Jerat Pesona Ayah Anakku

Jerat Pesona Ayah Anakku

Amarta Bleue

5.0
Komentar
3.6K
Penayangan
119
Bab

Kara tak menyangka, kesucian yang selama ini sangat dijaganya lenyap dalam satu malam. Hidupnya seketika berubah drastis. Dirinya diasingkan, dikucilkan, dan bahkan tak diperlakukan selayaknya manusia lagi. Kara sangat terpuruk, akan tetapi tetap mencoba bertahan demi sang anak. Hingga akhirnya setelah sekian tahun berlalu, dirinya kembali dipertemukan dengan sesosok pria yang telah memberikannya penderitaan yang amat mendalam. Pria itu semakin menjerat hidupnya. Lantas, akankah Kara sanggup kembali bertahan? Lalu, bagaimana jika pria itu akan merebut anaknya nanti? Akankah Kara rela melepaskan darah dagingnya begitu saja kepada pria yang telah membuat hidupnya hancur?

Bab 1 Membangunkan Singa Buas

"Ughh!"

Suara lenguhan itu seketika membuat seorang gadis cantik terbangun dari tidurnya. Dengan kepala yang terasa pening, Kara berupaya bangkit. Ia mengerjap beberapa saat melihat sekitar yang terasa asing, hingga sedetik kemudian kedua netranya membulat sempurna ketika merasakan sebuah tangan kekar yang memeluk pinggangnya dengan begitu posesif.

Deghh!

"Astaga! Apa yang telah terjadi? Siapa dia? Kenapa dia bisa tertidur di sini bersamaku? Apa yang sudah .... "

Drrrtt!

"Bapak?" gumam gadis tersebut semakin tak berdaya.

Belum selesai dengan keterkejutannya, tiba-tiba saja Kara dikejutkan dengan hal lain. Sang ayah menelepon, sehingga dirinya semakin bingung hendak melakukan apa.

Sesak sudah napas Kara saat ini, dirinya tak sanggup membayangkan bagaimana ekspresi ayahnya nanti ketika mengetahui dirinya yang sedang berada di pelukan lelaki asing dengan pakaian yang entah tercecer ke mana.

"Maafkan Kara, Pak! Maaf, karena Kara sudah mengecewakan Bapak!" lirihnya pelan hampir tak bersuara.

Dengan meremas kencang ponselnya, tangis Kara akhirnya pecah. Kedua netranya kian memanas, seiring dengan semakin nyatanya mimpi buruk yang ada di hadapannya. Ia sama sekali tak menyangka, bahwa kesucian yang selama ini sangat dijaganya tiba-tiba terenggut begitu saja dalam satu malam.

"Kau yakin tidak akan menyesalinya? Kalau memang maumu seperti itu, dengan senang hati aku akan mengabulkannya!" ujar suara bariton yang seketika terdengar sangat mengalun di benaknya.

Setelahnya, Kara bisa kembali merasakan sebuah kecupan dan sentuhan yang sangat melenakannya. Bayangan itu, entah kenapa masih terasa sangat nyata. Kara benar-benar masih bisa merasakannya, hingga semakin lama tetes air matanya kian deras tak tertahankan.

Andai saja ia tak gegabah menerima ajakan berpesta teman-temannya, semua kejadian ini pasti tidak akan pernah terjadi di kehidupannya.

"No, Kara! Kamu harus segera keluar dari tempat ini! Dia bukan lelaki baik, karena telah memanfaatkan keadaanmu semalam!" desis gadis itu pelan memperingati diri sendiri.

Dengan mencengkram erat selimut yang telah menjadi saksi percintaannya, Kara akhirnya berusaha bangkit. Cepat-cepat ia menyeka bulir air matanya, dan beranjak. Namun sayang, pergerakan yang dibuatnya itu malah membuat seseorang yang tak diharapkan bangun. Kedua netra lelaki tersebut seketika memicing ke arahnya, hingga sedetik kemudian tangan kekarnya kembali menarik tubuhnya dan mengungkungnya tanpa celah.

"Mau ke mana kau, Sayang? Setelah semalam kau mendapatkan kepuasan dariku, lalu sekarang kau mau pergi begitu saja? Heumm?" tanya pria itu dengan salah satu alis tebalnya yang mengangkat ke atas.

