Mata adalah jendela hati. Karena membantu seorang pria tua misterius, Ardhan Aji Pradiptio mendapatkan imbalan sebauh benda misterius yang mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Selama ini nasib buruk selalu menghantuinya mulai dari karir yang jalan di tempat, dihina dan diremehkan atasannya hingga pernikahan yang sebentar lagi terlaksana justru batal. Akibat benda itu ia bisa tahu seberapa baik dan jahatnya seseorang dari bola matanya. Suatu hari ia bertemu dengan pria yang memiliki warna mata berbeda dari yang lain. Ardhan kesulitan menebak kepribadian orang itu. Lalu apa yang akan ia lakukan? Ke manakah dia mencari jawabannya? Mari ikut Ardhan mencari tahu siapa orang itu lewat kisahnya di buku Bukan Salesman Biasa.
"Lho kok gaji saya cuma segini, Pak?" tanya seorang lelaki muda di ruangan atasannya.
"Kerja aja nggak becus, kalau mau gajimu utuh tagih semua klien-klien kamu! Klien pada nggak bayar kok minta gaji besar,"omel sang atasan.
"Tetapi saya mohon Pak, bulan ini jangan dipotong lagi. Saya akan kerja lebih keras lagi," ujarnya.
"Kerja keras apa? diikutkan promosi jabatan malah hasilnya begitu, tender nggak pernah menang, proyekmu gagal. Beruntung kamu masih saya pertahankan, kalau tidak kasian karena kamu mau nikah, sudah saya pecat dari bulan kemarin," lanjut pria tua dan gendut dengan kacamata yang tebal.
Skak Mat!!
"Saya janji Pak, saya akan berubah. Tetapi tolong-lah Pak, jangan potong gaji saya bulan ini."
"Hei Ardhan, saya bisa kembalikan gaji kamu tetapi semua tunggakan klienmu harus beres dalam waktu dua hari."
"Baik Pak, terima kasih banyak."
Usai mengucapkan hal tersebut, ia pun berjalan keluar menuju ruangannya. Ketika pria bertubuh kurus itu akan masuk ke dalam ruangannya tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya. "Mas Ardhan, ini daftar klien yang harus ditagih dan pastikan semua tunggakan mereka beres secepatnya ya Mas. Atau gajimu bulan depan juga akan dipotong!!"
"Baik Bu, akan saya usahakan," jawab Ardhan.
Ardhan lalu melanjutkan langkahnya menuju ke dalam ruangan kerjanya. Di dalam ruangan berukuran 3x3 meter itu, ia memilih klien yang akan didatangi hari ini. Ardhan akan lakukan semua hal agar gajinya bisa kembali utuh.
Setelah memilah dan memilih, ia menetapkan empat perusahaan karena etaknya yang berdekatan. Ardhan mempersiapkan semua berkas yang diperlukan kemudian keluar dari ruangannya dan bergerak menuju parkiran. Dengan motor bututnya lelaki itu siap menunaikan tugasnya.
Usai berjibaku di jalanan selama 45 menit akhirnya lelaki itu sampai di perusahaan yang pertama. Ardhan langsung menghadapa ke bagian resepsionis dan mengatakan maksud dan tujuannya datang ke perusahaan tersebut. Tak perlu menunggu waktu lama, orang yang hendak ia temui langsung mendatanginya.
"Selamat Pagi Pak, maaf saya men-"
"Kamu ini apa-apaan Pak Ardhan, saya tahu kewajiban saya apa. Tidak perlu kamu datang dan menagih ke kantor seperti ini!" ujar lelaki berkacamata tebal itu, ia tampak marah dengan kedatangan Ardhan.
"Saya datang ke mari dengan maksud yang baik, asal bapak tahu ya tagihan bapak ini sudah lewat-"
"Saya tahu dan saya tidak mangkir, perusahaan kami akan bayar tagihannya. Tetapi tidak perlu datang ke sini, memalukan saja!!" potong lelaki itu, ia semakin marah. Keributan antara dua orang itu membuat pihak keamanan perusahaan tersebut mendekati mereka.
"Ya kalau tidak mau malu, bayar tagihannya Pak! Saya yang kena getahnya!" jawab Ardhan tak kalah garang, emosinya sudah meluap.
"Usir dia Pak! Datang ke mari dengan tidak sopan," titah lelaki itu kepada dua security tersebut. Kedua pria berbadan tegap itu seketika membawa Ardhan keluar dari ruang lobby perusahaan. Mereka mendorong Ardhan hingga terjatuh di lantai yang keras.
"Pergi kamu!! Jangan pernah datang ke perusahaan ini lagi!!"
Ardhan yang kesal dan merasa malu segera angkat kaki dari perusahaan itu, ia berjalan menuju motornya dan langsung pergi begitu saja. Hal pahit yang didapatkan Ardhan tadi tak membuatnya patah semangat, dirinya sudah bertekad akan menyelesaikan semua tunggakan klien-nya. Dan kini Ardhan bergerak menuju perusahaan yang kedua.
Berbeda dengan perusahaan sebelumnya, di tempat kedua kali ini Ardhan tak bertemu dengan pihak keuangan melainkan hanya bagian frontliner-nya saja. "Mohon maaf sekali Pak Ardhan, perusahaan kami belum bisa membayar sekarang tetapi kami akan melunasi tagihannya sesegera mungkin," jelas pegawai wanita tersebut.
"Kira-kira berapa lama ya mbak? Saya perlu kepastian waktunya untuk laporan ke atasan saya. Tanggal jatuh temponya sudah terlewat jauh," desak Ardhan.
"Kami belum bisa memastikan tanggal tepatnya, kami akan usahakan sesegera mungkin."
"Begini saja mbak, katakan pada boss anda jika besok saya akan kembali ke sini lagi. Karena saya harus mendapatkan kejelasan tanggal pembayaran, terima kasih."
Usai mengatakan hal tersebut kemudian Ardhan pergi dari perusahaan tersebut, ia bergerak cepat menuju perusahaan yang lainnya. Dua perusahaan yang didatanginya belum bisa membayar sedangkan hari sudah semakin siang membuat lelaki itu menjadi panik.
Ardhan bergegas menuju parkiran, menyalakan mesin motor bututnya dan bersiap ke perusahaan yang ketiga. Di tengah jalan motornya mendadak mati, Ardhan berdecak kesal. "Sial, pake mogok segala!" umpatnya sembari menepikan motor.
Ardhan mencoba memperbaiki motornya, ia memeriksa mesinnya berulang kali dengan teliti namun tak juga bisa menyala. Ardhan yang kesal mencoba beristirahat sebentar untuk meredam emosinya dan kekalutan dalam dirinya.
Ketika dirinya duduk di bahu jalan, netra coklatnya tak sengaja melihat seorang kakek renta sedang mengorek bak sampah. Kakek itu seperti hendak mencari makanan sisa, Ardhan yang teringat akan sosok kakeknya merasa iba. Ia lantas menghampiri pria tua tersebut.
"Permisi Kek, Kakek lagi cari apa di kotak itu?"
"Saya lapar Nak, dari kemarin belum makan," jawab Kakek tersebut sembari menunduk.
Benar dugaan Ardhan, lelaki berpakaian formal itu berada dalam kebimbangan. Di satu sisi dirinya kasihan pada si Kakek, di sisi lainnya ia juga merasa lapar ditambah pula uangnya hanya tinggal sedikit.
"Saya ada sedikit rejeki buat Kakek, tolong diterima. Tidak usah mencari makanan di situ, beli saja di warung," kata Ardhan seraya mengeluarkan uang receh dari saku celananya. Ternyata rasa ibanya lebih besar dibanding rasa laparnya.
"Terima kasih ya Nak, akhirnya saya bisa makan," ujar Kakek tersebut tersenyum. Ardhan ikut senang melihat Kakek itu senang. "Saya tidak bisa membalas kebaikanmu tetapi saya punya sesuatu untukmu."
Pria tua berbaju lusuh itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kecilnya. Sebuah kacamata putih diberikan oleh Kakek itu kepada Ardhan. "Tidak usah Kakek, saya tidak memerlukan kacamata ini," tolak Ardhan.
"Terima saja, hanya ini yang saya punya. Mudah-mudah bisa membantu pekerjaan kamu ya," ujar lelaki itu memaksa Ardhan untuk menerimanya. Akhirnya Ardhan menerima benda pemberian lelaki tua itu walau dengan berat hati.
"Kacamata ini tampak jadul, sepertinya ini kacamata baca," gumamnya, lelaki itu kembali ke tempatnya semula. Ardhan yang penasaran lalu mencoba memakai kacamata tersebut, ia bercermin di kaca spion. "Lumayan cocok untukku."
Lelaki itu kemudian mencoba melihat ke arah jalanan. Detik berikutnya ia menjadi ketakutan sendiri hingga memundurkan langkahnya. Ardhan yang panik berusaha melepaskan kacamata misterius tersebut tetapi benda itu terus menempel, tidak bisa dilepaskan sekeras apapun ia mencobanya.
Apa yang dilakukan oleh Ardhan tentu saja menjadi pusat perhatian pengendara lain. Salah satu pengendara memberhentikan kendaraan dan bermaksud untuk membantu Ardhan. "Lho ini Mas Ardhan ya? Kenapa Mas?"
"Ah tidak apa-apa, Pak," jawabnya.
"Beneran Mas Ardhan tidak apa-apa?" ulang lelaki itu dan Ardhan menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Kebetulan saya menunggu kedatangan Mas Ardhan lho. Bisa kita sekarang ke kantor saya?"
"Bapak menunggu kedatangan saya?"
Bab 1 Sang Pusat Perhatian
14/10/2023
Bab 2 Penampilan Baru
16/10/2023
Bab 3 Mata Lainnya
17/10/2023
Bab 4 Wanita dan Masalahnya
17/10/2023
Bab 5 Si Jingga
17/10/2023
Bab 6 File Penting
17/10/2023
Bab 7 Tentang Laporan
17/10/2023
Bab 8 Oh Kekasih
17/10/2023
Bab 9 Penjual Kacamata
17/10/2023
Bab 10 Warna Hijau
17/10/2023
Bab 11 Nasib Kinanthi
01/11/2023
Bab 12 Tempat Baru
01/11/2023
Bab 13 Penyakit Hati
01/11/2023
Bab 14 Mood Swings
01/11/2023
Bab 15 Pekerjaan Baru
01/11/2023
Bab 16 Hampir Celaka
01/11/2023
Bab 17 Saksi dan bukti
01/11/2023
Bab 18 Pihak Ketiga
01/11/2023
Bab 19 Orang Asing
01/11/2023
Bab 20 Moment makan siang
01/11/2023
Bab 21 Surat Pernyataan
02/11/2023
Bab 22 Skenario Atasan
02/11/2023
Bab 23 Wakil Kantor
02/11/2023
Bab 24 Halusinasi
03/11/2023
Bab 25 Kabar dari dia
03/11/2023
Bab 26 Bunga Tidur
04/11/2023
Bab 27 Bicara empat mata
05/11/2023
Bab 28 Menghindari Prama
06/11/2023
Bab 29 Beda Cerita
07/11/2023
Bab 30 Hidup dengan cinta
08/11/2023
Bab 31 Firasat Ibu
08/11/2023
Bab 32 Terbongkar
09/11/2023
Bab 33 Salah lawan
09/11/2023
Bab 34 Provokasi Moritz
10/11/2023
Bab 35 Laporan Perusahaan
11/11/2023
Bab 36 Cinta segitiga
12/11/2023
Bab 37 Ardhan vs Prama
13/11/2023
Bab 38 Gara-gara Kinanthi
14/11/2023
Bab 39 Terjebak macet
15/11/2023
Bab 40 Penguntit
17/11/2023