Gadis Penghibur Tuan CEO
lasan sedikit pun?" tanya Ginni mengedikkan kelopak matanya di hadapan Bill, "Oh ... oke kutahu, kupastikan dia ad
ajahnya dan menyunggingkan senyuman sinis. "Kutebak, tad
ang tajam, dia ingin memulai percintaan. Namun belum saja c
endidih. "Kutanya sekali lagi ... tadi malam kau bersam
hhh
embuangnya pelan, mencoba tetap berkepa
emuanya. "Apa yang kau katakan semuanya Benar, dia kekasihku ... namanya Ajeng. Sepuluh tahun sudah k
pnya sembari memandang Bill penuh tanda tanya. "So? Kenapa kau terima perjodohan ini? Terpaksa?
"Aku dipaksa terus menerus untuk
gan cepat tangannya mengambil ponsel yan
ri di ponsel Bill, ponsel itu s
kecil, hingga pada akhirnya Bill mengala
eg
nya hanya bisa terdiam, menatap betapa kejinya seorang pria yang sudah berstat
*
a membuka tutup matanya, sibuk mengeda
, tempat ini sangatlah panas berbarengan aroma anyir yang menyeruak
this, Mam?" tan
aradise! Aku utuskan kau untuk melayani mereka semua!" tutur Mami masih dengan gaya
dengan kain hitam. Persis seperti adegan naskah penculikan yang sering Ajeng baca ada di aplikasi Fizzo, bedanya ... Ajeng tida
lan tidak menggunakan sehelai kain sama sekali ke arah sekerumunan puluhan pria, lalu wanita yang masih tanpa ekspresi itu berbaring begitu saja di a
n teriakan yang amat menyakitkan, ia berteriak sekencang mungkin tanpa ada yang peduli termasuk Ajeng yang hampir mati menyaksikan adegan bengis
h-celah kaki dari kerumunan para pria, ntah darah itu be
tidak baik baik saja, Ajeng menyusul Mami yan
r dia tidak dilibatkann dalam hal penjualan yang ekstrem seperti
nyentrik yang keberadaannya tidak jauh dari hadapan Ajeng. "MAMMMM! PLIS! Un
mengerutkan keningnya, "Kau ingin menolak kan? Tidak bi
gan ini bisa kupastikan mereka memiliki kelainan sex ...." Suara Ajeng tersengal-sengal, dia beru
m, sembari memainkan kukunya. "Aku sudah t
ga ia bisa memiliki segalanya. Hampir seluruh kehidupan Ajeng, mamilah yang mengatur, Ajeng sakitpun mamilah yang senantiasa menjaganya! Dan Ajeng fikir semua itu adalah bentuk kasih sa
sekar
begitu saja dengan seorang wanita
Bukan Karena dia menganggap Ajeng sebagai anak, melainkan karena Ajeng bekerja menguras
AH
eh kecil pen
mereka hanya puluhan bukan ratusan dan bukannya kau terbiasa melayani puluhan pria sekali
n wanita dihadapannya saat ini yang
Dan ... kau tahu? Uang segitu bisa kau buat apa? Kau bisa menenangkan diri sejenak atas pernikahan boyfriendmu dan satu lagi ...," u
menetes mendengar perkataan itu. Seolah nyawanya ti
ng. Dengan reflek Ajeng mengambil ponsel didalam sakun
ma panggilan, ponselnya sudah direbut oleh Mami. "He
k mempunyai waktu mengurusi suami orang yang ingin selalu freenya saja! Jika kau mau bayarlah dia den
ut kembali ponselnya. Tetapi baru saja Ajeng menempelkan