The Devil CEO
es. Ia melangkah dengan percaya diri memasuki ruangan wawancara. Namun Emma m
udah menempati kursi tersebut. Tersisa satu kursi di sana dan Emma langs
sesuai materi yang dipelajarinya semasa kuliah. Emma menghembuskan napas lega. Setidaknya ada satu peserta yang memiliki kemampuan di bawahnya. Peserta ketiga yang merupakan mantan pegawai IT di dunia pe
erambut pendek. Dari penampilannya seperti wan
u," jaw
ara wanita kali ini." Emma sedikit terkejut. Ia baru sadar jika saingannya adalah pri
ng lelaki dengan perut buncit. Lelaki
k," jawab Emm
sai?" Lelaki itu menatap Emma dengan s
C, PHP, Phyton
OW
ana mungkin wanita muda ini bisa menguasai empat baha
pada lelaki tersebut. Begitupun Emma yang harus berbalik untuk melihat pemilik suara bariton tersebut.
alam hatinya. Emma menepis segala pertanyaan di kepalanya.
a, P
n tidak percaya. Sedangkan pewawancara terlihat gug
" tanya lelaki itu seraya berja
nya membuat program, tapi lelaki itu malah menyuruh Emma untuk membuktikanny
ah aplikasi atau membob
n. Emma tahu betul arti senyum itu. Senyum meremehkan dan kehampaan. Orang seperti ini bisa jadi tak suka
orang yang berada di ruangan itu terkejut. Bagaiman
rtawa namun i
apa itu dunia
t senyumnya pasti akan terpukau. "Apakah ada saran bagi say
a sebentar. Kaca mata
da bisa be
t membuat beberapa pewawa
ang dimana mengharuskan seorang / tim untuk mengambil sebuah file / string
Wajah Emma tidak berekspresi. Siapapun yang melihatnya p
kan men
ara terpukau dari semua orang
dalam ruangan membawa dua buah laptop dan m
ersebut mulai membuka platform ctfs.me yang m
an layar yang terdapat huruf-huruf berwarna hijau y
dan lelaki itu. Semua orang yang hadir, hanya bengong dan
yboard laptop. Sesekali Emma tersenyum ke
l mengalahkan lelaki tersebut. Tidak ada yang berani bertepuk
itu dengan nada sinis l
capan lelaki tersebut. Bukan pujian tapi malah mendapat se
diakuinya. Dasar lela
email," ucap wanita berambut pendek. Ia melihat Emma dengan ekor m
ari ini berjalan lancar walaupun ada beber
n keluar seorang lela
Emma
hanya mengerutkan keningnya
lelaki itu seraya me
rang pegawai di Alves Corp. Namanya t
ernah ditemuinya. Tidak lama kemudian raut wajah Emma ber
nis kan?"
lega. "Kamu sangat hebat. Tadi kamu bah
ran senior di perusahaan i
rus menatap wajah Emma. Wajah yang
hanya staf biasa. Hufft lelaki itu
dah makan siang? Jika belum, maukah kamu makan bersamaku?" Tawar
ryan. Ibuku sudah menunggu di rumah," uca
Tapi lain kali harus yah.
. Hal itu membuat Bryan seperti tiba-tib
punggungnya dari kejauhan. Setelah Emma memasuki lift, l
ar belakang se
iandra