Kecantikan adalah suatu anugerah. Namun tidak selamanya kecantikan membawa kepada kebahagiaan. Mary Aram wanita cantik dari muara Mua justru terbelenggu dan terpenjara oleh kecantikannya sendiri. Kelicikan, keculasan, keserakahan berkuasa atas dirinya menjadikan dirinya hanya sebagai boneka hidup. Namun cinta itu bukan cuma sepenggal dusta, yang memampukan dia untuk tetap bertahan memperjuangkan hidupnya sendiri.
"Nona! Kau sangat cantik!" Seseorang menarik tangan Mary Aram, hingga membuat gadis itu hilang keseimbangan. Gadis itu pun terhuyung jatuh dalam pelukan pria yang menarik tangannya.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, pria itu langsung memagut bibir Mary Aram. Gadis itu tersentak kebingungan berusaha melepaskan diri. Sayangnya pria itu dengan penuh percaya diri terus bergerak maju mengunci diri Mary Aram di antara pohon dan tubuhnya.
"Tuan lepaskan aku!" Mary Aram berontak memukul-mukul tubuh pria di hadapannya. Semakin gadis itu memberontak, semakin pula pria itu mendesak melekat pada tubuhnya.
"Tidak! Kau sangatlah cantik, napasmu sangat harum membuat diriku mabuk," bisik pria itu semakin penuh perasaan dengan pagutannya.
Mary Aram mencakar wajah pria itu, cakaran ampuhnya cukup membuat pria itu tersentak dan melepaskan pagutannya.
"Keterlaluan kau!" Mary Aram sangat marah mencuci mulutnya dengan air mineral. Mukanya merah padam menahan amarah.
Pria itu tersenyum nakal menghapus darah akibat cakaran Mary Aram, "Nona, kau tampak seperti kucing liar yang menggemaskan ketika sedang marah. Sangat menggoda!"
"Apakah orang tuamu tidak pernah mendidikmu untuk bersopan santun Tuan? Tidak berpendidikan!" Mary Aram mengguyur pria itu dengan air, kemudian gerak cepat tangannya memukulkan botol bekas air mineral pada wajah pria itu.
"Keterlaluan kau Mary Aram! Berani sekali kau menggoda teman priaku!" Seorang wanita berlari mendekat dan langsung menjambak rambut Mary Aram.
"Meina Aram! Hentikan!" Pria itu menghalangi teman wanitanya agar tidak melukai Mary Aram.
"Kakak, jika ia adalah teman priamu, ikat lehernya dengan rantai! Agar Pitbull satu ini tidak sembarangan menjilat wajah orang lain," Mary Aram menendang tungkai pria itu. Sambil menghentakkan kaki, Mary Aram segera berlalu.
Masih sempat Mary Aram mendengar perdebatan pria tidak sopan itu dengan kakak sepupunya. Ingin rasanya Mary Aram menghajar pria itu, namun apa daya dirinya kalah kuat.
["Adam Mizeaz! Kau tidak bisa seenaknya menggoda perempuan lain, terlebih lagi ia adalah adik sepupuku. Itu suatu penghinaan bagiku!" rupanya wanita itu sangat marah dan menegur pria tidak beretika itu.]
["Aku bukan kekasihmu Meina Aram! Aku bebas bergaul dengan gadis manapun," pria itu terdengar sangat gusar.]
Mendapati pria yang bernama Adam Mizeaz itu terus menatap dirinya, Mary Aram segera berlari melintasi taman kampus menuju ruang kuliahnya.
"Keterlaluan! Pria itu mengejar!" Mary Aram mempercepat larinya, ada sebersit rasa takut melintas di hati. "Apa maunya pria itu?"
Mary Aram semakin panik, kain tenun yang dikenakannya menghambat laju lari. Saat menaiki anak tangga taman, gadis itu pun tersandung kakinya sendiri dan terjungkal menggelinding nyaris masuk ke kolam ikan. Dalam sekejap dunia menjadi sunyi dan gelap...
Ketika terbangun, Mary Aram berada dalam pelukan seorang pria di ruangan yang asing.
"Keterlaluan Kau Adam Mizeaz! Bagaimana jika tidak ada aku? Tentunya gadis ini sudah tenggelam ke dalam kolam ikan koi," suara itu dekat pada telinga Mary Aram, bahkan detak jantungnya pun terdengar jelas.
"Amar Mea, Aku hanya ingin berjalan bersamanya saja! Hari ini jadwalku mengajar di kelasnya. Gadis ini sangat cantik dan badung, aku tertarik padanya ketika menjadi pembimbing kelompok di kegiatan pekan penerimaan mahasiswa baru."
Mary Aram menggeliat, sejenak terasa sakit pada sekujur tubuhnya. "Lepaskan aku, Aku harus mengikuti kuliah!"
"Kau tidak bisa mengikuti kuliah Nona! Ada cedera pada kepalamu, luka lecet serta lebam di kaki dan tanganmu juga cukup serius. Kau harus mendapat perawatan intensif," Adam Mizeaz mengobati luka-luka pada tangan dan kaki Mary Aram.
"Perawatan intensif?" Mary Aram berusaha bangkit, dirinya sangat tidak nyaman berada dalam pelukan pria asing "Bukankah aku baik-baik saja, tidak sekarat? Jangan coba-coba membodohiku!"
"Baiklah, aku Amar Mea Malawi. Jika kau tidak mengalami vertigo, aku akan mengantarmu pulang," dengan hati-hati Amar Mea Malawi memindahkan tubuh Mary Aram ke samping, lalu beringsut bangkit dari tempat tidur.
Namun dalam sekejap dunia seakan berputar hebat, Mary Aram menekan kepalanya dengan kedua telapak tangan.
"Sebaiknya kau rawat inap, sebutkan nomor orang tuamu," Amar Mea Malawi mengeluarkan ponsel.
"Jangan! Jangan! Aku tidak ingin membuat ayahku cemas. Perjalanan dari Muara Mua kemari membutuhkan waktu empat jam," Mary Aram bersandar pada dinding, kepalanya sangat tidak nyaman. "Antarkan saja aku ke asrama mahasiswa."
"Dalam kondisi seperti ini kau akan tinggal di asrama?" Amar Mea Malawi mengerutkan kening, "Kau tidak akan nyaman tinggal di kamar yang ramai dalam kondisi sakit."
"Adam Mizeaz, aku akan membawa gadis ini tinggal di kediamanku. Di sana banyak pelayan yang bisa merawatnya," Amar Mea Malawi meninggalkan ruang perawatan. Amar Mea Malawi adalah pribadi yang tegas, keputusannya tidak dapat diganggu gugat.
Namun Adam Mizeaz ragu-ragu, haruskah gadis di hadapannya ini tinggal di kediaman Mea Malawi?
Bab 1 Kesialan Di Pagi Hari
28/11/2022
Bab 2 Kepanikan Melanda
28/11/2022
Bab 3 Terenggut Di Tempat Yang Asing
28/11/2022
Bab 4 Ritual Makan Bersama
28/11/2022
Bab 5 Kesengsaraan Tidak Berujung
28/11/2022
Bab 6 Berdamai Dengan Keadaan
28/11/2022
Bab 7 Kemarahan Ayah
28/11/2022
Bab 8 Meredakan Amarah Naga
28/11/2022
Bab 9 Bimbang
28/11/2022
Bab 10 Sebuah Keputusan
28/11/2022
Bab 11 Ritual Menyesakkan
28/11/2022
Bab 12 Fakta Yang Menakutkan
28/11/2022
Bab 13 Penyesalan
02/12/2022
Bab 14 Nyonya Muda
02/12/2022
Bab 15 Aram Yang Lain
02/12/2022
Bab 16 Duri-Duri Manja
02/12/2022
Bab 17 Sungguh Keterlaluan
02/12/2022
Bab 18 Jeritan Hati
02/12/2022
Bab 19 Kecemburuan Amar Mea
02/12/2022
Bab 20 Hanyut
02/12/2022
Bab 21 Pilu Dan Miris
02/12/2022
Bab 22 Dilema
02/12/2022
Bab 23 Bersitegang
02/12/2022
Bab 24 Wanita Liar
02/12/2022
Bab 25 Mandat Tuan Besar Sahu Mea
02/12/2022
Bab 26 Memperbaiki Keadaan
02/12/2022
Bab 27 Siluman Rubah
02/12/2022
Bab 28 Tikus Pengerat
02/12/2022
Bab 29 Sosok Itu
02/12/2022
Bab 30 Permainan Keadaan
02/12/2022
Bab 31 Rindu Yang Terkekang
02/12/2022
Bab 32 Kegembiraan Tuan Besar
02/12/2022
Bab 33 Ritual Pengabdian
02/12/2022
Bab 34 Tangisan Beracun
02/12/2022
Bab 35 Kegeraman Yang Tragis
02/12/2022
Bab 36 Tanpa Martabat
02/12/2022
Bab 37 Sebuah Pertarungan
02/12/2022
Bab 38 Senyuman Licik
02/12/2022
Bab 39 Kerinduan Dan Penyesalan
02/12/2022
Bab 40 Hanya Sebuah Kenangan
02/12/2022