Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gadis Penghibur Tuan CEO

Gadis Penghibur Tuan CEO

detaindah

5.0
Komentar
201
Penayangan
29
Bab

Ajeng Kirei Aswari seorang gadis yang tumbuh tanpa adanya kasih seorang Ibu, ia dibesarkan oleh seorang Ayah yang mempunyai fikiran selalu tentang uang, di matanya uang adalah segalanya. Dan saat Ajeng menginjak usia 18 tahun, dirinya dijual oleh Ayahnya di sebuah tempat prostitusi ternama di Asia. Hingga pada akhirnya di usia Ajeng menginjak 24 tahun, ia harus menerima takdir terburuk ... menyaksikan pria yang selama ini menjadi harapan Ajeng untuk mengangkat derajat hidupnya, kini malah dijodohkan dengan wanita lain. Pria itu bernama Reynold Bill Timur CEO muda sukses di Asia yang telah bersama Ajeng 10 tahun lamanya, tetapi karena keadaan Ajeng membuat keluarga besar Bill menantang hubungan mereka dan menjodohkan Bill pada wanita yang sederajat di mata keluarganya. Bill tidak bisa menolak keinginan orang tuanya dan memilih untuk menjalani pernikahan dari perjodohan itu dengan membawa Ajeng masuk kedalam skandal panas pernikahan mereka. Lalu ... apakah Ajeng bisa hidup bersama Bill selamanya dengan menyakiti seorang wanita yang tidak bersalah? Bagaimana kelanjutan lika-liku kisah percintaan mereka? Yuk ikuti terus ceritanya, jangan lupa tambahkan cerita ini di rakmu ya ....

Bab 1 Wanita Penghibur

Tak ....

Tak ....

Suara sepatu hak tinggi melangkah, menuju ke arah pria yang sudah menunggunya duduk memangku tangan di kursi taman. "Sudah selesai?" tanya pria berumur dua puluh tahunan itu.

Dia seorang CEO muda bernama Reynold Bill Timur, yang baru saja dinobatkan menjadi salah satu pemuda terkaya di Asia.

Gadis yang kini ia temui bernama Ajeng Kirei Iswari, ia hanyalah seorang wanita penghibur handalan di Macau R.A. sekaligus telah berpacaran dengan Bill sekitar sepuluh tahun lamanya, semenjak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Ajeng menatap Bill dalam, ia tidak biasanya menanyakan hal tersebut pada Ajeng yang baru selesai melayani para tamu yang datang.

"Aku akan menikah, Besok!" lanjut Bill, yang berhasil membuat Ajeng terkesiap kaku.

Bibir Ajeng bergetar, hatinya terenyuh ... akhirnya harapan dan doa Ajeng kini terkabul, Keluarga Bill bisa menerimanya dan rela menikahkan anak mereka pada gadis rendahan seperti Ajeng.

"T-tapi i-ini terlalu cepat, bahkan akupun belum mengatakan apa pun pada keluargaku, Bill!" jawab Ajeng terbata-terbata.

Bill menggeleng pelan, lalu balik menatap Ajeng dan menggenggam jemarinya erat. "Tidak denganmu, Jeng ... tapi aku dijodohkan dengan wanita pilihan papa," suara Bill memberat.

Sontak Ajeng menundukkan kepala, meneteskan air matanya. Ia hanya bisa terisak menelan takdir kepahitan yang selalu berpihak padanya.

"Kau terima? Kau tega denganku? Lalu bagaimana dengan hubungan kita? Semuanya sia-sia Bill! Kenapa bukan denganku, Bill? Kenapa? Karena aku kotor? Menjijikkan? Atau sampah di mata keluargamu? Kau pun sangat tahu mengapa aku terpaksa melakukan pekerjaan ini?!" rentetan pertanyaan dari Ajeng memberontak.

Bill seketika memeluk Ajeng, menenggelamkan wajahnya di bahu gadis yang sangat ia cintai. Lalu meneteskan air matanya tak tertahan, bukan hanya Ajeng yang terpuruk dengan perjodohan ini. Bill pun hancur berkeping-keping. Hatinya sudah tertutup oleh siapa pun ... hanya ada Ajeng di dalamnya dan tidak akan tergantikan oleh siapa pun.

Deruan napas panas di telinga Ajeng membuat hati Ajeng semakin perih, Ajeng mendorong tubuh Bill pelan. Menyapu noda air mata di wajah Bill dan melempar senyuman padanya.

"Pulanglah, Bill ... beristirahatlah yang cukup. Karena besok akan menjadi hari yang begitu melelahkan untukmu."

Ajeng beranjak bangun ... tubuhnya seolah lemas untuk berjalan, tetapi ia berusaha untuk kuat melangkah meninggalkan pria yang besok sudah menjadi milik wanita lain seutuhnya.

Namun, sesaat Ajeng akan melangkahkan kaki. Lengannya tertahan oleh Bill. "Pliss, Sayang! Kumohon jangan tinggalkan aku!" ujar Bill memohon.

Ajeng tersenyum miring, "Kutunggu di kamar No 812," ucap gadis itu seraya mengendurkan genggaman Bill.

Kemudian Ajeng melanjutkan langkahnya, ia berusaha tenang sekuat mungkin dan mengikhlaskan hal yang amat sangat berat untuk diikhlaskan.

Klek!

Ia membuka pintu berwarna hitam dengan nomor 812 di depannya, belum sempat Ajeng masuk. Wanita tua berumur sekitar setengah abad dengan dandanan super heboh bagai bintang pantura itu, memanggil namanya seraya melenggok berjalan ke arah Ajeng.

"Hello, Honeyku yang paling cantik ... we have a special guest! Dirimu tidak boleh menolak! Bayarannya sangat tinggi dan ini tamu special for you!" ujar wanita yang sering dipanggil dengan sebutan mami.

Ajeng yang merasa telah membuat janji pada kekasihnya dengan cepat menolak perintah mami, "Mam, maaf ... kali ini aku tidak bisa, aku ada urusan sebentar."

"Cih! Ini bukan permintaan, Honey! Ini adalah perintah yang harus kau lakukan!" ujar mami dengan kedua tangan yang melingkar sombong di pinggangnya.

Ajeng menelan salivanya, ia menatap wanita dihadapannya dengan gamang. "Satu kali ini saja ... kumohon, Mam! Aku sudah melayani empat puluh lima pria dari pagi sampai sekarang! Aku pun lelah, biarkan aku menghilangkan penatku sedikit!" gumamnya dengan suara yang penuh penekanan.

"Ini sudah tugasmu!" jawab mami tegas dengan netra yang menyorot tajam.

Wanita berusia setengah abad itu mendorong Ajeng masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya dari luar.

Ajeng tersungkur di lantai, beringsut ke arah pintu dan menyenderkan kepalanya. Ia memejamkan matanya dengan suara isakan yang terdengar sengak.

Namun, untuk berteriak dan menangis meratapi nasip sekali pun tidak akan mengubah keadaan. Bahkan untuk memberontak saja adalah hal yang percuma untuk dilakukan, itu malah membuat Ajeng akan banyak kehilangan energinya.

Sedangkan energi Ajeng sangatlah penting bagi Ajeng, yang terkenal senior dalam menyambut tamu dengan kepuasan yang maksimal. Meski usia Ajeng sendiri baru menginjak dua puluh empat tahun.

Kreeeekk ... suara pedal pintu terputar, saat ini Ajeng berharap itu adalah Bill.

Ajeng berdiri menatap ke arah pintu, dan datanglah seorang pria berambut kuning, bermata biru dengan setelan Jas berwarna navy.

Dan ... tunggu dulu, Ajeng melihat samar wajah Bill di belakangnya. Baru saja Ajeng ingin memastikan, pintu itu sudah tertutup keras.

"Hello my love," sapa pria dengan wajah oriental.

Ajeng hanya tersenyum dalam anggukkan, kali ini Ajeng dibuat bingung dengan keadaan. Ia takut yang di lihatnya tadi benar Bill dan ia sekarang sedang menunggu di balik pintu. Apa jadinya jika Bill mendengar suara rintihannya dari balik pintu itu?

Meski Bill mengetahui pekerjaan Ajeng sejak empat tahun lamanya, tetapi tidak pernah sekali pun Ajeng menunjukkan pekerjaannya secara gamblang pada Bill. Karena Ajeng masih memikirkan perasaan pria yang sangat ia cintai itu.

Pria yang belum diketahui siapa namanya itu berjalan ke arah Ajeng, "Inikah wanita terbaik di Macau R.A? Aku membayarmu mahal bukan untuk berdiri kaku bagaikan manekin!" gumamnya dengan memutari tubuh Ajeng seraya memperhatikan kemolekan tubuh Ajeng dari bawah hingga atas.

Pria itu melempar Jas, kemeja, dan celananya. Hingga kali ini pria itu sudah benar-benar telanjang tanpa sehelai kain pun. Ia duduk di ujung ranjang dengan melebarkan kakinya.

"Come here, Dear ...," panggilnya.

Ajeng berjalan pelan menghampirinya dan membungkuk ke arah pedal pria itu yang sudah menjulang tinggi. "Maaf, mungkin pelayananku kali ini tidak akan bisa memuaskanmu ... sejujurnya aku sangatlah lelah!" ujar Ajeng pelan yang hanya beralaskan, sebenarnya ia memikirkan Bill yang ia takutkan sedang berdiri di depan pintu menunggu Ajeng.

Pria itu menyeringai, lalu berdiri dan melempar tubuh Ajeng ke atas kasur dengan kasar. "Oke ... jika begitu, aku yang akan memandu permainan ini!" ucapnya enteng.

Ia berjalan mengambil pisau di dalam saku celananya, Ajeng seketika panik dan menganga melihat pisau yang terjulur ke arahnya.

Kreeeeeek!

Suara robekan kain yang di robek oleh pisau, kini tubuh indah Ajeng terbuka lebar. Pria itu dibuat terpesona oleh keindahan tubuh Ajeng. Seolah tidak ingin melewati keindahan itu, dia memandu Ajeng untuk terbentang dan membiarkan dirinya menyeruputi tubuh Ajeng dari bawah hingga ke atas.

Pria itu benar-benar terpikat akan keindahan dan kelembutan tubuh Ajeng, dia menyusuri dan melahap tubuh itu dengan nafsu yang begitu tinggi. Deru napas pria itu seperti berlomba dan tersengal, tetapi Ajeng masih tidak berani mengeluarkan sepatah katapun meski hanya mendesah.

Tubuh Ajeng menggelijang, sesaat pria itu memasukkan semua tangannya ke liang kenikmatan Ajeng.

Ajeng menggigit kuat bibirnya, memastikan suaranya tidak akan sampai keluar dari dalam mulutnya.

Namun, pria itu melihat Ajeng yang tidak sama sekali menderuh malah mempercepat pompaan tangannya. Ia mencelupkan tangannya yang besar itu sepenuhnya dan memberi aba-aba untuk menghantam liang Ajeng dengan kuat seperti tinjuan.

Brugh!

"AKHHH!" Ajeng merintih kuat tak sengaja, rintihan itu sangatlah kuat dan pompaan tangan pria itu semakin menjadi. Hingga Ajeng tidak mampu lagi menahan desahannya.

"Amhhh ... amhh," suara Ajeng sudah diluar kendalinya.

Membuat pria itu semakin bernafsu bermain dengan Ajeng, sekarang ia menyatukan tubuhnya pada Ajeng. Menggerakkan tubuhnya cepat hingga Ajeng menggelijang untuk yang kesekian kalinya.

Kemudian pria berambut kuning itu rupanya belum puas akan permainannya sendiri, dia memandu Ajeng untuk bergaya sesuai kemauannya. Sampai Ajeng pun dibuat kewalahan akan permainan pria bertubuh kekar itu.

Suasana kamar yang sunyi pun kini hanya terdengar suara deru napas yang saling memburu diiringi dengan rintihan panas.

Setelah dua jam lamanya, pria itu akhirnya berdiri memakai semua perlengkapannya dan melangkah keluar meninggalkan Ajeng. Tanpa sepatah ucapan apa pun.

Ajeng yang melihat pria itu ingin keluar, ia lantas bangun dan berjalan cepat ke arah pintu dan benar saja seperti dugaan Ajeng sebelumnya. Bill sedang berdiri di samping pintu dengan tangan yang di angkat enteng di pinggangnya. Kini sepasang kekasih itu saling menatap dengan netra yang kaku ....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh detaindah

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku