Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pesona Ayah Sahabatku

Pesona Ayah Sahabatku

Iam Bubble12

5.0
Komentar
2.1K
Penayangan
10
Bab

Duda lebih menggoda Itulah sekiranya prinsip yang ditanamkan oleh Darra dalam menjalin hubungan. Ia memang lebih tertarik dengan pria yang usianya lebih tua dengan dirinya. Sebanyak apapun cowok yang mendekatinya kalau ternyata dia seumuran bahkan dibawahnya Darra akan menolak. Ia tidak tertarik dengan cowok seperti itu ia lebih nyaman jika menjalin hubungan dengan pria dewasa yang matang. Hal ini pula yang menjadi alasan Darra menjalin hubungan secara diam-diam dengan ayah sahabat baiknya. Bagaimana kisah Darra dan sahabat ayahnya? Apakah karena hal ini bisa merusaj persahabat Darra dengan sahabatnya tersebut? Mari saksikan kelanjutan ceritanya. Happy Reading Semoga ceritaku bisa menemani keseharian kalian

Bab 1 Kangen

"Raa..pengen ayam rica-rica." rengek seorang lelaki berusia dua puluh tiga tahun.

"Iyaa Ar, tapi nggak sekarang. Seminggu lagi gue masakin special buat lo," jawab gadis bernama Darra dengan santai.

"Ck, Raa pliss kali ini aja. Lagi pengen banget nih."

"Lu diem, apa gue tinggal pulang!" final Darra.

"Udah sakit, manja, minta aneh aneh lagi. Tau diri kenapa sih Arr, asam lambung lo lagi kumat. Nurut coba." omel Darra pada Argie sahabatnya dari sejak SD.

"Au ah, lu mah emang ngga pernah perhatian sama gue!?" Decak Argie dengan malas lalu membungkus dirinya dengan selimut tebal nan halus miliknya.

"Ulangi coba, nggak pernah perhatian?? Nggak salah denger nih gue?? Dari dulu yang ngurusin lo sakit siapa? Yg selalu bawain lo bekel makan sekolah tiap hari siapa?? HEH!!" bentak Darra seraya mengeplak punggung Argie.

"Ya makanya lo jadi mak gua aja Darr, gue pasti nggak bakal sakit-sakitan kaya gini" pinta Argie dengan tidak tahu dirinya.

"Lu kan sakit karena salah lo sendiri, kekanakan sih. Udah tau penyakitan makan sembarangan."

"Kejem banget, punya mak tiri ya allohhh!" Cletuk Argie dramatis saat lagi dan lagi mendapatkan omelan dari Darra.

"Orang sakit bukannya di doain biar cepet sembuh, malah di katain penyakitan." lanjut Argie.

"Lah kan emang lo sakit sakitan, salah gue?"

"Udahlah mending gue pulang daripada ngursin bayik tua kaya lo." Ucap Darra lalu mengeplak sekilas punggung Argie.

"Obatnya jangan lupa di minum Ar, makannya di abisin juga. Kalo udah sembuh, gua bikinin ayam rica sepanci" pesan Darra seraya beranjak dari kamar sahabatnya.

"Hati-hati di jalan bundaa" ucap Argie dengan wajah sok imutnya.

Darra lantas mengajungkan jari tengahnya pada Argie dengan muka sok galak.

Sesampainya di ruang keluarga, Darra segera menghampiri wanita berusia enam puluhan yang masih terlihat cantik dan bugar.

"Darra pulang ya Oma, nanti sore kesini lagi." pamit Darra seraya menyalim tangan wanita tua tersebut.

"Maaf ya sayang, Oma ngrepotin kamu terus," jawab Mayangsari, Oma dari Argie.

"Apasih oma, kaya sama siapa aja. Kan emang dari dulu Argie kalo sama aku kaya gini."

Darra memang tidak merasa terbebani dengan sifat Argie saat sedang sakit seperti ini. Dia sudah terbiasa mengurus Argie dari SMP, dikarenakan sang Ayah yang selalu sibuk dengan urusan kantornya dan sang bunda sudah tiada setelah melahirkannya. Hal tersebut menumbuhkan rasa kasihan pada sang sahabat yang saat itu hanya di urus oleh pembantu, karena Omanya tidak memungkinkan mengurusi Argie di masa tuanya.

"Oma sangat berhutang budi pada kamu sayang," ucap Oma seraya mengusap usap punggung sahabat terbaik cucunya tersebut.

"Apa sih Oma, Darra ikhlas kok. Udah yaa Darra mau pulang dulu."

"Assalamualikum Oma" lanjut Darra seraya mencium pipi wanita tua tersebut.

***

"Sayang, Kamu bisa pulang? Argie sakit" tanya Mayangsari pada anak semata wayangnya.

"Sakit apa Ma, salah makan lagi?"

"Kamu tahu sendirikan, Argie gimana" keluh sang Mama.

"Minggu depan aku usahain pulang maa. Maaf ya Maa Arby masih ngrepotin mama," sesal lelaki tersebut.

"Nggak ngrepotin kok, kalo kamu bawain mama mantu."

"Maa.." decak lelaki tersebut.

"ya udah, mama tutup ya telfonnya. Jaga kesehatan sayang." nasehat sang mama.

"Iya ma, mama juga jaga kesehtan di sana yaa. Love you ma."

Pria tersebut adalah Arbyan Rapa Alderaldo ayah dari Argie Naupal Alderaldo sahabat terbaik seorang Darra. Ia memang lebih memilih tinggal di apartment yang dekat dengan kantornya daripada tinggal di rumah. Hanya sesekali ia akan berkunjung kerumahnya untuk melepas rindu bersama keluarganya.

Mengenai status dudanya memang benar. Yang orang lain tahu ia belum bisa move on dengan almarhum mantan istrinya, padahal sudah lebih dari dua puluh tahun berlalu. Orang-orang mengira bahwa ia benar-benar cinta mati dengan almarhum mantan istrinya tersebut.

Ting..

My Boy:

Paa

Me:

Ada apa boy?

My Boy:

Kpn pulang?

Me:

Minggu depan, papa usahain pulang. Kmu udah enakkan, mau apa biar papa bawain sekalian?

My Boy:

Mau bunda, udah itu aja.

Jawaban Argie selalu sama, dari semenjak dia kecil sampai sekarang saat sakit kalau ditanya mau apa selalu 'Mau Bunda'. Sakit memang, tapi apa boleh buat. Kebanyakan wanita yang mendekatinya tidak ada yang begitu tulus menyayangi anak dan mama tercintanya. Mereka hanya menginginkan dia dan hartanya saja. Tetapi ada pula beberapa wanita yang memang tulus mencintainya, mau menerima anak dan ibunya akan tetapi Arby tidak tertarik padanya.

"Hel, tolong atur ulang jadwal saya minggu ini. Saya ingin cuti untuk satu bulan kedepan," Ucapnya di telefon pada sang sekertaris, Helmi.

"Mau ngapain sih Ar, kalo kangen kenapa dia nggak di suruh ke sini aja. Kan biasanya juga gitu. Lo tau sendirikan banyak pertemuan penting bulan ini."

Helmi adalah tipe orang yang sangat detail sangat cocok dengan Arby yang sangat perfeksionis dalam urusan pekerjaan. Maka dari itu Arby merekrut Helmi menjadi sekertarisnya terlebih mereka adalah sahabat baik sejak SMA.

"Argie sakit." jawab Arby singkat.

"Argie apa Joni yang sakit." goda Helmi dengan kekehan renyahnya.

"Sialan!"

"Buru di resmiin Ar, mumpung belom isi." pesan Helmi yang terlesan ambigu.

"Gak bakal isi, pake pengaman kita."

"Lah kan siapa tau pas buru-buru lupa nggak pake pengaman" goda Helmi lagi.

"Udah lah, makin jauh obrolannya. Nanti ada yang bangun pusing gue!" ucap Arby kesal saat menyadari percakapaan mereka yang semakin menjurus.

"Nikah makanya. Gue mah enak kalo ada yang bangun ada yang nidurin, lah elo?"

Tut..tut..tut..

Arby memutuskan telfonnya sepihak, dia merasa dongkol dengan sahabatnya yang malah membahas joni sedangkan pujaan hatinya sedang tidak disini.

Setelah menelfon sang sekertaris ia beranjak menuju kamar tidur yang berada di balik rak buku besarnya. Ia merebahkan tubuh lelahnya di sana, sembari menatap layar smartphone-nya yang bergambar seorang gadis cantik.

***

"Ra, lu nggak jadi keluar sama Kak Ferdy?" Tanya Deana yang saat ini sedang mengerjakan tugas kelompok di rumahnya.

Darra hanya membalasnya dengan gelengan malas.

"Kenapa nggak di terima aja sih, kan lumayan lu nggak jomblo?"

"Lu tau kan gue suka sama yang gimana?" Tanya Darra memastikan bahwa sahabatnya ini tidak lupa dengan tipe pria idamannya.

"Ya tapi kan nggak ada salahnya lo terima dia, toh dia juga dua tahun di atas kita."

"Sayangnya gue nggak nyaman." Sahut Darra santai.

"Sumpah lo tuh aneh, digebet cogan segitu banyaknya nggak ada yang nyantol satu pun?!" heran Deana.

"Gue juga bingung De sama tipe idaman gue sendiri. Kira kira ada nggak ya yang sesuai ekspetasi gue?"

"Adaa Raa!! Om Arby. FIX no debat, dia sesuai ekspetasi lo!" Heboh Deana.

"Ngarang lo!" sewot Darra.

"Tapikan doi tipe idaman lo banget Raa."

"Udahlah, cape gue. Lu terusin tugasnya. Gue mau tidur." titah Darra yang tidak dapat di bantah.

Ting!!

Notif pesan smartphone Darra yang menampilkan pesan dengan nama Mailav yang berisi pesan

Yang, Mas kangen.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku