Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tuan Mafia dan Gadis Desa

Tuan Mafia dan Gadis Desa

Kakarlak

5.0
Komentar
2.5K
Penayangan
30
Bab

Awal pertemuan dramatis antara Luke dan Mika di sebuah rumah tua ketika disekap oleh klan Mawar Hitam. Mika hanya mengingat tato dengan simbol-simbol kuno di dada Luke, dan Luke hanya bisa mengingat aroma menenangkan dari Mika. Keduanya kembali berjumpa dengan membawa dendam dan ambisi untuk menghabisi satu sama lain. Mungkinkah keduanya mengakhiri dendam dan menjalin kisah atau memilih menghabisi nyawa satu sama lain?

Bab 1 Hutan Ballad

Dalam keheningan malam yang pekat dan tenang, sebuah rumah tua yang terabaikan berdiri di tengah hutan yang gelap. Malam itu bulan tak tampak, hanya sebagian bintang yang tak tertutup awan. Dalam sebuah ruangan rumah tua itu terdapat dua nyawa terkurung dalam kegelapan, masing-masing hampir menyerah pada akhir hayat mereka-sekarat.

Seorang pria, di sudut ruangan penuh luka dan kehilangan banyak darah, terbaring lemah di lantai yang dingin dan lembab. Keringat dingin mengucur dari dahinya, sesekali terdengar erangan kesakitan memecah keheningan malam yang gelap itu. Hidupnya hampir meredup, hingga sebuah tangan nan lembut mengenai keningnya.

Ternyata ia tidak dikurung sendiri. Ada sepasang tangan yang kini menjamah, memeriksa apakah masih ada denyut jantung di dadanya. Pria itu membuka matanya sesaat, dalam kegelapan ia tidak dapat melihat dengan jelas wajah pemilik tangan lembut itu. Dia hanya menangkap aroma khas dari tubuh orang itu dan dapat dipastikan jika ia seorang wanita. Aroma yang menenangkan dan lembut seolah-olah itu adalah tanda kehidupan yang tersisa.

Di dalam ruangan yang sama, seorang wanita yang tampaknya sama-sama terkurung dan lemah berusaha keras merawat sang pria. Dalam keadaan putus asa, dia menggunakan pengetahuan medis yang dia miliki untuk memberikan pertolongan pertama. Meskipun ia sendiri lemah, tekadnya untuk menyelamatkan pria itu tidak goyah. Samar-samar ia dapat melihat tato bergambar kuno yang terletak di dada pria itu. Simbol-simbol aneh yang tidak dia kenal tetapi mereka memancarkan aura misteri dan kekuatan.

"Aku sudah tidak kuat lagi. Maaf, jika tidak sepenuhnya menyelamatkanmu." Suara lemah dan kelembutan yang tidak sirna terdengar jelas oleh lelaki itu. Berkat pertolongannya, dia merasa lebih baik. Darah yang sebelumnya terus mengalir kini sudah dihentikan oleh wanita itu. Ia menoleh, berusaha melihat wajah pemilik suara lembut tersebut. Namun, wanita itu ambruk dan berakhir di sisinya, tidak sadarkan diri dengan keringat membasahi seluruh tubuh. Lelaki itu mengangkat tangannya untuk menyadarkan sang wanita. Gerakan tangannya terjeda setelah menyadari ada seutas kain cokelat terikat di pergelangan tangannya. Sepertinya sang wanita merobek separuh gaunnya untuk membalut luka.

"Siapa kamu?" Suara serak dan berat keluar dari mulut lelaki itu. Namun ucapannya tidak mendapat balasan, hilang dan lenyap ditelan kegelapan serta kesunyian. Saat itu juga petir menyambar membunuh segala kesunyian dan kegelapan di malam itu. Kilau petir masuk dalam ruangan, satu hal yang dilihat oleh lelaki itu, sebuah pisau masih tertancap di kaki sang wanita. Sedangkan wajahnya tertutup oleh rambutnya yang terurai panjang. Akibat kilauan petir yang terus menghujam matanya, lelaki itu kembali merasakan sakit di kepala. Baru disadarinya jika ada seutas kain lain lagi terikat di kepalanya. Detik berikutnya ia pun ambruk dan terbaring di samping wanita itu. Sebelum kesadarannya hilang, hidungnya kembali mendapati aroma khas dan menenangkan dari tubuh wanita itu. Meskipun pria itu tidak mampu mengingat wajah wanita penolongnya, namun aroma itu tertanam dalam ingatannya.

***

Tiga Bulan Kemudian.

Di jalanan kota yang diperintah oleh bayangan dan ketegangan, kekuatan gelap mafia menjalankan operasinya dengan tangan besi. Kehidupan malam yang berdering suara senjata dan tindakan kejahatan menyelimuti sudut-sudut kota yang gelap.

Ditengah segala ketegangan ini, seorang pria bernama Luke Damian Jazane merupakan pemimpin klan Reposay yang terkenal kejam di seluruh kota. Setelah dirinya berhasil selamat dari penyekapan di hutan Ballad tiga bulan lalu, kini dia mulai melakukan aksi balas dendam kepada para penculiknya yaitu klan Mawar Hitam.

"Mulai malam ini Mawar Hitam sepenuhnya musnah," ujar Luke setelah menghabisi nyawa pemimpin klan mawar hitam, Gator D'Lopes. Sorot mata tajam, rahang tegas dan tubuh yang sempurna membuatnya sangat disegani oleh kelompok mafia dan yakuza seantero negeri.

"Siapa itu?" Sebuah bayangan dari balik tirai membuat Luke bersiaga. Belum sempat dirinya beraksi, seorang pria melompat masuk ke dalam ruangan yang masih di tutupi tirai dan melayangkan tinjunya pada seseorang yang belum diketahui identitasnya.

"Auh!" Jeritan kesakitan membuat mata pemimpin Reposay menyipit.

"Ada seorang wanita di sini, Luke," ujar Mark selaku wakil Reposay. Tangannya mencekik leher seorang wanita dengan darah keluar dari sudut bibir. Wajahnya tidak kelihatan karena tertutup oleh rambut panjangnya. Mark mendorong kasar tubuh wanita itu hingga terjerembab dan berlutut tepat di depan Luke.

"Apakah kamu pelayan Gator?" tanya Luke pada wanita itu.

Luke dan Mark menunggu jawaban namun mereka berdua diabaikan oleh wanita itu. Ia memilih menatap ubin lantai dengan tatapan kosong dan putus asa.

"Apakah kamu tidak bisa berbicara?" tanya Mark sembari melayangkan kakinya ke pundak wanita itu. Lagi-lagi hanya kebisuan yang tercipta. Setelah diperhatikan dengan seksama, sepertinya wanita itu mengalami depresi. Kedua jemarinya disatukan dan sedikit gemetar. Luke memberi instruksi lewat tatapannya agar Mark mundur.

"Bawa dia bersama kita," ujar Luke lalu berbalik pergi. Mark yang tidak mengerti dengan tujuan Luke hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan memerintah kedua lelaki untuk memapah wanita itu ke luar dari kediaman Gator.

Klan Mawar Hitam sepenuhnya dimusnahkan. Kobaran api menghanguskan kediaman Gator hingga tidak ada lagi yang tersisa. Reposay menuntaskan segala dendam dan amarah atas kejadian tiga bulan yang lalu.

Puluhan mobil meninggalkan kediaman Gator dengan api menyala terang memenuhi cakrawala yang gelap. Tanpa disadari jika ada seorang wanita yang berdiri tidak jauh dari pintu gerbang, mengepal erat tangannya dan menahan napas yang memburu. Sebelum umpatan keluar dari mulutnya, kedua butiran bening jatuh membasahi pipi. Detik berikutnya, ia pun jatuh dengan tangan menggenggam erat pohon akasia.

"Ibu..."

***

Kabar musnahnya Klan Mawar Hitam tersebar ke seluruh negeri. Bahkan sampai ke sebuah desa terpencil di bagian barat hutan Ballad. Bagi masyarakat biasa, perubahan kekuasaan di kota akan memengaruhi harga pasar.

"Apakah kamu mengenal klan Reposay, Mika?" tanya seorang kakek yang sedang memperbaiki sebuah lentera. Cahayanya redup namun pesona dan pancaran kecantikan dari wanita yang sibuk menyiapkan makan malam mampu mengubah cahaya remang-remang dalam rumah itu menjadi hidup.

"Pernah membacanya di koran, Kakek. Kayaknya klan itu sedang naik daun."

Kakek berhasil memperbaiki lentera sehingga cahaya lentera menampakkan wajah keriput dan matanya yang mulai senja. "Apakah harga sembako akan naik atau malah sebaliknya? Belum lagi harga hasil panen ke depannya."

Semua makanan sudah tersaji di atas meja. Mika yang memahami kekhawatiran kakeknya hanya bisa menghembuskan napas pelan. "Jika harga sembako naik dan harga hasil panen turun, Kakek tidah perlu cemas. Masih ada aku."

"Kamu begitu percaya diri, Mika. Apa yang bisa kamu lakukan? Apakah pergi menghabisi klan Reposay?" tanya kakek pada Mika sembari menahan tawa.

