Larisa
a
cukupi dan tidak ada sedikit pun yang kurang menyangkut kebutuhan sehari-hati. Pras
rasa masih sebagai orang asing untuk sosok pria yang tak lain adalah putra tunggal Pras dan Tamara. Pria
sih sama saja. Bisa dibilang, Revan seperti b
pundak Larisa yang sedang ter
kaget," ucap Larisa
s yang berisi setengah minuman dingin di sana. Di belak
in kamu lagi?
ggeleng. "Enggak kok, Ma. Aku hany
ang sedang merindukan orang tuanya, tapi yang sedang ada dalam otaknya saat ini
nnya itu. Tatapan sendunya itu di balas oleh Larisa. "Mama tahu kamu pasti l
sa bisa menaklukkan sosok Revan yang dingin dan acuh. Jika sikap dingin bisa sedikit dikendalikan, tidak
tanya Larisa setelah beberapa menit termenu
isa. "Mama nggak suka sama wanita itu. Dia bukan wan
Ma. Apa nggak keterlaluan
a mungkin keterlaluan. Sudah waktunya untuk
anya tidak memberi alasan apa pun selain karena mereka tidak merestui hubungan Revan dan sang ke
yang menempel pada dinding. Terdengar juga ia menghela napas
mun?" Roy menegur
risa mengabaikan pertanyaan itu
nya. "Kamu sudah makan
depan karena pembeli masih begitu banyak meski hari se
sa dari balik dinding kaca. "Aku masih nggak ngerti kenapa kamu
ng sudah kewalahan melayani par
mpan berisi potongan kue coklat
. "Ini untuk mej
ikir untuk bermalam di sini meskipun tak ada kasur yang empuk seperti di rumah.
eorang wanita membungkuk di depan eta
g dipesan itu kemudian meletakk
a?" tany
bertemu tatap dengan wanita cantik di hadapannya. Wa
h pada Larisa. "Kerja di sini?" Wanita itu kini t
a. Dia harus profesional melayani pem
Larisa seraya memasukkan kardus be
satu ujung bibirnya terangkat. "Pa
di beli, silakan ke luar," kata Larisa denga
aku?" pelot
, tapi kita sedang banyak pembeli. Coba lihat
al. Dia sampai melempar uang di atas etalase dengan kasar. S
k Roy yang sudah bera
Dia hanya terfokus pada pesanan p
sama wanita seperti itu. Angkuh dan
edip cepat. "Nggak usah ngomong
mbil memasang wajah manyun. Dia sampai menutup pin
apa, sih?
a?" salak Julia. Saking kesalnya, Julia meletakkan kue
d kamu?" tany
i Revan. "Oh, atau kamu berniat mengajakku
evan memilih melengos dan melajukan
di bener kamu memang seng
rdebat nggak penting kaya gini. Lam
lang apa? Males? Hei! Aku ini pacar kamu
is kalimat itu dan m
*