmu berubah tawa. Senyumanmu adalah lengkungan terindah dan ternyaman, Lily.” Edward Watinson Hareld. “Mawar yang yang baru saja keluar kuncupnya kini layu sebelum mekar. Begitu pun aku padamu. Belum sempat menjalin kasih namun patah lebih dulu karena status sosial kita.” Liliani Emiliana.

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
The Devil CEO
1

Bab 1 Lelaki Yang Gila Hormat

22/11/2021

2

Bab 2 Pria Berkacamata Hitam

22/11/2021

3

Bab 3 Wanita Yang Tidak Biasa

22/11/2021

4

Bab 4 Mawar Sunsprite

22/11/2021

5

Bab 5 Pulang

22/11/2021

6

Bab 6 Mintalah Pada Lelaki Itu

22/11/2021

7

Bab 7 Marahnya Seorang Wanita

22/11/2021

8

Bab 8 Wanita Berhodeed eyes

22/11/2021

9

Bab 9 Lelaki Berlogika

22/11/2021

10

Bab 10 Pecat Dia

22/11/2021

11

Bab 11 Hukuman Di Hari Pertama Kerja

24/11/2021

12

Bab 12 Tim IT

24/11/2021

13

Bab 13 Melissa Yang Misterius

24/11/2021

14

Bab 14 Bentakan Pertama

24/11/2021

15

Bab 15 Kegugupan dan Emosi

24/11/2021

16

Bab 16 Seperti Singa

24/11/2021

17

Bab 17 Sebuah Kenyataan

24/11/2021

18

Bab 18 Sepayung Berdua

24/11/2021

19

Bab 19 Kemarahan Pria Dingin

24/11/2021

20

Bab 20 Datang dan Pergi dengan Caranya Masing-Masing

24/11/2021

21

Bab 21 Peneguhan Setelah Patah Hati

24/11/2021

22

Bab 22 Bukan Pelabuhan Terakhir

24/11/2021

23

Bab 23 Upaya Balas Dendam

24/11/2021

24

Bab 24 Eves The Hills Vunia

24/11/2021

25

Bab 25 Penthouse Mewah

24/11/2021

26

Bab 26 Wanita dan Perasaannya

24/11/2021

27

Bab 27 Nuni's Club

24/11/2021

28

Bab 28 Kalimat Perpisahan

24/11/2021

29

Bab 29 Lelaki di Kegelapan

24/11/2021

30

Bab 30 Lelaki Bertabiat Buruk

24/11/2021

31

Bab 31 Wanita di Klub Malam

27/11/2021

32

Bab 32 Ditemukannya Daniel Jiani

27/11/2021

33

Bab 33 Seorang CEO Alves Corp

27/11/2021

34

Bab 34 Keberuntungan atau Memalukan

27/11/2021

35

Bab 35 Pengakuan Daniel Jiani

30/11/2021

36

Bab 36 Kenangan

30/11/2021

37

Bab 37 Keluarga Jones

30/11/2021

38

Bab 38 Alves Corp Diretas

30/11/2021

39

Bab 39 Nick Name yang Sama

30/11/2021

40

Bab 40 Kehadiran Dokter Yang Tiba-Tiba

30/11/2021