"Bukankah kita sudah melewati kehidupan paling pahit, Kek? Mustahil aku bisa menghabisi klan Reposay. Tapi aku bisa mengubah desa ini dengan menghasilkan beberapa tanaman yang jarang dihasilkan negeri ini." Wanita itu berujar dengan percaya diri.

Belum sempat kekek menimpali ucapannya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Dahi Mika mengernyit dan menatap kakeknya. Jarang sekali warga desa ini bertamu di malam hari. Selain cuaca yang dingin, para warga juga lebih memilih beristirahat agar bisa bangun lebi subuh untuk pergi ke ladang.

"Mika... Ini aku, Deby..."

"Kak Deby?" Mika segera berlari menuju pintu dan membukanya. Matanya membelalak kaget melihat wajah kakak perempuannya. Lusuh dan berantakan. "Apa yang terjadi? Mana ibu?" tanya Mika lalu berjalan keluar untuk mencari keberadaan ibunya.

"Ti-tidak tahu. Setelah aku kembali dari pasar, rumah yang kami tempati telah terbakar." Terbata-bata dan diiringi tangis, Deby mulai menceritakan kejadian yang menimpanya lima hari yang lalu.

"Jadi ibu dan kakak menginap di rumah tuan Gator?" tanya Mika dengan tatapan tidak percaya.

"Aku dan ibu tidak tahu jika rumah itu adalah milik tuan Gator."

"Reposay harus bertanggung jawab." Sorot mata yang tidak biasa dari Mika. Dadanya naik turun dan matanya berkaca-kaca. Bukan karena sedih namun menahan amarah yang menggebu-gebu dan harus dituntaskan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Kakarlak

Selebihnya
Bukan Wanita Murahan

Bukan Wanita Murahan

Romantis

5.0

Ini kisah hidupku yang dilahirkan dari seorang wanita yang menjual dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Cacat mental dari kecil dan belum tersembuhkan hingga kini. Aku tidak ingin dilahirkan ke dunia jika kenyataan yang harus ku terima sungguh kejam seperti ini. Bukan salahku, bukan inginku. Aku hanya gadis yang dititipkan pada rahim wanita yang memiliki pekerjaan menyimpang di lingkungan masyarakat. Pada satu titik aku berpikir bahwa ibuku lebih mahal dan masih punya harga diri dibandingkan dengan sepasang kekasih yang bertindak seperti suami istri tanpa status yang melekat pada hubungan mereka. Rela memberikan segalanya hanya karena sebuah alasan “Takut Kehilangan” dan ujung-ujungnya tak dinikahi. Namun yang terlihat lebih dinilai negative daripada yang tidak terlihat. Kemana pun aku pergi aku akan di cap anak jalang dari mulut-mulut wanita yang seakan tanpa dosa. Netra penuh angkuh memandang rendah diriku. Sungguh aku seperti manusia yang tidak layak hidup berdampingan dengan manusia lainnya. “Kira-kira siapa ayahnya?” “Apakah hasil dari banyak lelaki?” Kalimat demi kalimat menyakitkan seakan mencabik-cabik batinku. Hingga membuatku menjadi wanita introvert dan mengurung diri dalam ruangan segi empat yang bagiku adalah surga bagi jiwa lara dan sepi ini. Perihal jodoh yang senantiasa mengganggu pikiranku, aku tidak menginginkan hal itu. Namun, tiba-tiba dia datang tanpa diundang dan diinginkan. Mungkin ini hanya ilusi dari gadis naïf yang tak pernah jatuh hati sepertiku. Edward Watinson Hareld, lelaki tertampan dan terkaya di ibukota menghampiriku dan memintaku menjadi kekasihnya. Apakah putri dari seorang wanita yang tidak diterima masyarakat ini pantas menerima cintanya?. Ataukah ada maksud lain dari Edward mendekatiku? Yang jelas tentang cinta aku tidak pantas menerimanya. Pada kenyataannya aku di mata mereka hanyalah binatang jalang tanpa logika dan harga diri. Dan jika memang ada cinta, tentunya aku tidak berada di bumi ini lagi. “Kamu adalah maklhuk terindah yang pernah ku temui. Percaya dirilah… Semesta pun cemburu kala redup di bibirmu berubah tawa. Senyumanmu adalah lengkungan terindah dan ternyaman, Lily.” Edward Watinson Hareld. “Mawar yang yang baru saja keluar kuncupnya kini layu sebelum mekar. Begitu pun aku padamu. Belum sempat menjalin kasih namun patah lebih dulu karena status sosial kita.” Liliani Emiliana.

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku