Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
[BUKAN] PELAKOR
4.5
Komentar
62.5K
Penayangan
79
Bab

Demi sebuah janji akan kesetiaan, untuk kesekian kalinya Irish terluka. Janji tinggal janji, nyatanya, janji semanis madu itu berubah sepahit empedu. Penantian Irish selama 4 tahun, berakhir sia-sia. Kekasih yang telah menjanjikan hal manis padanya, memilih memadu kasih dengan wanita lain, meninggalkan Irish dengan sakit hatinya dan menunggu janji yang telanjur berucap. Akhirnya, Irish nekat, demi janji, demi cinta, demi masa depan. Irish menjadi 'pelakor' di hidup Galen dan istrinya. Iris bertekad Galen kembali menjadi miliknya! Bisakah Galen kembali, atau perjuangan Irish akan sia-sia?

Bab 2 Alen, Ai Rindu

SUMBER UANG: Bapak dipecat, pulang saja ke rumah. Kuliah bisa dilanjutkan kapan saja, tapi kamu tidak bisa di tanah asing tanpa uang.

Terlanjur kecewa, terlanjur takut, terlanjur gagal, terlanjur sayang. Galen hanya membiarkan pesan itu, dua tahun ia berjuang jungkir-balik, dan mendapat pesan sialan ini? Galen putus asa, tapi ia tak mau menyerah, sudah setengah jalan. Jika ia menyerah, sia-sia tenaga yang ia habiskan, rugi materi, rugi waktu, rugia usia. Galen tak mau rugi, Galen ingin mengejar mimpinya. Sedari dulu, ia ingin mendapatkan pendidikan terbaik.

Untuk sementara Galen termasuk mahasiswa Internasional yang tinggal di asrama. Galen boleh bekerja, karena ia sudah dua tahun disini. Ya, biaya hidup di negara orang sangat mahal.

California State University. Bukan hal gampang, agar bisa di kampus bergengsi di dunia ini, dan sekarang menyerah? Lelucon apa ini?

Galen mengingat saat ia jungkir-balik mengurus dan berbagai macam tes sebelum ia lulus dan menginjakkan kaki di negri Paman Sam. Galen yang rela berpisah dengan kekasihnya, dan merindukan si cewek polos itu setiap saat. Galen harus sukses sebelum pulang, harus membuktikan agar ia bisa dibanggakan, setidaknya penantian Irish selama ini tak sia-sia.

Kalut karena tak bisa mengambil keputusan, Galen duduk di bawah bangku di bawah pohon yang ia tak tahu pasti. Tapi daunnya sejenis daun maple. Sekarang musim semi, waktu yang sangat pas untuk berjemur dibawah matahari. Banyak yang seperti piknik.

Jujur, selama Galen termasuk tidak banyak teman. Ia hanya fokus belajar. Galen mempunyai beberapa teman internasional. Ada dari Pakistan, India, Turki, Jepang, dan teman Asia lainnya.

Ingin meminta tolong, Galen sadar anak rantau sama-sama mempunyai uang yang terbatas.

Galen ingat, ia cukup dekat professor Thomas. Ya, ini yang membuat Galen betah sekolah di luar. Tidak ada batasan antara Professor dan murid. Professor Galen begitu dekat, dan bisa berbagi apa saja, apalagi diskusi masalah sosial yang terjadi di sekitar. Professor Thomas memiliki pandangan yang luas, terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat.

Rencananya, Galen mau bertemu dengan professor ketika jam makan siang. Fokus Galen sekarang bertahan sesulit apapun situasinya. Pantang sukses sebelum pulang.

Galen melihat banyak sekali pesan yang masuk ke ponselnya. Namun, ia sedang tidak fokus sekarang. Daripada berkahir pertengkaran, dan membuat hubungannya merenggang, Galen mengabaikan semua pesan dari Irish.

***

Irish bangun dalam keadaan yang tidak bugar. Gadis itu menangis hinga tengah malam, sungguh Irish rindu Galen. Kenapa Galen mengabaikan semua pesannya? Hati Irish tak tenang, ia yakin Galen sedang dalam masalah. Pesan yang ia kirim sama sekali tak Galen gubris.

Irish ingin Galen mengabarinya, entah hanya kata 'ya' atau sekedar 'ok' . Namun anggan yang sederhana itu, terlalu sulit digapai. Galen mengabaikan semua pesan Irish.

Irish hanya melamun dan tidak bersemangat bersiap kuliah. Namun, pendidikan utama. Segalau apapun, pendidikan tak bisa diabaikan.

Galen dan Irish begitu berambisi, untuk mendapatkan ilmu dan pendidikan terbaik. Dan Irish berakhir di dalam negri. Namun, Irish bersyukur setidaknya ia masih bisa mengenyam pendidikan.

Irish langsung bergegas mandi. Dan masih memikirkan keadaan Galen. Sebenarnya ada apa dengan lelaki itu?

Irish sendirian sekarang. Irish mempunyai dua orang adik laki-laki, semuanya masih kecil duduk di bangku sekolah dasar.

Ibu Irish bekerja dari pagi sampai malam. Bisa dibilang, keluarga Irish pas-pasan, hanya cukup untuk makan. Beruntung, Irish mendapat beasiswa, dari kalangan tak mampu. Irish juga tidak banyak menuntut, untuk hidup hedon seperti yang lain. Memaksa untuk hidup mewah dan dibilang waoh, padahal isi dompet tidak sesuai gaya. Jangan memaksakan untuk dipuji orang, jika kita tidak bahagia sama sekali.

Irish berpakaian seadanya. Hanya memakai kemeja warna pink soft, yang Irish beli diskonan di online shop. Tapi, Irish bahagia dengan hidupnya, ia tak pernah mengeluh. Irish bersyukur dengan apa yang telah ia capai.

Sebelum berangkat, Irish harus makan terlebih dahulu, menghemat pengeluaran. Walau Ibu Irish selalu berpesan, jangan pelit untuk diri sendiri. Namun, Irish tahu bagaimana perjuangan Ibunya untuk menghidupi keluarganya. Ayah, Irish meninggal ketika Irish masih SMP.

Irish membuka tudung saji, dan hanya menemukan telur dadar. Akhirnya Irish makan, mengganjal perutnya sampai sore. Sebelum Ibu Irish berangkat, beliau selalu memasakkan untuk anak-anaknya. Hanya makanan sederhana, seperti telur dadar atau mie goreng.

***

Kesekian kali, Irish memeriksa ponselnya. Dan Galen mengabaikan pesan itu.

"Alen sendiri yang berjanji, buat Ai nunggu dan sekarang Alen lupa sama Ai?"

"Alen punya cewek baru disana? Pasti ceweknya cantik kan? Ceweknya pasti kaya, nggak kaya Ai, orang susah. Alen juga pulang, nggak ingat Ai ini siapa." Irish jadi pesimis dengan hubungannya. Menyerah? Belum saatnya, Irish belum mendapat kabar yang pasti. Irish akan tetap bertahan, Galen sudah berjanji banyak hal manis padanya.

"Dua tahun, nggak jumpa Alen. Pasti, Alen berubah. Alen nggak ingat, dulu pulang sekolah kita ke tepi laut, jajan sampai duit Galen habis, sampai Galen ngutang air mineral." Irish tersenyum. Mengingat masa-masa remaja yang sangat terkenang, Galen cinta pertama Irish.

"Sampai ada bapak-bapak yang marah sama kita, gara-gara kita nggak pulang ke rumah dan masih pakai seragam. Alen selalu membuat Ai tertawa, sambil kita memandang luasnya lautan, dan Alen selalu bilang ingin ke luar negri, sekarang impian Alen terwujud dan Ai rindu disini." Tanpa sadar, sebutir air mata lolos lagi. Entah sudah berapa liter air mata Irish yang ia keluarkan untuk mengingat kekasihnya.

"Apa disana musim salju? Apa Alen kedinginan? Apa Alen suka makan keju? Suka makan burger? Minum soda terus? Ai pingin sekali, diajak kesana. Sehari aja nggak papa, asal sama Alen." Irish tersenyum, sambil mengkhayal sesuatu yang rasanya mustahil. Irish ingin Galen mengajaknya liburan disana. Irish ingin merasakan, bagaimana rasanya musim salju, musim semi, musim gugur.

"Semoga malam ini, Alen udah hubungi Ai. Ai rindu, I love you

Alen." Irish tersenyum manis. Gadis cantik dan kalem itu, berusaha menepis pikiran buruk dan berusaha positif. Karena pikiran yang buruk, akan menghasilkan sesuatu yang buruk, begitu sebaliknya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rose Marberry

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku