Jerat Pesona Ayah Anakku
yo, Bunda
i ini. Tak sabar ia langsung memeluk dan membubuhi beberapa kecupan singkat pada sosok kecil yang amat menggemaska
um cium Arka!" protes anak kecil itu deng
mandi, memangnya
dimandiin sama Bunda. Kata Bunda, Arka masih kecil. Na
a. Tak pernah ia sangka sosok yang sempat tiga tahun lalu dibencinya, kini malah membe
? Ayo, Bunda! Kita harus siap-sia
*
am berbelanja sekaligus mengurus anak memang patut diacungi jempol. Ia cukup handal mengurus semuanya sendiri karena memang inilah salah satu kegiat
hnya ke mana?" tanya seorang penjual yang mem
ntuk Arka sekolah nanti!" jawab anak kecil tersebut dengan polos, hingga mem
? Kok, kayaknya bibi enggak perna
a. Ia menatap bingung ke arah sang ibunda.
mua totalny
pakai stok yang lama," jawab sang pedagang yang
area pasar. Ia tentu tak ingin menciptakan kebohongan yang baru, karena hal ters
krim?" tawar Kara untuk
g? Memangnya kerjaan Ayah enggak pernah selesai ya, sam
gh
semakin lama Arka semakin beranjak besar dan pintar. Sehingga anak lelakinya itu semakin kriti
nda pernah bilang 'kan kalau tempat kerja ayah jauh?" tutur
! Arka enggak pernah lihat Ayah, sementara anak-anak yang lain sering main sama ayahnya." Sosok mungil itu kini menata
l anaknya. Entah sejak kapan semua hal tersebut telah dipendam oleh Arka akan tetapi yang jelas s
enggak bisa jawab semua pertanyaan Arka," kata Kar
ibunda. Kara dan Arka pun akhirnya saling memeluk satu sama lain, dengan emosi yang berkecamuk di dal
angis lagi ya? Arka selalu ada di sini kok sama Bunda! Arka masih mau nemenin d
ni, akan tetapi yang jelas hal tersebut malah semakin membuat hati Kara perih. Tak pernah terkira ol
sa menemuimu," lirih Kara dengan pelan sa
a tak dapat disaksikan oleh sang anak. Dirinya tentu tak akan tega memberi tahu Arka, jika sebenarnya soso
a ya? Maaf karena pertanyaan
yang sudah membasahi wajah sang ibunda. Bahkan dirinya sampai rela berjinjit,
ut Kara tersenyum sambil kem
kuat. Walau sekeras apa pun kejadian yang telah membuat dirinya hancur, Ark
you, B
too, Swe
ni semua kenyataan yang cukup berat ini. Hingga tiba-tiba saja telepon genggamnya berdering, dan lang
n waktunya. Iya, Bu. Pasti saya
erkali-kali dirinya menarik napas, agar pikiran kalutnya segera usai. Sampai akhirnya tiba-tiba saja de
! Kamu di m