Walau baru saja terbangun, aura intimidasi lelaki tersebut terasa kuat. Tatapan matanya yang tajam dan sedikit sayu, cukup membuat Kara mengatupkan bibirnya ketakutan. Hingga perlahan, degup jantungnya semakin bergerak cepat dengan peluh keringat yang mulai membasahi sekujur tubuhnya.

"Aku mohon! Tolong lepaskan aku! Ini sebuah kesalahan! Tidak seharusnya aku di sini!" lirihnya terpejam dengan tetes air mata yang kembali turun.

Kara mengigit kuat-kuat bibirnya, sambil terus mencengkram selimut yang ada di sampingnya. Ia mencoba menahan isak tangis, dan menghindar dari lelaki yang ada di atasnya. Namun sayang, semua usahanya itu nampak sia-sia saja. Tenaganya jauh lebih lemah dari lelaki tersebut, hingga membuatnya semakin tak berjarak.

"Kau pikir, kau bisa lepas begitu saja dariku?" bisik suara bariton itu setelahnya.

"Aku mohon, lepaskan ak...."

Belum sempat Kara menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba saja lelaki itu telah bergerak maju dan meraup bibir merahnya lebih dulu. Lelaki tersebut terus menyesapnya tanpa jeda, seolah sedang kecanduan permen manis. Dan terus membungkamnya, hingga hampir membuatnya kehabisan napas.

"Kau tentu tidak akan bisa pergi begitu saja dariku, Sayang! Kau sudah masuk ke dalam kehidupan seorang Barra Piterson! Dan kau tidak akan bisa keluar begitu saja, tanpa aku biarkan!" tekan lelaki itu sekali lagi, hingga membuat sekujur tubuh Kara kembali terasa merinding.

Deghh!

Barra Piterson? Rasanya Kara pernah mendengar nama itu. Entah di mana persisnya, akan tetapi yang jelas nama tersebut sepertinya pernah berseliweran di beberapa portal berita.

Tanpa memberikan jeda untuk Kara berpikir, lelaki yang bernama Barra itu seketika kembali bergerak menyesap lembut bibir menggoda yang ada di hadapannya. Ia benar-benar terus melakukannya dengan sangat bersemangat, seolah tak mau melewati satu bagian apa pun yang ada di dalam sana.

Barra, memanglah bukan lelaki biasa. Rupa wajah dan bentuk tubuhnya bagai pahatan sempurna yang menggambarkan tokoh para dewa, akan tetapi sayang sikap dan sifatnya bagai iblis yang tak kenal kata ampun.

"Balas kecupanku seperti semalam! Aku lebih suka dirimu yang liar dibandingkan yang cengeng seperti ini!" titah Barra semakin memaksa, seraya sedikit menghentakkan tubuh mulus di bawahnya.

"Barra! Tolong! Aku harus pulang! Bapakku sedang sak...."

Kara tak sanggup melanjutkan kata-katanya, karena lagi-lagi Barra telah lebih dulu melakukan semua yang diinginkannya. Segala pemberontakannya bagai angin belaka. Lelaki itu semakin tanpa ampun membuatnya tak berdaya, hingga sekujur tubuhnya kian bergetar ketakutan.

"Cukup sudah sandiwaramu! Kau pikir, aku akan tertipu begitu saja dengan aktingmu? Heumm?" geram lelaki itu sekali lagi, hingga membuat Kara semakin menggeleng takut.

"Semalam kau sendiri yang datang dan menggodaku, akan tetapi sekarang? Kenapa tiba-tiba saja sikapmu berubah, seolah aku yang sudah memaksamu lebih dulu? Mimpi apa yang telah merubahmu seperti ini?" lanjut Barra kian tertahan dengan semakin mencengkram erat tangan Kara yang memberontak.

Dengan deru napas yang semakin menggebu, Barra kian menatap tajam kedua netra hitam Kara secara bergantian. Ia seketika merasa aneh, hingga setelahnya salah satu tangan kekarnya langsung mencengkram erat wajah cantik itu dengan kasar.

"Apa kau adalah salah satu orang suruhan musuhku untuk merusak nama baikku? Siapa namamu? Dan siapa juga nama orang yang telah mengirimkanmu ke sin-"

Bughh!

"Sia! Kau!"

Barra kehilangan kata-kata, tepat setelah Kara membenturkan kening di ujung hidung mancungnya. Darahnya mendidih, hingga membuat rahang tegasnya mengeras. Namun ketika hendak mencengkram kembali, sosok yang telah menghangatkan ranjangnya itu malah lebih dulu bergerak lincah meloloskan diri.

Dengan segera Kara merebut paksa sebuah selimut untuk menutupi dirinya, hingga lantas bergerak cepat meraih beberapa pakaiannya yang tercecer di atas lantai. Ia langsung membawanya berlari masuk ke dalam sebuah ruangan yang diyakininya sebagai toilet, sampai akhirnya ....

Brakkk!

Gadis itu terpeleset, ketika merasakan sensasi perih di area pangkal pahanya. Kara meringis kesakitan, hingga sedetik kemudian dirinya merasa melayang ke udara dengan tangan kekar yang berada di salah satu bahu dan juga lipatan kakinya.

"Sudah aku bilang bukan? Kau tidak akan bisa pergi begitu saja! Kau lupa telah berbuat apa saja semalam? Kau sudah berhasil membangunkan singa buas yang sudah lama tertidur! Jadi sekarang, jelaskan padaku siapa kau sebenarnya?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Amarta Bleue

Selebihnya

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Jerat Pesona Ayah Anakku
1

Bab 1 Membangunkan Singa Buas

19/01/2024

2

Bab 2 Derita

19/01/2024

3

Bab 3 Malaikat Kecil yang Sempat Tak Diharapkan

19/01/2024

4

Bab 4 Pertemuan yang Tak Disangka

19/01/2024

5

Bab 5 Apa Alasanmu

19/01/2024

6

Bab 6 Takut Dilupakan

19/01/2024

7

Bab 7 Perdebatan dan Tawaran

19/01/2024

8

Bab 8 Kesempatan Dalam Kesempitan

25/01/2024

9

Bab 9 Selangkah Lebih Maju

25/01/2024

10

Bab 10 Surat Cinta

25/01/2024

11

Bab 11 Larangan dan Rindu

05/02/2024

12

Bab 12 Dekapan Hangat di Malam Hari

05/02/2024

13

Bab 13 Ikatan Batin

05/02/2024

14

Bab 14 Siapa yang Paling Tampan

05/02/2024

15

Bab 15 Tak Sesuai Rencana

05/02/2024

16

Bab 16 Ketakutan Kara

05/02/2024

17

Bab 17 Haruskah Aku Mundur

05/02/2024

18

Bab 18 Permohonan Barra

05/02/2024

19

Bab 19 Saling Memantapkan Hati

05/02/2024

20

Bab 20 Pemotretan Pertama

05/02/2024

21

Bab 21 Hari Sial Clarissa

08/02/2024

22

Bab 22 Permintaan Arka

09/02/2024

23

Bab 23 Seperti Keluarga Bahagia

10/02/2024

24

Bab 24 Harapan dan Kenyataan

11/02/2024

25

Bab 25 Janji Untuk Berjuang

12/02/2024

26

Bab 26 Pertemuan Pertama

13/02/2024

27

Bab 27 Penolakan Keras

14/02/2024

28

Bab 28 Teman Lama

15/02/2024

29

Bab 29 Kecurigaan Avaline

16/02/2024

30

Bab 30 Sebuah Ultimatum Keras

17/02/2024

31

Bab 31 Siapa yang Akan Menyerah

18/02/2024

32

Bab 32 Bukan yang Diharapkan

19/02/2024

33

Bab 33 Mana Janjimu yang Dulu

20/02/2024

34

Bab 34 Kunci Sebuah Hubungan

21/02/2024

35

Bab 35 Cemburunya Arka

22/02/2024

36

Bab 36 Menuntut Penjelasan

23/02/2024

37

Bab 37 Ungkapan Cinta

24/02/2024

38

Bab 38 Salah Tingkah

25/02/2024

39

Bab 39 Saling Terbuai

26/02/2024

40

Bab 40 Dongeng Pengantar Tidur

27/02/2024