Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kaka Iparku Brengsek

Kaka Iparku Brengsek

Zigas!

5.0
Komentar
44.4K
Penayangan
84
Bab

Nadia Pamungkas saat ini sedang mengenyam bangku kuliah di Jakarta, dia pikir ide kedua orang tuanya menyuruh tinggal bersama kakak Tasya bukanlah suatu ide buruk. Namun ternyata Ini merupakan malapetaka besar bagi dirinya juga keluarganya terutama kak Tasya. Tasya menikah dengan Aldo pria blasteran Indo Jerman, karena dulu Tasya kuliah di Jerman keduanya akhirnya bertemu kemudian menikah. Kini keduanya sama-sama bekerja di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Awalnya tampak biasa, Nadia pun merasakan tidak ada yang janggal dengan suami kakaknya dia begitu baik dan perhatian beda dengan kakaknya yang selalu sibuk, namun semakin lama Aldo berubah dia menunjukkan ketertarikannya pada Nadia, hingga pada akhirnya mereka melakukan satu kesalahan besar. Bagaimana kisah selanjutnya?

Bab 1 Dijemput Aldo

Nadia buru-buru berlari dan melihat dari pintu utama, melihat mobil yang sangat mewah entah mobil siapa, matanya tidak berkedip sedikit pun seorang pria berkaca mata hitam keluar, dia membuka kacamatanya dan sedikit terkejut karena ternyata itu Aldo kakak iparnya.

Tiga tahun tidak bertemu rupanya membawa banyak perubahan, kakak iparnya terlihat sangat tampan tubuhnya tinggi dan memiliki kulit putih. Ditambah dia membawa mobil Mewah menambah kesan tampannya. Tapi anehnya rupanya dia sendiri dia tidak pulang bersama kak Tasya.

Padahal sebelumnya kak Tasya berjanji akan pulang ke rumah sambil menjemput Nadia, kami pun sudah tiga tahun tidak bertemu karena kesibukan mereka.

"Ibu, Kak Aldo sudah datang!"

Ibu segera menghampiri Nadia, lalu membuka pintu utamanya dan tersenyum pada menantunya, namun seketika senyumnya hilang saat mengetahui Aldo sendiri, Nadia tahu Ibu sangat berharap anak sulungnya pulang.

"Tasya tidak ikut, Aldo."

Aldo menyalami Ibu, kemudian memeluk Ibu karena memang sudah lama tidak bertemu. Aldo pun kembali ke mobilnya mengambil sesuatu, rupanya kak Tasya membelikan banyak oleh-oleh untuk Ibu. Hanya untuk Ibu, karena memang Ibu sudah bercerai dengan Ayah.

Nadia pun keluar, kemudian tersenyum pada Aldo, kakak Iparnya, seketika Aldo tertegun menatap Nadia, merasa seperti ada yang aneh dengan wajah dan penampilannya. Nadia memang memakai pakaian seksi karena memang posisinya sedang bersantai di rumah.

"Kak Aldo!"

"Nadia?"

"Iya, aku Nadia."

Aldo menatap Nadia dari atas sampai bawah, dia melihat sambil menggeleng, mungkin saja dia heran karena Nadia kini sudah beranjak dewasa, dulu mereka terakhir bertemu pada saat Nadia SMP kelas tiga. Padahal mungkin bukan itu bisa jadi dia melihat Nadia terlalu seksi berpakaian.

"Kenapa, Kak."

"Ah, enggak."

Entah apa yang Aldo pikirkan, Nadia pun tidak tahu. Ibu langsung menyambut kedatangan menantunya, sambil meletakan oleh-oleh dari Kak Tasya dia mempersilakan Aldo untuk beristirahat terlebih dahulu. Walaupun Nadia tahu hati Ibu sedikit kecewa.

"Tasya sibuk, Bu. Dia tidak bisa pulang."

"Kapan dia pulang? tiga tahun Ibu sudah tidak bertemu dengan dia."

"Jika ada waktu dia akan pulang, hanya kebetulan hari ini dia harus ke luar kota ada urusan kantor ."

"Bagaimana kalian mau punya anak, Tasya saja selalu sibuk. Minggu saja dia harus tetap kerja."

Aldo terlihat menghela napas kasarnya. Nadia pun tidak terlalu mau ikut campur urusan anak dewasa, dia lebih memilih tidur sebentar sebelum akhirnya berangkat ke Jakarta. Dia melirik sebelum meninggalkan keduanya, dan melihat jika Aldo menatapnya begitu intens.

Nadia menggeliat saat ibu membangunkannya, menyuruh bersiap-siap sebab hari sudah semakin sore, dengan rasa malas, Nadia bangkit dan segera membersihkan tubuhnya. Setelah selesai wanita itu segera keluar kamar dan menemui ibu.

"Kak Aldo ke mana, Bu?"

"Sekalian kamu bangunkan, dia tidur di kamar kak Tasya mungkin dia kecapean."

Nadia menghela napas sejenak, dia pikir Ibu membangunkannya karena Aldo sudah siap, namun ternyata pria itu masih tertidur. Dengan malas Nadia menuju kamar kakak iparnya dan mengetuk pintu, namun tidak ada yang menyahut, dia pun membuka gagang pintu dan membuka pintu dengan pelan. Wanita itu sungguh terkejut saat mendapati Aldo ternyata sedang bertelanjang dada, dia memakai celana boxer hitam dengan sedikit menyembul bagian bawah, dia mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil lalu mendekati Nadia.

Nadia meneguk saliva saat mendapati pemandangan indah tersebut, jujur dia terkesima melihat tubuh indah Kakak iparnya, Nadia sudah dewasa dan bisa mengatakan jika tubuh kakak iparnya sangat bagus. Dan dia sungguh tertarik dengan tubuh Aldo.

Selama ini Nadia belum pernah melihat tubuh pria mana pun, karena Ibuku sering mewanti-wanti dan membuat banyak peraturan melarang aku untuk tidak berpacaran, terkadang wanita itu lebih banyak mengurung diri dikamar mencari kebebasan di dunia maya. Padahal itu yang berbahaya karena luput dari pantauan kedua orang tuanya yang boleh dikatakan sedikit gaptek.

"Kenapa?"

Nadia sedikit salah tingkah, saat Aldo bertanya namun matanya sambil mengedip nakal. Apa maksud Aldo dirinya pun tidak paham. Namun buru-buru Nadia keluar dari kamar dengan jantung yang berdebar.

Aldo dan Tasya memang sudah lama tidak pulang, hampir tiga tahun keduanya tidak pernah mengunjungi orang tua Tasya, hari ini Aldo disuruh oleh Tasya untuk menjemput adiknya karena dia ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, akhirnya pria itu pun tidak bisa menolak dan memenuhi keinginan istrinya

Dia terkejut saat melihat Nadia, ternyata adik Tasya sudah dewasa dia sangat cantik dengan perawakan tinggi, wajahnya berbeda dengan Tasya wanita itu terlihat dewasa dia pun lebih feminim, senyumnya manis dan menarik berbeda dengan saat dirinya lihat dulu tiga tahun yang lalu saat dirinya baru kelas tiga SMP.

Obrolan yang sering Tasya dan Aldo hindari adalah dengan Ibu, wanita itu sering bertanya kapan mereka mendapatkan momongan, sebetulnya bukan tidak ingin, setiap hari pun bahkan mereka selalu berikhtiar, Aldo hanya mendengarkan apa yang ibu sarankan sambil mengangguk, sedikit mengantuk yang sengaja dia buat,

Ibu pun mengira jika menantunya memang mengantuk dan menyuruh untuk pindah ke kamar, namun di dalam kamar bukannya pria itu tidur, dirinya malah memikirkan hal yang tidak-tidak, hanya gara-gara melihat Nadia berpakaian seksi.

Aldo membayangkan tubuh indah adiknya Tasya. dia pun mandi setelah cairan kental keluar dari miliknya, entah apa yang terjadi dengan dirinya hanya membayangkannya saja dia bisa begitu, dan dia tidak bisa mengontrol diri.

Selama perjalanan menuju Jakarta mereka berdua tidak banyak mengobrol, Aldo fokus dengan jalanan dan Nadia fokus dengan ponselnya sambil sesekali tersenyum, Aldo hanya melirik sesekali penampilan Nadia, bahaya jika wanita itu selalu berpakaian seperti ini bukan hanya Aldo saja yang imannya akan pudar namun pria lain pun sama.

Sampai akhirnya mereka pun sampai, berkali-kali Nadya bertanya meyakinkan dirinya jika benar ini adalah rumah kakaknya . Mungkin wanita itu terkejut karena besarnya rumah mereka saat ini, dia pun belum pernah mengunjungi rumah ini sehingga dia baru tahu. Aldo mempersilakan Nadia masuk, dia merasa terpukau dengan isi rumah mereka. Tasya memang jago dalam membuat desain rumah selain itu dia juga gemar mengoleksi barang-barang unik.

Aldo membawa barang-barang milik Nadia, wanita itu sudah terlebih dulu mendorong kopernya masuk dan melihat suasana rumah, dia tidak canggung lagi dia tampak menganggap rumah ini seperti rumahnya.

"Kak Aldo, kamarku di mana?" Aldo menunjuk ke lantai atas, Aldo dan Tasya sudah membicarakan ini, dan sudah merapikan kamar atas untuk menjadi kamar adiknya. Dengan antusias Nadia pun mengangkat koper miliknya menuju lantai atas napasnya tersengal begitu dia sampai di depan pintu. Aldo segera membuka pintu kamar untuk Nadia, dan dia tersenyum begitu melihat kamar tersebut.

"Bagaimana, kamu suka?"

"Aku suka, Kak terima kasih."

Aldo keluar dari kamar membiarkan Nadia beristirahat sejenak, sementara dirinya memesan makanan untuk sore nanti. Namun baru melangkah beberapa langkah menyusuri anak tangga wanita itu menjerit dari dalam kamar, Aldo segera kembali dan melihat apa yang terjadi dia memeluk Aldo dengan hanya memakai sehelai handuk.

"Ada apa?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Zigas!

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku