Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Rey, aku ingin mengakhiri hubungan kita," ucap Irani.
Reynand Rabbani sangat terkejut mendengar ucapan Irani Sanaya, sang kekasih yang teramat sangat ia cintai, dan begitu pula dengan Irani, ia pun sangat mencintai Reynand.
"Atas dasar apa kau ingin mengakhiri hubungan kita, Irani?" tanya Reynand.
Irani yang pada saat itu tengah duduk, langsung bangkit. Ia terlihat berjalan kesana-kemari, sembari memilin-milin jemari tangannya. Irani terlihat sangat resah dan gelisah. Reynand yang sedari tadi memperhatikan sikap Irani, segera menghampirinya. Reynand mencekal lengan Irani, dan memutar tubuh sang kekasih agar menghadapnya.
Mata Irani bersirobok dengan mata Reynand. Tetapi Irani langsung memutus kontak mata mereka, ia langsung menundukkan wajahnya. Reynand mengangkat dagu Irani, agar menatapnya.
"Tatap aku, Irani! Dan katakan, apa alasanmu ingin mengakhiri hubungan kita," ulang Reynand.
"Karena ... a ... aku ... aku akan —" Irani tidak meneruskan ucapannya.
Reynand semakin dibuat penasaran dengan ucapan Irani tersebut, "Aku akan apa?" tanya Reynand.
"Aku akan menikah," ujar Irani dengan tegas.
Bagaikan disambar petir di tengah hari yang panas, tubuh Reynand mendadak lemas mendengarnya. Perlahan tubuhnya merosot ke lantai. Mata Reynand berkaca-kaca mendengarnya. Tanpa terasa, buliran bening membasahi pipinya, ya ... Reynand menangis.
Irani yang melihat itu, merasa semakin bersalah dan ikut terluka. Ia pun sedari tadi sudah bercucuran air mata. Lalu, Irani menghampiri Reynand. Ia memegang tangan Reynand, dengan tangan yang sudah teramat sangat dingin.
"Rey, tolong maafkan aku. Aku terpaksa menikah dengannya, karena demi membalas budi," ungkap Irani.
"Membalas budi? Membalas budi apa, Irani Sanaya?" tanya Reynand.
"Karena pria itu telah membantu keluargaku. Dia yang telah menyelamatkan nyawa adikku."
"Apa maksudmu?"
"Irsyad, adikku, yang mengidap penyakit kanker, dan harus di operasi dengan biaya yang banyak, telah ditolong oleh pria itu. Pria itu yang telah menyelamatkan nyawa adikku. Jadi ... aku harus membalas budi dengan menikah dengannya."
Mata Reynand terbelalak lebar mendengarnya. Ia langsung memegang erat bahu Irani dan meremasnya dengan kuat. Irani meringis menahan sakit.
"Apakah kau tidak meyakini cintaku padamu? Sehingga kau dan keluargamu lebih memilih uluran tangan dari pria lain, dan mengorbankan dirimu."
"Rey, aku tidak tahu dengan semua ini. Saat Irsyad di operasi, aku sedang bekerja di luar kota, ikut bersama Bos-ku. Ketika aku pulang, operasi Irsyad sudah selesai dan berhasil."
"Seharusnya orang tuamu menghubungimu, agar kau bisa membicarakannya denganku. Aku bisa membantu pengobatan Irsyad."
Reynand bangkit. Ia berdiri dengan napas yang sudah naik turun karena tengah menahan emosi. Irani pun ikut berdiri, ia menatap Reynand dengan perasaan bersalah.
"Tolong maafkan aku, Rey. Aku tidak bisa menolak kehendak orang tuaku, karena demi baktiku kepada mereka," papar Irani.
"Aku akan membayar semua biaya operasi Irsyad kepada pria itu. Dan kau bisa membatalkan pernikahan kalian!" kata Reynand dengan tegas.
"Rey, tapi ini bukan soal uang, tapi ini tentang balas budi. Rey, tolong mengerti aku, tolong mengerti posisiku," Irani memohon.
'Tidak! Aku tidak akan membiarkan ini semua terjadi. Aku harus melakukan sesuatu. Ya ... aku harus menjerat Irani, agar dia tidak jadi menikah dengan pria itu,' batin Reynand.
***
Sore itu, ketika Irani baru pulang bekerja, dan ia tengah berjalan kaki menyusuri trotoar jalan. Tiba-tiba ada tangan besar yang menyekap hidungnya dengan menggunakan sapu tangan, yang sudah diberi obat bius, sehingga membuat Irani tidak sadarkan diri.
Tubuh Irani langsung dimasukkan ke dalam mobil, lalu mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi. Suasana di tempat tersebut sangat sepi, sehingga memudahkan aksi penculikan itu.
'Irani, Sayangku, akhirnya kau akan menjadi milikku seutuhnya dan selamanya,' monolog orang yang menculik Irani.
Mobil yang membawa Irani tersebut, menuju ke puncak, ke sebuah villa. Setelah sampai di villa, tubuh Irani yang masih pingsan dan masih mengenakan seragam kerja itu, langsung dibopong oleh sang penculik.
Dengan perlahan, tubuh Irani ia letakkan di atas ranjang. Lalu, tanpa membuang waktu, pria tersebut langsung membuka pakaiannya dan juga pakaian Irani, sehingga kini, tubuh mereka berdua sudah sama-sama polos tanpa sehelai benang pun.
Pria tersebut menatap kagum pada kemolekkan tubuh Irani. Dia sedari tadi memandang keindahan tubuh Irani yang putih mulus bak salju itu. Lalu, pria tersebut merangkak, menaiki tubuh Irani. Dia langsung melumat bibir ranum nan sensual milik Irani. Dia terus melumat, dan bahkan menggigit-gigit halus bibir kenyal itu.
Kemudian, pria itu turun menyusuri leher jenjang Irani. Dia mengecupi dan menjilati leher jenjang nan putih mulus tersebut. Setelah puas, dia semakin turun. Kini, dia berlabuh di gunung kembar Irani, yang masih sekal, ranum, dan putih mulus itu. Gunung kembar yang dihiasi bukit kecil berwarna cokelat muda itu, langsung dikulum olehnya.
"Aahhh ...." Suara desahan itu justru keluar dari mulut sang pria. Sedangkan Irani masih tidak sadarkan diri.