Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bukan Cinta Biasa

Bukan Cinta Biasa

Luldarma

5.0
Komentar
3K
Penayangan
10
Bab

Maya seorang gadis berusia 22 tahun harus rela di jadikan istri ketiga dari salah satu pengusaha ternama di negara A. Seorang CEO yang dikenal berdarah dingin dan tidak puas dengan satu wanita. Demi membayar semua hutang ayah angkatnya, Maya rela mengorbankan dirinya. Bahkan karir yang baru ia rintis harus kandas karena semua itu. Banyak rintangan yang akan ia hadapi dalam rumah tangganya, bahkan teka-teki misteri seolah silih berganti datang dalam hidupnya. Namun, di balik semua yang ia alami, Maya masih menjadi sosok baik, dan juga peduli kepada semua orang. Walaupun terkadang tidak sedikit yang sering menganggapnya rendah. Bagaimanakah Kisahnya. ......

Bab 1 Permintaan Papa

Saat ini Maya sedang duduk di balkon kamarnya, menikmati keindahan sunset di sore hari. Besok adalah hari minggu, hari dimana Maya akan menghabiskan waktu di kamar dan tidur.

Bagi Maya hari Minggu adalah hari yang sangat berarti, hari pelepas penat selama enam hari kerja. Dia tidak pernah meninggalkan kamarnya saat hari Minggu.

"Kakak!" panggil salah satu gadis dengan rambut lurus yang kini menghampiri Maya.

"Ada apa?" tanya Maya santai sambil menyeruput coklat panas miliknya.

"Di panggil Papa, katanya ada sesuatu yang penting. Sepertinya Papa sedang cemas Kak," ucap wanita itu.

"Aila jangan main-main!" ucap Maya.

"Aila serius Kak. Coba Kakak lihat Papa sana!" Maya langsung bergegas membawa coklatnya ke dalam. Dia mencari keberadaan Papanya. Namun, dia tidak melihat keberadaan lelaki itu dimana pun.

"Papa!" panggil Maya.

"Aila, kamu bohongin Kakak ya?" tanya Maya berteriak.

"Gak, Aila gak bohongin kamu Maya. Papa di sini," ucap lelaki paruh baya. Namun wajah tampannya tak lekang oleh waktu.

"Ada apa Papa?" tanya Maya bingung. Jantungnya terus berdegup kencang.

"Papa ingin meminta sesuatu dari kamu May, Papa akan melakukan apa pun, asalkan kamu mau menuruti permintaan Papa." Lelaki itu langsung bertumpu pada lututnya di depan Maya. Di dekat dapur Mama sedang memperhatikan dengan mata berkaca-kaca.

"Papa, kenapa seperti ini?" tanya Maya langsung mengajak Papanya berdiri.

"Papa tidak boleh seperti ini. Maya anak Papa, Maya pasti lakuin yang Papa minta." Maya tidak sadar dengan apa yang ia katakan.

"Papa mau kamu menikah May. Dengan musuh terbesar Papa dalam bisnis." Lelaki itu tampak menunduk tak berani menatap mata putrinya.

"Apa maksudnya Pah?" tanya Maya mulai bingung. Kesadarannya perlahan menurun dan sulit mencerna semuanya.

"Papa kalah tender, dan Papa rugi besar May. Untuk memulihkan perusahaan Papa butuh modal. Papa sudah berusaha mencari bantuan pinjaman. Namun, tak satu pun teman Papa yang membantu. Hanya kamu satu-satunya harapan Papa saat ini Maya. Papa berharap kamu bisa menerimanya." Lelaki itu menggenggam kedua tangan putrinya dan menatap penuh permohonan.

"Papa, karir Maya. Semua impian Maya selama ini?" tanya Maya bingung dengan semua kejadian ini.

"Kamu harus melepaskannya Maya. Jika ada kesempatan Papa tidak akan melarangku meneruskannya. Papa mohon Maya!" ucap lelaki itu.

"Tapi Pah!"

"Papa mohon Maya. Dia orang baik," ucap Papanya.

"Maya akan memikirkannya Pah," ucap Maya lirih.

"Papa mohon, sebelum tengah malam kau harus sudah mengambil keputusan. Karena pernikahan akan diadakan besok," ucap lelaki itu.

"Papa!" Maya langsung naik ke kamarnya. Dia tidak akan bisa menangis di depan orang tuanya.

Setibanya di kamar, Maya langsung ambruk di kasurnya. Dia membenamkan wajahnya dibawah bantal. Maya langsung menangis sejadinya, tidak mengerti takdir membawanya kemana.

Maya adalah wanita cantik dengan kulit putih dan rambut agak sedikit bergelombang. Saat ini Maya sedang merintis karir sebagai Agen Online Shop di negaranya. Dia bercita-cita ingin memiliki perusahaan sendiri suatu saat. Namun, dia tidak tahu sama sekali kalau akhirnya akan seperti ini.

Setelah cukup lama menangis, dan matanya pun sudah mulai membengkak. Maya menurunkan kakinya dari kasur dan melangkah ke kamar mandi. Dia menghidupkan shower dan air hangat langsung mengenai kulit mulusnya. Cukup lama dia berada di sana, sampai akhirnya air di kamar mandinya mati. Maya mulai panik, dan ke arah shower itu.

"Sial, apa shower ini tidak ingin membantuku sama sekali?" kesal Maya langsung memakai handuknya dan keluar.

Maya memakai pakaian tidurnya, dan langsung turun untuk menemui Papanya. Tidak tahu apa keputusannya. Namun, Maya sudah pasti tidak bisa menolak permintaan Papanya. Karena Rino Dan Bianca telah mengadopsi mereka setelah di temukan di tong sampah dulu. Maya pasti tidak akan mengecewakan Rino dan Bianca.

Saat Maya masih memilah keputusannya, tiba-tiba Aila datang dengan segelas susu untuk dirinya sendiri. Dengan cepat Maya langsung mengambil susu di tangan adiknya dan langsung meneguknya hingga tandas.

"Kakak!" pekik Aila saat gelas susunya sudah kosong.

"Diamlah! Buat lagi sana," ucap Maya dengan tak tahu malunya.

"Aku rasa hanya butuh minum susu aku akan memilih keputusan yang benar," gumamnya sambil duduk di meja makan.

"Maya, kamu mau makan apa, sayang?" tanya Bianca.

"Mah, dimana Papa?" Maya celingak-celinguk menatap ke seluruh penjuru rumah. Namun, Rino tak terlihat.

"Papamu keluar sebentar. Dia bilang kalau kamu mau mengatakan sesuatu langsung telepon saja. Dari pada menunggu lama. Papa juga menunggu jawabanmu!" Bianca tersenyum kepada putri sulungnya itu.

"Iya Mah." Maya langsung kembali ke kamarnya.

Maya terus mondar-mandir, masih bingung keputusan apa yang akan ia ambil.

"Jika aku menolaknya, Perusahaan Papa akan bangkrut. Aku takut Papa akan membenciku nanti. Namun, jika aku menerimanya. Karirku? Impianku?. Ah, Maya bagaimana ini? Baiklah aku akan menerimanya apa pun resikonya aku akan menanggung semuanya dengan senang hati. Bukankah Papa selama ini mengajarkanku untuk siaga dalam situasi apa pun bahkan kemungkinan untuk miskin." Maya langsung mengambil ponselnya dan menggerakkan jari-jari lentiknya menekan nomor Rino.

{Halo Papa!}

{Apa kau sudah memutuskan keputusanmu?} tanya Rini di seberang sana.

{Papa aku menerimanya,} ucap Maya gemetar, sekujur tubuhnya langsung melemas seketika.

Prakkk

Tanpa sadar Maya menjatuhkan ponselnya ke lantai dan rusak. Jantung Maya berdetak seratus kali lebih cepat.

"Kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh?" ucap Maya

pelan.

Hatinya seolah memberontak akan ucapannya sendiri, dan pikirannya sangat kacau. Maya tidak mengerti sama sekali apa yang terjadi.

Setelah cukup lama melamun di kasurnya, Maya teringat akan ponselnya yang jatuh. Segera ia mengambil ponsel itu dan langsung menatapnya, matanya berkaca-kaca saat melihat layar ponselnya pecah seribu.

"Ini ponsel pertama yang aku beli menggunakan uangku sendiri. Kenapa harus rusak?" rutuk Maya sambil membersihkan layar ponselnya.

Keesokan paginya, semua dekorasi sederhana telah siap di kediaman keluarga Rino. Saat ini Maya masih setia dengan selimut tebalnya. Suara bising di luar tak menjadi masalah untuknya. Baginya hari ini adalah hari weekend yang harus di habiskan dengan tidur. Namun, Maya lupa kalau dia telah di beritahu kalau hari ini akan di adakan acara pernikahannya setelah kata terima muncul dari bibirnya.

"Maya!" ucap Bianca sambil membuka gorden di kamar Maya. Putrinya itu tidak akan bangun sebelum jam sembilan pagi di hari Minggu. Bianca selalu menasihatinya untuk bangun pagi. Namun, Maya selalu menolak. Karena baginya hari Minggu adalah hari tidur.

"Maya bangun sayang. Calon suamimu akan datang," ucap Bianca sambil berbisik di telinga Maya. Dengan cepat Maya mengerjapkan matanya dan melotot ke arah Bianca.

"Calon suami?"....

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku