Larisa
5.0
Komentar
2.2K
Penayangan
30
Bab

Larisa kehilangan kedua orang tuanya di saat umurnya masih kecil. Musibah kecelakaan itu, akhirnya membawa Larisa menemui kehidupan barunya bersama orang asing yang tak lain adalah teman dari kedua orang tuanya. Keluarga barunya begitu menyayangi Larisa. Tidak ada yang kurang dan semua tercukupi. Namun, ada satu pria yang membuat Larisa terkadang seolah tidak dianggap. Hingga takdir memutuskan kalau Larisa harus menikah dengan pria tersebut. Bagaimana Larisa menjalani kehidupan bersama pria dingin itu?

Bab 1 Prolog

Tanah itu masih basah saat Larisa berkunjung. Gundukan bertabur bunga juga masih belum ditumbuhi rumput liar karena memang pemakaman baru berlalu sekitar satu minggu.

Larisa berjongkok, lantas meletakkan bunga yang ia bawa masing-masing di dekat batu nisan bertuliskan nama ibu dan ayahnya. Larisa mengusap papan batu dengan nama kedua orang tuanya secara perlahan. Jari-jemarinya menelusuri setiap ejaan huruf yang tertulis. Kedua mata kini mulai terpejam, Larisa coba menarik napas dalam-dalam. Ketika udara itu berembus, rasa di dada kembali perih.

"Kenapa kalian meninggalkan aku secepat ini?" Isak itu sudah tak tertahan lagi. Tubuh Larisa bahkan sudah terguncang terlihat dari pundaknya yang naik turun.

"Ayo, Sayang." Seorang wanita berselendang putih menepuk pelan pundak Larisa. "Kita pulang," lanjutnya.

Larisa mengusap air matanya lalu perlahan mulai berdiri. Suasana di pemakaman terasa sunyi dan begitu sendu. Aroma khas area pemakaman, bahkan tercium semerbak saat angin berembus meniup beberapa pohon bunga kamboja putih dan pohon bunha kantil di sekitarnya.

"Antar aku pulang ke rumah saja, Om, Tante," pinta Larisa.

Pras yang sudah membuka pintu mobil dan hendak masuk seketika urung. Pras menatap sang istri lebih dulu sebelum menatap ke arah Larisa. Pun dengan sang istri.

"Kamu nggak bisa lagi tinggal di rumah itu, Larisa," kata Pras.

"Bener, Sayang. Kamu nggak ada sanak ke keluarga di sini," sambung Tamara.

Larisa menggandeng tangannya sendiri dan terlihat gelisah. Di desa ini dia hanya memiliki kedua orang tua saja dan tidak ada sanak keluarga. Menyangkut tetangga, memang banyak dan mereka sangat baik, tapi bukan berarti Larisa bisa menumpang kan?

"Tapi ... aku hanya akan merepotkan Om dan tante saja," lirih Larisa.

Tamara menghela napas pelan sambil tersenyum. Dia paham bagaimana perasaan Larisa saat ini karena dirinya juga pernah kehilangan waktu itu. Memang tidak mudah, tapi Tamara yakin Larisa akan terbiasa.

"Ikut kami. Om dan tante adalah keluarga kamu sekarang."

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Irma W

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku