Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
IPARKU, CANDU SUAMIKU

IPARKU, CANDU SUAMIKU

Agung Ahmad S

5.0
Komentar
5K
Penayangan
49
Bab

Nadia Antika dan Askara Brahma mengarungi bahtera rumah tangga selama kurang lebih dua tahun. Hidup satu atap dengan mertua, membuat Nadia setiap hari harus menahan sakit akibat ucapan yang menyakitkan dari mulut ibu mertuanya tentang dirinya yang berasal dari keluarga miskin dan juga yatim piatu. Akan tetapi, kasih sayang yang tulus dari Askara membuat Nadia mampu bertahan dan yakin terhadap terhadap Askara. Namun, seiring berjalannya waktu, Nadia merasakan keanehan terhadap Askara. Di mana Askara yang selalu memanjakannya dan selalu terbuka, berubah menjadi lebih tertutup dan jarang berkomunikasi dengannya. Apa yang Askara sembunyikan dari Nadia? Mampukah Nadia mengungkap apa yang membuat Askara berubah? Apa yang Nadia lakukan setelah tahu suaminya bermain api dengan adik iparnya sendiri?

Bab 1 Kepergok

Plakkk

"Dasar wanita j*lang."

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Silvi Ananda. Seorang gadis berusia 19 tahun yang merupakan istri dari adik ipar Nadia Antika. Amarah Nadia tidak bisa dibendung saat melihat kelakuan adik ipar dan suaminya di kamar tamu sedang bercumbu.

Amarah Nadia tidak bisa ditahan lagi. Kepercayaannya selama ini dipatahkan begitu saja oleh Askara. Kesetiaan yang selama ini Nadia jaga, dibalas dengan pengkhianatan yang sangat menyakitkan.

"Aww, sakit Mbak," pekik Silvi sambil memegangi pipinya yang merah.

"Sakit? Lebih sakit terkhianati atau sakit karena ditampar?" tanya Nadia masih dengan napas terengah-engah karena emosi.

"Sudah lah Nadia, ayo sekarang kita keluar," ajak Askara dengan lembut.

"Mas," ucap Silvi manja.

"Apa Alden kurang membuatmu puas, sehingga kamu juga bermain dengan suamiku?" tanya Nadia geram.

"Nadia sudah. Ayo kita keluar," ajak Askara menuntun Nadia.

Nadia Antika, wanita pekerja keras berusia 20 tahun. Setiap hari, bekerja pergi pagi pulang malam untuk menutup mulut ibu mertua yang sering menghina karena miskin dan yatim piatu. Saking sibuknya Nadia, sampai-sampai tidak tahu jika suaminya berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Perselingkuhan terungkap saat Nadia baru saja pulang dari kantor hingga larut malam.

Rasa lelahnya seharian bekerja, dibayar tunai dengan melihat suaminya bermesraan dengan adik iparnya sendiri. Rasa kecewa, hancur, marah, dan sakit hati melebur menjadi satu. Ternyata lelaki yang diperjuangkan selama ini menggoreskan luka yang amat dalam di lubuk hatinya.

"Yang tidak puas itu pelayananmu Mbak," ejek Silvi membuat Nadia kembali melayangkan tamparan untuk Silvi. Tidak hanya tamparan, tetapi Nadia juga menarik rambut Silvi dengan kuat.

Askara berusaha melepaskan tangan Nadia yang menjambak rambut Silvi. Semakin Silvi meringis kesakitan, semakin kuat Nadia menjambaknya. Askara sedikit kewalahan mencegah Nadia. Silvi merengek agar Nadia berhenti menyiksanya. Setelah Nadia puas membuat Silvi kesakitan. Barulah Nadia mendorong Silvi hingga jatuh.

"Kita bicarakan baik-baik." Askara menarik lengan Nadia untuk keluar dari kamar itu.

"Lepaskan!" Nadia berusaha melepaskan tangannya.

"Ini tidak seperti yang kamu lihat Nadia, aku hanya ...."

"Hanya mencumbui adik iparmu sendiri. Begitu, 'kan maksudnya! Dasar b*jing*n!" Nadia menampar Askara dengan keras.

"Dengarkan penjelasan aku dulu Nadia," pinta Askara dengan wajah melasnya.

"Semuanya sudah jelas, Mas. Aku tidak habis pikir jika kamu akan setega ini. Bahkan, kamu menancapkan belati dalam rumah tangga kita," ucap Nadia begitu kecewa.

Askara Brahma pria berusia 25 tahun. Askara menikahi Nadia Antika sejak dua tahun yang lalu. Kedatangan Silvi setengah tahun belakangan ini, mampu membuat Askara yang butuh perhatian dan pelayan dari seorang istri. Silvi mampu memenuhinya, hingga Askara jatuh hati pada Silvi.

Tidak hanya pelayanan Silvi saja. Namun, kemolekan tubuh Silvi mampu menggoda iman Askara untuk menggaulinya. Perselingkuhan mereka tidak diketahui oleh siapa pun selama ini. Perselingkuhan mereka benar-benar tertutup rapat.

"Ini semua bukan hanya salahku Mbak. Tetapi Mbak ikut andil dalam hal ini," ucap Silvi saat dia sudah keluar dari kamar.

"Diam kamu!" teriak Nadia, "harusnya kamu itu sadar diri Silvi, dia ini kakak ipar kamu." Nadia menunjuk ke arah Askara.

"Aku tahu itu Mbak, tapi aku nyaman saat bersama dengannya," jawab Silvi terang-terangan.

Tangan Nadia kembali mulai mengepal mendengar pernyataan Silvi. Saat tangan Nadia mulai terangkat dan akan menampar Silvi kembali. Askara segera mencegahnya.

Melihat perhatian Askara terhadap Silvi, membuat Nadia semakin sakit hati. Ternyata Silvi benar-benar membuat Askara berubah. Dulu saat Nadia sering dihina oleh Mayang, Askara selalu melindunginya dan kali ini Askara melakukan itu untuk Silvi.

"Lepaskan!" Nadia berontak.

"Aku akan lepaskan jika kamu berjanji tidak akan memukul Silvi lagi," ucap Askara menatap tajam Nadia.

"Hah! Apa kamu mencintainya, Mas?" Nadia membalas tatapan Askara dengan tajam.

"A-aku ...." Askara menoleh ke arah Silvi.

"Tanpa kamu jawab pun aku sudah tahu," tungkas Nadia beralih menatap Silvi.

"Hei! Kamu, apakah suamimu tahu kelakuanmu saat ini?" tanya Nadia diiringi senyum kecut. "Aku harap Alden juga akan segera tahu kelakuan istri liarnya itu." Nadia melangkah mendekati Silvi.

Tangan Nadia memegang tubuh Silvi dengan kuat hingga Silvi meringis kesakitan. Askara langsung menghampiri mereka berdua. Askara menarik tubuh Nadia agar menjauh dari tubuh Silvi.

Malam sudah semakin larut. Askara takut jika membuat Mayang dan Alden terbangun dan bisa menimbulkan masalah besar. Sekaligus Askara takut jika kandungan Silvi kenapa-napa.

"Stop, Nadia!" Askara menggenggam tangan Nadia dengan kuat.

"Kamu selalu saja melindunginya Mas, segitu besarnya cintamu terhadapnya," ucap Nadia kecewa.

"Silvi itu sedang hamil, Nadia. Kamu jangan terlalu kasar terhadapnya," ucap Askara masih menggenggam erat tangan Nadia.

"Hamil anakmu atau anak Alden? Mengapa kamu begitu perhatian terhadap Silvi?" Nadia menyudutkan Askara.

"A-anak Alden lah, masak anakku," jawab Askara terbata.

"Mas!" teriak Silvi seakan tidak mau jika anak yang dikandung itu anak Alden.

Askara mengedipkan sebelah mata agar Silvi tidak membuka rahasia mereka selama ini. Jika anak yang dikandungnya itu adalah anak Askara. Karena Silvi hamil setelah melakukan hubungan bersama Askara tiga bulan yang lalu. Silvi merasa kesal dengan Askara saat meminta dirinya agar tetap diam.

Mayang yang merasa haus keluar dari kamar menuju dapur. Mendengar suara berisik di ruang tamu membuatnya mengurungkan niatnya pergi ke dapur. Dengan mata yang masih mengantuk Mayang datang menghampiri mereka bertiga.

"Ada apa ini?" tanya Mayang sambil mengucek matanya.

"Tidak apa-apa kok, Bu. Hanya saja Nadia lelah seharian bekerja," jawab Askara berbohong.

"Ah Nadia lagi, Nadia lagi. Memang dasar orang miskin ya begitu, capek sedikit saja sudah mengeluh," hina Mayang dengan ketus.

"Kalian berdua itu jujur saja, toh itu lebih baik," ujar Nadia merasa kesal karena dikambinghitamkan.

"Apanya yang jujur Nadia? Kamu itu jadi wanita jangan sering mengeluh. Tuh lihat Silvi, dia setiap hari harus melayani ibu, Alden dan juga Askara saja tetap diam. Tidak berisik sepertimu," ucap Mayang dengan wajah mengejek Nadia dan tersenyum ke arah Silvi sebagai sanjungan.

Nadia sudah biasa mendengar Mayang memuji Silvi. Apalagi setelah mendengar Silvi hamil, Mayang semakin memojokkan Nadia karena tidak kunjung hamil. Bahkan kadang dibilang mandul oleh Mayang.

Namun, Nadia hanya diam dan tidak pernah menjawab. Karena Nadia yakin jika dirinya itu bisa hamil. Rencananya Nadia akan mengajak Askara program hamil satu bulan lagi, sayangnya Askara terlebih dulu mengkhianatinya.

"Ohh, pantas saja Mas Askara nyaman berduaan di kamar bersama Silvi," sindir Nadia menatap Askara dan Silvi bergantian.

"Sudah kuduga," ucap seseorang sambil bertepuk tangan dari balik pintu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku