Larisa
uh sepatu pantofel di samping sofa, lalu meletakkan setelan pakaian di atas mej
akaiannya. Dia berdiri sambil mencengkeram bibir wasta
rti ini terus?" gumam Larisa. "Sepuluh tahun aku bersama mer
i pipi. Sisa berdebatan semalam kembali terin
terisak. "Aku juga ingin membuka hat
suara tangis yang mulai menggema. Rahangnya yang kecil menguat hingga gigi
lirih Revan da
memang selalu acuh, tapi jujur saja hampir tidak pernah melihat saat Larisa menangis. Dulu Larisa terma
ketika Larisa menjadi gadis yang lebih banyak diam hingga berlanjut sampai sekarang. Jujur saja terkada
ak menjauh dari pintu kamar mandi. Dia
am keadaan bersih, segar dan wangi. Dia sudah memakai baju terusan dengan pit
mbuh dengan sangat sempurna," batin Revan sa
memilih acuh saja, toh Revan tidak peduli. Seperti biasanya, Revan juga
rapat, Larisa menurunkan sisir dari rambutnya lalu
terus bertahan dan coba meluluhkan hati kamu, ta
erkedip cepat dan sedikit terjungkat saat penghuni di dalamnya ke
an kamu," kata
rambutnya dengan handuk. Tidak lama, karena setelah itu Larisa kembal
amu?" sahut L
i. "Bereskan saja semua pakaian k
tertegun denga
ak. Dua matanya mulai berkedut dan semakin lama terasa perih. B
ari ruang ganti sudah memakai baju lengkap. "Bereska
tegun dan hanya sedik
i sudah benar-benar meninggalkan kamar, perlahan Larisa mundur lalu menjatuhkan diri di atas sofa. Dia menggengg
Larisa. "Tapi ... kenapa dia mengajakku
tok
menoleh. "Ya, s
ri pintu sebelum seseora
Sayang. B
risa sudah berdiri di balik
tanya Mama lagi sebe
lan mama mertuanya masuk. Setelah sudah sampai di
Ma?" tan
Revan ngajak kamu
asakan tubuhnya yang sejujurnyk salah jika Larisa merasa takut pindah. Selama ini Revan be
lu meraih dan menggenggam dua tangan Larisa. "Kamu nggak
apa detik sebelum kemudian memberanikan diri menatap ibu mertuanya. Dan sebe
evan begitu membenci aku? Apa kar
lu melempar senyum tipis. Dia angkat satu tangan--mengusap pipi
a Tamara. Tatapan itu berubah sendu. "Mama h
la Larisa, dan rasa penasaran s
am kedua pundak Larisa. Senyum itu juga kini terlihat lagi. Mun
," kata Tamara yang masih belum Larisa me
menga
a begitu kehilangan Adiknya waktu itu. Revan yang dulu sangat ceria
sekali bertanya karena merasa bingung dengan hubun
s pada Larisa. "Kamu pengen t
mengang
mu sudah membuat
ntak tapi hanya bisa terbe
*