Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pesona Pelayanku

Pesona Pelayanku

Irma W

5.0
Komentar
4.4K
Penayangan
60
Bab

Mayumi ikut pindah ke negara ayahnya, tapi berujung kekecewaan. ayah berselingkuh dan pada akhirnya membuat Mayumi dan sang ibu harus bertahan hidup di negara orang. Apa pun Mayumi lakukan asalkan bisa mendapatkan pekerjaan. Hingga suatu ketika, sebuah pertemuan membawa Mayumi bertemu pada seseorang yang menjadi majikannya. Mayumi rela bekerja sebagai seorang pelayan pria angkuh dan selalu mau menang sendiri. Berbagai pendusta di dalam rumah itu pun perlahan Mayumi ketahui.

Bab 1 Chapter 1

Lampu berkelap-kelip menghiasi ruangan, music Dj yang menggema, menambah suasana klubing semakin meriah. Liukkan tubuh molek yang menari di atas meja bundar, menjadi tontonan wajib saat datang. Dan minuman berbagai macam rasa juga tersedia bagi siapa pun yang tengah merasa Bahagia atau pun terluka.

Entah sudah berapa kali Mayumi bolak-balik mengambilkan minuman untuk para pengunjung. Andaikan kedua kakinya yang jenjang bisa bicara, mungkin sudah sedari tadi berteriak meminta menyudahi pekerjaan ini. Namun, itu tidak mungkin bisa Mayumi lakukan. Mayumi terlalu membutuhkan pekerjaan ini untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sedang sakit-sakitan.

“Buruan!” teriak salah satu mengunjung yang berada di bangku paling ujung. Dia mengangkat tangan melambai ke arah Mayumi untuk segera membawakan minuman.

“Apa kamu lumpuh sampai tidak bisa berjalan dengan cepat!”

Berbagai macam cacian yang setiap malam Mayumi dengar dan sungguh tidak akan pernah Mayumi pedulikan. Meski kadang kalimatnya terdengar menyakitkan, tapi inilah tempat yang bisa menghidupi Mayumi dan ibunya. Memang bisa apa seorang Wanita yang hanya bersekolah sampai sekolah

menengah saja? Kehidupan di kota sungguh keras. Terkadang lebih baik dihina asal bisa makan biarpun itu terdengar keji dan menjijikkan.

“Kenapa lama sekali!” makinya saat Mayumi sudah datang membawa tiga botol wine.

“Maaf, aku baru saja melayani di sebelah sana lebih dulu,” jawab Mayumi seraya meletakkan tiga botol wine yang ia bawa.

Siapa peduli dengan alasan itu? Bagi mereka apa pun alasannya tetap mau dilayani yang paling utama.

“Tetaplah di sini.” Slah satu dari mereka menarik tangan Mayumi.

Mayumi langsung mengibaskan tangan. “Maaf, pekerjaanku di sana masih banyak.”

“Shit!” umpat pria gondrong itu. “Aku datang karena ingin berpesta, sebagai pelayan kamu harus menemaniku di sini.”

“Hei!” jerit Mayumi saat pria itu dengan tidak sopan meremas pantatnya. “Jaga tangan anda. Saya tidak suka disentuh-sentuh!” tegas Mayumi,

Pria itu tertawa diikuti beberapa teman yang lainnya. Mereka seperti menghina perkataan Mayumi yang sedang membela diri.

Sebelum Mayumi beranjak, salah satu dari mereka berdiri. “Hei, kamu! Kamu hanya pelayan, tugas kamu di sini tentu melayani kami para tamu.”

Mayumi mendecih, “Maaf, aku memang hanya pelayan, tapi bukan berarti melayani pikiran kalian yang kotor.”

“Berani sekali kamu!” satu lagi ikut berdiri dan langsung menyalak. Pria itu menjambak rambut Mayumi hingga mendongak.

“Wanita seperti kamu tidak usah sok suci! Semua pelayan di sini tidak ada yang bersih!”

Mayumi sudah meringis menahan rasa sakit di kepalanya saat rambutnya dijambak dan masih ditarik.

“Lepaskan!” bentak Mayumi seraya coba menyingkirkan tangan pria itu.

Ketika tenaga Mayumi tidak berhasil menyingkirkan pria itu, yang lain tertawa. Mayumi mulai takut dan kali ini lebih merasa direndahkan. Selama rambutnya di tarik dan juga kedua tangganya sudah ditarik dan dikunci ke belakang oleh pria itu, Mayumi semakin tidak bisa berbuat apa-apa. sekalipun Mayumi menggerakkan badan mencoba melepaskan diri, yang ada tarikan rambut itu semakin terasa kencang.

Mereka berlima sepertinya begitu menyukai pertunjukan ini. Ini tempat di mana orang akan acuh dengan urusan orang lain, sekali pun Mayumi berteriak minta tolong, tidak akan ada yang menolongnya. Kemungkinan yang terjadi malah mereka semua akan bertepuk tangan seperti sedang dalam pertunjukan opera.

