Larisa
mbicaraan tadi. Hal itu tidak bisa Larisa abaikan begitu saja. Sekarang Larisa sudah berumur dua puluh tahun,
ari adik Revan. Tamara bilang, Adik Revan sudah tidak bisa
dnya, Revan jelas tahu kalau adiknya memang sudah tidak bisa ditolong lagi. Anehnya, ha
irannya kacau. Dua koper besar di samping ranjang, kini mengalihkan perhatian Larisa.
ingat waktu pertama datang ke rumah ini
uh membuat Larisa jarang bicara atau coba bermanja dengannya lagi. Toh meski
dian menepuk pahanya lalu berdiri.
i ini Larisa masuk siang seperti biasanya, asal persiapan sudah b
ya Tamara saat berpap
ir merosot dari lengannya lantas menganggu
erhenti kerja saj
Nggak, Ma. Aku masih belu
sud kamu. Ya, sudah, kamu hati-hati. Mama akan
nya. Semenjak tinggal, mereka begitu menyayangi Larisa seperti anak kandungnya s
a menit lagi. Baru saja Larisa duduk, ponsel yang berada di dalam tas berderi
isa berkerut saat mendapati n
wab. Hingga bus datang, Larisa masih tidak menggubris dan memi
ng. Baru saja menemukan jok dan hampir duduk, ponselnya bergetar tanpa suara. Getaran itu tid
uan, kemudian kembali merogoh ponse
sing yang tadi sempat memanggil. Kali ini bukan panggil
ka pesan tersebut d
*
nya. Harusnya Larisa tidak perlu menanggapi
rang wanita berbadan sintal dan seksi. Terlihat jelas, paka
kan datang," kata Jul
ya di kursi kosong di sebelahnya. "Ad
tap Larisa dengan tatapan benci sementara jarinya s
sama Revan?" tanya Julia. "K
angguk sant
n jemarinya di atas gelas. "Apa kamu nggak punya harga di
eja dan melipatnya dengan pelan. "Yang n
negak dan tertegun sesaat. "Apa
ng ingin menindasnya. Adu kekuatan bahkan mungkin akan
ana jari tekunjuknya terlihat mengetuk-ngetuk meja pelan. "Dengar, aku ng
mengacung ke arah wajah Larisa. "Harusnya
aku is
au
angan sudah turun, Julia berdehem kemudian bicara lagi, "Aku nggak pedul
r
gunjung sempat menatap aneh. Ketika Julia sudah melenggak perg
menangkup wajah dengan kedua tangan yang bersiku di atas meja. Kemud
drt
terus berjalan menyusuri trotoar, L
ada apa?"
nggak
k. Ia sempat menendang kerikil kecil hi
uti hari in
nap
ang saat melihat sosok tak asing berdiri tidak jauh dari had
ggam ponsel dengan erat. Pria yang berdiri di
ada di sin
atapannya begitu menyala sepe
ini?" tanyanya den
tu tangan lagi yang memegang selempang tas. "Aku,
on kamu. Kenapa n
apa gugup dan gemetaran kedua tangan mungilnya itu. Ketika layar ponsel
. ini mungk
evan menarik tangan Larisa dan menyeret
*