Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Kamu hanya punya satu kesempatan terakhir, Rani. Satu kesempatan saja. Tidak ada lagi yang kedua. Ini terakhir kalinya kukabulkan permintaanmu,.."
Aku mendengar sayup-sayup suara lelaki tua yang berada di kejauhan namun terasa begitu jelas semua kata-kata terucapkan.
"Apa maksudmu yang terakhir?"
"Kamu telah banyak meminta padaku selama hidup...kini waktumu telah habis di dunia,..."
"Ja...jadi, aku sudah mati saat ini? Ttta, tapi..."
"Tidak ada lagi tawar menawar untukmu, Rani. Telah kuberikan semua yang kamu mau ketika kita masih hidup, dan kini di alam ini aku tidak bisa lagi memenuhi semua permintaanmu,"
"Kita? Apakah aku mengenalmu?" kucoba untuk mengingat suara pria tua yang semakin menjauh itu.
"Apakah sebelumnya aku pernah bertemu denganmu?"
"He he he... Kamu lupa denganku kah Rani? Dengan penampakanku ini?"
Tiba-tiba suara itu menguat kembali dan mendekatiku. Aku membalikkan badan hingga tampaklah sosok Pakdhe, lelaki tua yang telah lama kuanggap sebagai Pakdhe-ku sendiri. Aku begitu heran dan bingung mengapa sampai tidak kukenali suaranya di dunia serba membingungkan ini.
"Padahal aku belum lama meninggalkanmu," suara itu kini mewujud menjadi sesosok pria berperawakan tambun. Rambutnya yang keriting telah memutih semua dan tawanya yang khas menertawakanku.
"Ha ha haaaa... Kamu seharusnya belum sampai disini, Rani. Ayo, kembalilah ke dunia. Ku nerikan ku satu kesempatan terakhir,"
"Pakdhe? Pakdhe kenapa ada di sini..."
"Sudah jangan banyak bertanya. Kamu di sini masih belum waktunya. Ayo kembalilah ke dunia lagi dan wujudkanlah impianmu,"
"Impian apa, Pakdhe? Aku kangen bercerita pada Pakdhe... Seperti dulu lagi ketika,.."
"Hooop!!! Sudahlah. Air matamu semua telah kuhitung sejak awal mula disini. Sekarang jangan lagi banyak berbicara, akan kuminta Penjaga untuk membawamu kembali. Temuilah dia. Dan selesaikan yang telah kalian mulai. Sumpah itu tetap berlaku hingga kalian berdua kembali ke sini."
Aku tak bisa menahan tangisku lagi dan ingin memeluk Pakdhe yang tidak sempat ku temui kala akhir hayatnya di dunia. Aku pun masih belum bisa mencerna perkataannya yang tidak sepenuhnya kupahami, dan ketika aku ingin mendekatinya mendadak sosoknya menghilang tanpa jejak.
"Pakdhee... Mengapa Pakdhe pergi lagi? Aku kangen Pakdhe,...!!!"
Aku menangis tersedu-sedu menyesali kepergian beliau untuk kedua kalinya di alam serba tak jelas ini. Aku mulai mencoba menyeka air mataku ketika kembali terdengar suaranya untuk yang kedua kalinya.
"Aku telah meminta para Penjaga untuk mengembalikanmu ke dunia. Waktumu belum selesai. Jangan lagi mencariku di sini. Aku akan selalu menjagamu meski tidak bisa kamu temui lagi. Ingat, kalian harus menyelesaikan apa yang telah kalian mulai... Carilah Rangga untuk terakhir kalinya!"
Sebelum aku sempat menjawab, tiba-tiba kepulan asap putih mulai mendekati kakiku, naik menuju pinggangku dan mulai naik menutupi tubuhku hingga ke tenggorokan dan semakin terasa hangat...hingga menutup kedua mataku dan tak bisa kulihat apapun lagi...
...