Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PESONA AYAH TIRI

PESONA AYAH TIRI

NARUMI AKEDA

5.0
Komentar
11.4K
Penayangan
20
Bab

Ariana seorang gadis cantik dan sexy putri dari Bu Sarah. Ia melakukan kesalahan di saat malam, yaitu tidur dengan pria asing karena mabuk. Ia kecewa dengan keputusan sang mama yang menikah lagi. Dan ternyata, pria yang tidur dengannya itu adalah calon ayah tirinya. Bagaimana kisah selanjutnya, ikuti terus kisahnya disini ya!

Bab 1 KARENA MABUK

"Mama, mau nikah lagi?" Pekik seorang gadis cantik bernama Ariana.

"Sayang? Kita sudah lama tidak ada figur sosok seorang ayah. Jadi, apa salahnya kalau mama nikah lagi?" jelas sang bunda.

"Ma? Lalu bagaimana dengan papa? Papa pasti sedih, mama tega banget sih?" Protes Ariana dengan wajah memerah.

"Ari? Papa sudah lama meninggalkan kita. Mama ingin ada sosok pria dirumah ini yang bisa menjaga kita." Terang sang bunda.

Ariana terdiam. Ia masih tidak sanggup percaya dengan permintaan sang bunda. Pasalnya ia sangat dekat dengan sang ayah. Memang sudah hampir 7 tahun sang ayah meninggalkan mereka karena kanker. Sang ayah tidak mampu bertahan dan akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua. Ariana masih menganggap ayahnya masih hidup dan selalu melindunginya. Untuk itu, ia sangat terpukul dengan keputusan ibunya. Kalau ibunya nikah lagi, suasana akan menjadi canggung dan ia pun pasti tidak terima. Bukankah sulit menerima orang baru, apalagi harus memanggilnya ayah.

"Aku pergi sebentar ma!" Ariana pergi meninggalkan sang ibu yang masih termangu di sampingnya.

"Ari, ini sudah malam. Kamu mau kemana sayang?" Tanya sang bunda sambil mencekal tangan putri satu-satunya itu.

"Ari ada janji dengan teman-teman." Ariana melepas cekalan tangan ibunya dan pergi keluar.

"Ari, ARIAANNNAAA!!" pekik sang bunda, namun tidak digubris oleh sang putri.

Bu Sarah merasa frustasi. Ia terduduk lesu di sofa panjang dan menyenderkan punggungnya di sandaran sofa tersebut.

"Hah, aku tahu ini pasti akan terjadi. Aku tahu bahwa Ariana akan menentang keputusanku. Tapi mau bagaimana lagi. Aku pun juga ingin melanjutkan hidupku. Aku masih ingin merasakan bagaimana pergi dengan pasangan ke acara-acara penting. Agar aku tidak sendirian lagi. Aku tahu aku salah. Karena aku mengkhianati ayahnya. Tapi ...." Sarah mengusap wajahnya kasar.

Ia memejamkan matanya sejenak. Entah mengapa, wajah putrinya, juga wajah calon suaminya bergilir memenuhi pikirannya. Tiba-tiba wajah mendiang sang suami seakan menyapanya.

"Mas Robby ...." Lirihnya pelan. Kemudian ia membuka matanya dengan kepala yang masih menengadah keatas dengan bersandar pada sofa.

"Resti aku ya mas. Maafkan aku karena menikah lagi. Tapi, bukan maksudku untuk melupakan ataupun mengkhianati kamu mas. Aku hanya tidak ingin sendiri. Aku akan mengunjungi makammu untuk meminta restu sekaligus mendoakan kamu." Kemudian ia memejamkan lagi matanya dan menghela nafas panjang, untuk merilekskan pikirannya.

***

Ariana melajukan mobilnya menuju club' malam. Ia berbohong pada ibunya jika ada janji dengan teman. Padahal ia ingin pergi ke club' untuk menenangkan pikirannya.

Ia memarkirkan mobilnya kemudian masuk ke pintu utama club'.

"Berikan aku satu botol!," ucapnya tiba-tiba pada bartender yang sedang melayani pembeli.

"Nona? Anda yakin? Dengan siapa anda kemari? Bagaimana jika anda mabuk?" Tanya seorang bartender.

"Buatkan saja! Aku sedang frustasi," jawabnya sinis kemudian pergi mencari tempat duduk.

Sang bartender menggeleng pelan. Memang banyak gadis seusia dia yang datang sendirian. Namun setelah itu mereka mabuk, dan dibawa pria entah kemana.

"Hah, apakah dia akan berakhir seperti itu." Ucap bartender kemudian menyiapkan pesanannya.

"Sayang, mama akan menikah lagi,"

"Hah," Suara bundanya terus terngiang didalam benaknya. Antara mengizinkan atau tidak. Ia bingung. Salah satunya ia tidak ingin mengkhianati sang ayah, tapi juga kasihan melihat mamanya yang mengurus semuanya sendiri. Baik perusahaan dan bisnis yang ditinggalkan papanya.

"Sayang? Mama ingin ada yang membantu mama mengelola bisnis papa. Mama sudah izin sama papa untuk memberikan restunya. Kini, mama meminta restu itu darimu juga." Kembali kata-kata sang bunda terngiang-ngiang di pikirannya.

"Aahh, fuucckkk. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana bisa aku hidup dengan pria besar yang baru aku kenal, dan langsung memanggilnya papa. Ih, lagipula dia pasti jelek, perutnya bergelambir , hitam, dan berkacamata. Jika iya, mamaku masih cantik dan kencang, masa mau sama orang kaya gitu. Aaahhh, fucking shit." Umpatnya.

"Silahkan pesanan anda!" Ucap sang pelayan.

"Terimakasih." Ucapnya acuh. Kemudian ia langsung menenggak minuman itu tanpa menggunakan gelas.

Ariana Chelsea Wijaya. Adalah seorang gadis putri tunggal keluarga Wijaya, yang memiliki bisnis yang besar. Diantaranya bisnis tambang emas dan berlian, perusahaan dibidang teknologi dan juga makanan.

Ia memiliki wajah yang cantik dan manis. Ia kuliah jurusan bisnis di salah satu kampus ternama di Indonesia. Walaupun umurnya masih timur, tapi ia memiliki tubuh sintal yang sanggup membuat para lelaki melirik kearahnya. Dada super besar dan bokong super padat. Sehingga membuat para pria selalu menelan ludah ketika melihat dirinya.

Tanpa terasa satu botol minuman beralkohol itu sudah habis ia tenggak. Tubuhnya menjadi panas dingin dan ingin terus minum dan minum lagi.

"Ahhh, dasar. Ada-ada saja yang selalu membuatku pusing. Hmm, kenapa lampu diskonya berputar-putar? Orang-orangnya juga. Mereka melayang, apakah mereka hantu?" Racau Ariana yang sudah mabuk, namun ia masih bisa berjalan. Club' ini menyediakan hotel untuk menginap juga. Ariana tahu jika ia tidak mungkin pulang dan menyetir. Untuk itu, ia memutuskan untuk bermalam di hotel saja.

"Hmm. Nona, anda baik-baik saja?" Sapa sang bartender.

"Ricky. Itukah namamu? Hmm, manis sekali." Kemudian Ariana kembali berjalan tertatih menuju kamar hotelnya.

"Hah, astaga. Dasar gadis aneh," Ricky menggelengkan kepalanya dan menatap aneh pada Ariana.

Ariana menyusuri satu persatu kamar. Banyak dari mereka yang melakukan hubungan hanya di luar, walaupun tidak sampai intim.

"Menjijikkan. Apakah mereka tidak bisa menyewa kamar." Ariana terus berjalan dan memastikan setiap angka dan mencari angka kamarnya.

"Okay. 103, 104, 105, ah ini dia, 106, kamarku." Kemudian ia membuka kunci pintunya. Namun tidak bisa. Bahkan sudah berkali-kali mencoba, tetap pintu tidak terbuka.

"Haiisshh, kenapa pintunya tidak bisa dibuka dengan kunci? Masuk saja tidak, menyebalkan. Aahh kepalaku tambah pusing sekali." Ucap Ariana sambil memegangi kepalanya.

Namun tiba-tiba ia memegang daun pintu itu dan membukanya. Kemudian pintu itu berhasil terbuka.

"Loh, kenapa tidak dikunci? Apakah pintu ini ajaib, sampai-sampai tidak memerlukan kunci? Ah peduli setan." Kemudian dengan tertatih, Ariana masuk kedalam kamar. Kamarnya begitu gelap dan iapun segera mencari tombol lampu. Namun itu hanya lampu tidur yang baik remang.

"Aahh, kenapa tiba-tiba tubuhku panas? Apakah aku lagi pengen? Hahaha, menjijikkan. Aku kan belum pernah melakukannya. Aku aja belum tahu rasanya." Ucap Ariana.

Tiba-tiba datang seorang pria dengan perawakan tinggi dengan badan besar berotot.

"Hei, siapa kamu? Berani sekali memasuki kamarku?" Pekik pria itu.

"Apa? Ini kamarmu? Ck ck ck, tidak mungkin. Ini kamarku. Ini nomor 106, ini kamarku." Kekeh Ariana.

"Heh, kamarmu ada disebelah. Ini nomor 107," kekeh pria itu juga.

"Tidak mungkin." Ariana berjalan gontai menuju pria besar itu.

Pria yang sangat maskulin, dengan badan atletis dan dada bidang serta perut sixpack yang tercetak jelas di balik kaos tipis yang ia kenakan.

"Ow, apakah aku salah kamar? Tapi, kepalaku sudah sangat pusing. Tubuhku juga rasanya panas. Kalau begitu, aku nginep disini aja ya malam ini," ucap Ariana dengan mudahnya.

"Apa? Tidak bisa. Ya sudah, kalau begitu aku antar kamu ke kamar sebelah. Merepotkan saja," kemudian pria itu mendekati Ariana, bermaksud untuk mengantarkan Ariana ke kamarnya.

"Mau kemana? Aku tidak mau, aku mau tidur disini. Jangan!" Berontak Ariana.

"Apa? Kamu tidak bisa tidur disini. Ini kamarku!" Kekeh pria itu.

"Tidak mungkin. Ini pasti kamarku." Kemudian Ariana mendorong pria itu hingga terjerembab ke atas ranjang.

"Ehh, apa yang kau-"

"Om sangat tampan dan menggoda. Bolehkah aku memeluk om?" Ucap Ariana dengan mata sayu dan wajah yang merah.

Jujur saja, perlakuan ariana membuat bulu kuduk pria itu merinding. Wajah yang cantik dan ayu, dengan blush on natural di pipinya. Dada besar yang menggantung menggoda. Dengan rok pendek yang disibakkan kapan saja.

Tidak terasa, big junior pria itu mengeras. Tiba-tiba ia ingin menuntaskan hasratnya dan berpetualang panas malam ini.

"Om, kenapa diam saja? Apakah aku secantik dan sexy itu, hm?" Goda Ariana.

Tiba-tiba Ariana menyambar bibir tebal pria itu dan melumatnya rakus.

"Euunnghhh," pria itu berusaha keras melepaskan Ariana darinya. Namun Ariana adalah gadis yang kuat. Ia mampu bertahan dan terus melumat bibir tebal itu dengan bringas.

"Hei, hen-ti-kan!" Hardik Pria itu.

Puas menikmati bibir itu, Ariana langsung turun menuju leher sambil memilin puncak kembar sang pria asing itu. Nafas pria asing itu memburu. Tubuhnya berdesir dan merasa nikmat dengan semua perlakuan Ariana.

"Aaahhhh fuck, kenapa dia pintar sekali. I-ini ...." Racau sang pria asing.

Tiba-tiba, Ariana berhenti melakukan kegiatannya. Jujur itu membuat sang pria kecewa. Ia pikir, perlakuan gadis asing ini akan berhenti. Namun ia salah. Gadis ini dengan kasar melepas tasnya dan membuangnya sembarangan. Kemudian ia membuka kancing bajunya satu persatu, sehingga nampaklah gunung kembar yang super dupper besar.

"B-besar sekali?" Glup, sang pria menelan salivanya berat.

Terlihat bukit kembar itu menggantung sempurna dengN puncak pink kemerahan.

"Bagaimana om, apakah kita akan berhenti atau lanjut?' tanya Ariana dengan nada menggoda.

"Fucking shit." Pria itu kemudian meraih tubuh sintal itu dan membalikkan keadaan. Kini posisi Ariana berD dibawah Kungkungan sang pria besar.

"Kau yang membangunkanku. Jadi, jangan harap kamu bisa lepas dariku dengan mudah," ucap sang pria besar sambil membuka bajunya, sehingga menampilkan enam otot perut yang berjejer rapi disana.

"Aku harap kau tidak menyesal,"

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh NARUMI AKEDA

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku