Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Permisi Tuan," Seorang perempuan dengan rambut hitam, panjang serta lebat yang kuncir kuda, berhidung mancung dan mewarisi darah blasteran eropa dari sang Ayah. Mata indah dengan warna bola mata terang, alis lebat dan bibir yang sensual, masuk ke dalam ruangan 10x14 m dengan setelan blazer merah dan rok span di atas lutut. Dia adalah Raya, yang bekerja sebagai sekretaris di perusahaan tersebut.
"Yah, silahkan masuk!" jawab bos perusahaan tersebut dengan senyum yang begitu menawan. Tubuhnya sangat atletis dengan garis wajah yang begitu tegas. Siapapun yang melihat pria ini akan jatuh cinta.
"Pak Lucky, saya meminta tanda tangan Anda," ujar perempuan itu mendekati CEO yang begitu menawan.
"Apakah hanya itu?" lirik nakal sang CEO ke arah tubuh Raya yang begitu molek meski usianya sudah memasuki usia 35 tahun.
"Sebenarnya ada, tapi nanti saja. Ini masih jam kerja," jawab Raya dengan senyumnya yang tak kalah nakalnya.
"Tapi, kalau aku memintanya sekarang bagaimana?" Lucky berjalan mendekat dan segera menarik tubuh Raya ke arahnya. Raya tersentak, tapi dia menyukainya. Raya melemparkan mata nakalnya ke arah Lucky, membuat Lucky tak bisa lagi menahan diri.
"Aku sangat menginginkanmu, aku sudah tidak bisa menunggu nanti," ujar Lucky dengan nafas yang memburu, dia mencium leher jenjang Raya yang begitu menggoda. Raya mulai merasakan kenikmatan, "oh, Sayang... Aku sangat mencintaimu."
Lucky tak ingin membuang waktu lagi, segera dia mengajak Raya masuk ke dalam kamar yang berada dalam ruangan tersebut dan menggendongnya dengan brides style. Mata mereka bertemu satu sama lain. Mata yang penuh dengan hasrat yang bergelora.
"Aku sudah tak tahan lagi, honey," pekik Lucky meletakkan tubuh Raya di atas ranjangnya.
"Kau selalu saja seperti ini." Raya semakin memancingnya dengan mengangkat salah satu kakinya yang memperlihatkan segitiga hitam yang sedang dia pakai.
"Oh, jadi kau sekarang sudah berani memancingku? Baiklah, aku akan segera melahap tubuhmu." Lucky menindih tubuh Raya, dan melakukan pergulatan lidah yang begitu panas.
Perlahan tapi pasti, Lucky sudah menanggalkan pakaian yang di pakai oleh Raya. Kini di hadapannya terlihat tubuh putih dengan dua cup hitam yang menutupi bukit kembar dan juga sebuah segitiga hitam renda yang begitu menggoda iman seorang Lucky Baskara.
Raya menggeliat pasrah, ketika seluruh tubuhnya bagikan es krim yang terus saja di lahap oleh Lucky, desahan- desahan kecil terdengar merdu di telinga Lucky.
"Sayang, masih belum puas jugakah kau memakan tubuh ini? Apakah kau tidak mau menuntaskannya?" tanya Raya dengan nafasnya yang tersengal-sengal menahan hasrat yang sudah berada di pucuk kepalanya.
Lucky menyeringai nakal, "sabar, Honey. Aku akan membuatmu lemas terlebih dahulu."
Kini wajah Lucky sudah berada di bagian bawah Raya, Lucky seolah melihat buah sawo dan segera menghisapnya apalagi ketika dia menemukan biji kecil yang berada di tengah-tengah buah tersebut. Lucky memainkannya dengan lidahnya, Raya semakin tak karuan.
"Oh... sssshh..." racau Raya menikmati setiap apa yang di lakukan Lucky kepadanya.
Ketika lidahnya menemukan mainannya, tangan Lucky tak mau kalah, kedua tangan itu segera menuju ke bukit kembar dan meremasnya dengan kuat. Raya semakin kelojotan, beruntung ruangan itu di sertai pereda suara, sehingga suara Raya tak sampai terdengar sampai keluar.
"Sa... Yang. Aku, aku mau, uh...!" Raya mencapai klimaks. Dia sudah tidak tahan lagi menahan serangan yang begitu hebat dari Lucky.
Bukannya jijik, Lucky malah membersihkan cairan itu dari buah sawo milik Raya. Lucky berdiri dan berada pas di depan Raya yang kini sudah duduk.