“Lepaskan aku!” sentak Mayumi lagi dengan raut wajah menahan perih.

“Kalau saja kamu bersikap sopan, aku tidak akan sekasar ini padamu.” Pria yang ikut berdiri itu menyeringai, lalu satu tangannya meraih bagian pinggang Mayumi sementara temannya masih mengunci kedua tangan dan menjambak rambut Mayumi.

“Brengsek kalian!” maki Mayumi.

Sekali lagi kalimat itu bagaikan angin yang berembus begitu saja. Sementara tiga lainnya menonton, dua pria yang berdiri sudah mulai bersikap semakin tidak sopan. Tangan mereka meraih kembali satu bulatan sintal di bawah panggul. Tidak hanya sekedar menyentuh, melainkan meremasnya. Dan saat itu juga Mayumi tidak tahan lagi untuk tidak berontak.

Tanpa pikir Panjang, Mayumi menginjak kaki pria yang masih mengunci kedua tangannya lalu dengan cepat menyiku wajah pria itu hingga terlempar.

“Jangan kurang ajar kalian!”

Plak!

Dan satu pria lagi berhasil Mayumi tampar.

“Kamu!” mereka berdua sama-sama melotot tajam dan kini satu tamparan melayang tepat mendarat di pipi Mayumi.

Nyuuuuut, rasanya begitu pering sampai telinganya berdenging karena saking kencangnya tamparan itu. Mayumi terlempar sampai menabrak tamu lain. Mereka kini menjadi pusat perhatian dan tontonan untuk semuanya.

“Wanita murahan!” maki pria itu lagi dan kembali menjambak rambut Mayumi lagi. “Kamu itu Wanita malam, tidak usah sok suci di sini!”

Mayumi sudah banjir air mata dan wajahnya tampak memerah. Belum selesai Mayumi mengambil napas, pria itu kembali melukai dengan cara mendorongnya hingga jatuh tersungkur. Tidak ada yang membantunya selain tawa menggelegar yang terdengar.

Mayumi lantas mencoba bangun. Ia kemudian memandangi mereka yang sedang menertawakannya saat ini, lalu ia kemudian membuang muka dan berlari menjauh.

Sampai di ruangan belakang, Mayumi jatuh terduduk tidak jauh dari lemari lokernya. Mayumi menangis sejadi-jadinya sampai harus menekan sedikit dadanya yang terasa sakit.

Beberapa menit berlalu, terdengar suara tapak kaki melangkah mendekat. Mayumi mengelap wajahnya yang basah lalu menoleh. Di belakannya, kini berdiri satu temannya dengan senyum tipis. Namun, Ketika Mayumi hendak bangkit, Wanita bernama Beatrice itu menjulurkan tangan dengan telapak tangan terbuka lebar. Saat itu juga Mayumi tertegun lalu hanya sebatas berdiri dan urung maju mendekat.

“Tidak perlu memelukku kalau kamu hanya ingin menangis.” Ucap Beatrice.

Mayumi kembali tertegun dengan wajah bingung. Hanya Beatrice teman paling dekat selam Mayumi kerja di sini, dan juga Beatrice yang membawa Mayumi untuk kerja di sini.

“Mereka melecehkanku, Beatrice,” ucap Mayumi dengan wajah memelas.

Beatrice tersenyum tipis. “Aku tidak peduli. Sebelum kamu mulai bekerja, aku sudah memberimu beberapa penjelasan mengenai pekerjaanmu di sini.”

Mayumi kembali terdiam. Ini kelab malam, apa pun bisa terjadi di sini karena memang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang mencari hiburan gelap.

“Kamu sudah mempermalukan aku dengan menolak pelanggan. Nyonya Rika sudah memecatmu. Dan ini gaji kamu selam satu bulan di sini.”

Beatrice maju dan mengulurkan amplop coklat ke arah Mayumi. Mayumi sempat melongo sebelum akhirnya menerima pesangon itu.

Malam ini menjadi malam yang buruk untuk Mayumi. Selama ia hidup, bersentuhan dengan seorang pria pun belum pernah ia lakukan. Maksudnya bersentuhan sampai yang berlebihan. Mengenai bergandengan tangan, pernah. Itu terjadi saat menjalin kasih dengan seorang pria sekitar lima tahun yang lalu.

Mayumi lega bisa ke luar dari tempat itu dengan selamat, tapi setelah ini harus apa? di mana Mayumi kan mencari pekerjaan lagi?

Brak!

Mayumi jatuh menabrak tiang listrik saat berjalan di trotoar. Seseorang terlihat berlari dengan sangat cepat usai menyerempet Mayumi. Dan tidak lama setelah Mayumi memandangi orang itu hingga menghilang masuk ke semak-semak, tiga orang lagi berbadan kekar muncul berlarian ke arah di mana pria itu berada.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Irma W

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku