Raya dan Amir menikah sudah cukup lama, Raya tak menyangka jika sikap dingin suaminya menjadi boomerang bagi pernikahannya. Sering kali Raya melakukan hal-hal di luar nalar untuk memuaskan hasratnya karena Amir selalu sibuk dengan pekerjaannya dan dia payah di atas ranjang. Raya tak pernah mendapatkan kepuasan dari Amir, Amir tak mempedulikan gairah istrinya yang amat tinggi. Apakah pernikahan seperti ini termasuk pernikahan yang sehat? Ketika di dalam rumah tersebut tak ada lagi kehangatan, lalu bagaimana dengan anak? Apakah memang Raya mandul, ataukah sebaliknya? Kondisi semakin memburuk ketika Raya bertemu dengan mantan yang masih sangat mencintainya dan menginginkannya, apakah ini adalah godaan rumah tangga Raya, ataukah memang Lucky adalah jodoh sesungguhnya untuk Raya? Yuk baca selengkapnya di novel perdanaku ya, Kak😍😘
"Permisi Tuan," Seorang perempuan dengan rambut hitam, panjang serta lebat yang kuncir kuda, berhidung mancung dan mewarisi darah blasteran eropa dari sang Ayah. Mata indah dengan warna bola mata terang, alis lebat dan bibir yang sensual, masuk ke dalam ruangan 10x14 m dengan setelan blazer merah dan rok span di atas lutut. Dia adalah Raya, yang bekerja sebagai sekretaris di perusahaan tersebut.
"Yah, silahkan masuk!" jawab bos perusahaan tersebut dengan senyum yang begitu menawan. Tubuhnya sangat atletis dengan garis wajah yang begitu tegas. Siapapun yang melihat pria ini akan jatuh cinta.
"Pak Lucky, saya meminta tanda tangan Anda," ujar perempuan itu mendekati CEO yang begitu menawan.
"Apakah hanya itu?" lirik nakal sang CEO ke arah tubuh Raya yang begitu molek meski usianya sudah memasuki usia 35 tahun.
"Sebenarnya ada, tapi nanti saja. Ini masih jam kerja," jawab Raya dengan senyumnya yang tak kalah nakalnya.
"Tapi, kalau aku memintanya sekarang bagaimana?" Lucky berjalan mendekat dan segera menarik tubuh Raya ke arahnya. Raya tersentak, tapi dia menyukainya. Raya melemparkan mata nakalnya ke arah Lucky, membuat Lucky tak bisa lagi menahan diri.
"Aku sangat menginginkanmu, aku sudah tidak bisa menunggu nanti," ujar Lucky dengan nafas yang memburu, dia mencium leher jenjang Raya yang begitu menggoda. Raya mulai merasakan kenikmatan, "oh, Sayang... Aku sangat mencintaimu."
Lucky tak ingin membuang waktu lagi, segera dia mengajak Raya masuk ke dalam kamar yang berada dalam ruangan tersebut dan menggendongnya dengan brides style. Mata mereka bertemu satu sama lain. Mata yang penuh dengan hasrat yang bergelora.
"Aku sudah tak tahan lagi, honey," pekik Lucky meletakkan tubuh Raya di atas ranjangnya.
"Kau selalu saja seperti ini." Raya semakin memancingnya dengan mengangkat salah satu kakinya yang memperlihatkan segitiga hitam yang sedang dia pakai.
"Oh, jadi kau sekarang sudah berani memancingku? Baiklah, aku akan segera melahap tubuhmu." Lucky menindih tubuh Raya, dan melakukan pergulatan lidah yang begitu panas.
Perlahan tapi pasti, Lucky sudah menanggalkan pakaian yang di pakai oleh Raya. Kini di hadapannya terlihat tubuh putih dengan dua cup hitam yang menutupi bukit kembar dan juga sebuah segitiga hitam renda yang begitu menggoda iman seorang Lucky Baskara.
Raya menggeliat pasrah, ketika seluruh tubuhnya bagikan es krim yang terus saja di lahap oleh Lucky, desahan- desahan kecil terdengar merdu di telinga Lucky.
"Sayang, masih belum puas jugakah kau memakan tubuh ini? Apakah kau tidak mau menuntaskannya?" tanya Raya dengan nafasnya yang tersengal-sengal menahan hasrat yang sudah berada di pucuk kepalanya.
Lucky menyeringai nakal, "sabar, Honey. Aku akan membuatmu lemas terlebih dahulu."
Kini wajah Lucky sudah berada di bagian bawah Raya, Lucky seolah melihat buah sawo dan segera menghisapnya apalagi ketika dia menemukan biji kecil yang berada di tengah-tengah buah tersebut. Lucky memainkannya dengan lidahnya, Raya semakin tak karuan.
"Oh... sssshh..." racau Raya menikmati setiap apa yang di lakukan Lucky kepadanya.
Ketika lidahnya menemukan mainannya, tangan Lucky tak mau kalah, kedua tangan itu segera menuju ke bukit kembar dan meremasnya dengan kuat. Raya semakin kelojotan, beruntung ruangan itu di sertai pereda suara, sehingga suara Raya tak sampai terdengar sampai keluar.
"Sa... Yang. Aku, aku mau, uh...!" Raya mencapai klimaks. Dia sudah tidak tahan lagi menahan serangan yang begitu hebat dari Lucky.
Bukannya jijik, Lucky malah membersihkan cairan itu dari buah sawo milik Raya. Lucky berdiri dan berada pas di depan Raya yang kini sudah duduk.
Raya mengerti, apa yang di inginkan oleh Lucky. Bagaikan permen lolipop, Raya menjilatinya dengan sangat rakus.
"Sit, yeah... I Love you, Honey. Shh, Ahh," Lucky menikmatinya dengan mata yang terpejam.
Kini lolipop itu berdiri tegak bagaikan batang pohon yang sudah kaku, Lucky menghentikan Raya dan mendorong tubuhnya hingga terlentang ke ranjang bersprei putih tersebut. Tanpa membuang banyak waktu, Lucky segera memasukkan batang kayu itu ke dalam sumur milik Raya. Penyatuanpun terjadi, bunyi derap kaki kuda itupun terdengar merdu di ruangan itu, di tambah dengan lenguhan dan desahan kenikmatan Raya maupun Lucky semakin menambah suasana panas tersebut. Kegiatan itu berlangsung 45 menit, Lucky adalah lelaki tangguh yang sangat kuat masalah ranjang. Raya juga demikian, dia bisa mengimbangi permainan Lucky. Klimaks ke dua Raya begitu lama dari pada klimaksnya yang pertama, hal inilah yang di ketahui oleh Lucky. Sehingga Lucky selalu melakukan permainan awal yang begitu epik yang memancing Raya untuk mencapai klimaks pertamanya. Sehingga dia bisa berlama-lama memendam senjatanya ke dalam sumur milik Raya.
"Sa, yang. Aku mau nyampek ini..." teriak Raya yang sudah tak tahan lagi menerima gempuran dari segala arah.
"Tunggu! Kita sampai bareng-bareng!" Lucky semakin mempercepat tempo gerakannya, dan akhirnya, "Uh..." lenguhan panjang keluar dari mulut mereka ketika mereka mencapai puncak bersamaan.
Tubuh Lucky ambruk di samping Raya, tangannya membelai rambut Raya yang sudah tak beraturan lagi.
"Thanks, Honey. Kau memang tak pernah mengecewakanku di ranjang." Lucky mengecup bibir Raya, sebelum akhirnya mereka harus membersihkan diri dan kembali bekerja.
Stamina Raya dan Lucky memang patut di acungi jempol. Bahkan mereka kuat melakukannya hingga empat sampai lima kali dalam satu waktu, tapi mereka tak merasakan lemas sedikitpun dan mereka selalu bisa kembali melakukan aktifitas seperti biasanya tanpa ada seorangpun yang berpikir kalau mereka sudah melakukan aktifitas penuh gairah tersebut.
Raya pergi ke kamar mandi, Lucky mengikutinya.
"Sudah, jangan lakukan lagi. Lima belas menit lagi kau ada meeting penting dengan clien-mu!" hardik Raya, dia sudah hapal betul apa yang ada di pikiran Lucky.
"Ayolah, sekali saja. Anggap saja ini sebagai ganti kemarin kau tidak masuk kerja." Lucky segera menyambar bibir Raya, dan memainkan dua benda kecil yang berada di bukit kembar milik Raya. Raya tak bisa menolaknya karena Lucky sudah mengetahui titik kelemahan Raya. Pergulatan itu kembali terjadi, mereka lupa waktu. Tanpa mereka sadari pergulatan kali ini berlangsung 1 jam lamanya.
"Tuh, kan kita sudah sangat terlambat." Raya menyisir rambutnya dan menguncirnya. Tak lupa pula dia memoleskan makeup tipis agar wajahnya terlihat lebih segar.
Mereka berdua kini berada di depan pintu dan akan keluar dari kamar pribadi tersebut.
"Tunggu! Sepertinya di luar ada orang." cegah Lucky.
Raya mengurungkan niatnya membuka pintu.
"Bagaimana ini? Aku tidak mau jika ada satu orangpun mengetahui hubungan terlarang kita." Raya begitu panik
"Kau tenang saja, tidak ada satu orangpun yang mengetahuinya. Kau diam di sini dulu, aku akan keluar untuk melihat siapa yang sudah berani masuk ke dalam ruanganku ketika aku tidak ada." Terlihat ekspresi kemarahan pada diri Lucky, bukankah selama ini dia sudah berpesan kepada semua karyawannya agar tidak masuk ke dalam ruangannya tanpa ijin darinya.
Lucky mengecek kemejanya dan rambutnya sebelum dia ke luar. Lucky membuka pintu kamarnya dan ke luar dari sana.
"Selamat siang Pak Lucky," sambut seorang laki-laki dengan tubuh tegak dan tingginya hampir sama dengan Lucky. Hanya saja, Lucky lebih tinggi beberapa centi darinya. Mata Lucky terbelalak, dan dirinya kini menjadi kikuk.
"Pak, Pak Amir. Se, selamat siang," jawab Lucky dengan terbata-bata.