Bukan Salesman Biasa
n apa
juga," ujar Pak Bobby kepada Ardhan dengan p
enunaikan tugasnya secepat ini. Bahkan ia belum tahu apa y
natap berkas-berkas itu. Otaknya sedang mencari cara bagaimana bisa mempelajari berkas sebanyak itu dalam wak
baik
erbuka, kaki panjangnya segera masuk ke dalam. Dalam hitungan detik, ia sudah tiba di lobby pe
ak hal yang harus ia ingat dan disampaikan di hadapan para klien nanti
masih memakai kacamatanya karena ia ingin tahu apa warna bola mata orang yang akan ditemuinya.Waktu terus berjalan
emberitahuannya," cerocos lelaki itu, ia menatap layar ponselnya berulang kal
ebuah suara lelaki paruh baya menyahut. "Sore Pak, apakah klien kita
dak ada pemberitahuan re
r 45 menit tetapi klien kita tidak kun
adalah orang penting dan sangat menjaga reputasinya, bagaimana bisa sekarang beliau berbuat
b Ardhan. Sang atasan menyuruh lelaki itu untuk menunggu lima menit
proposal dan presentasi yang sudah disiapkan oleh staff perusahaannya.
ya. "Maaf ya Pak, saya terlambat karena tadi mendadak ada urusan kantor
ian berdiri menyambut orang penting tersebut. "Ah ti
ria itu berkata "Sepertinya kita
bertemu hari ini," timpal Ardhan. Ia sama sekal
kan saja hal tadi," ujar lelaki itu sembari tersenyum. "Perk
telah itu mereka duduk kembali. Lelaki bertubuh jangkung itu mempresentasi t
" sahut Prama mantap. Pertemuan tersebut berakhir dengan kesepa
a di kantor, ia bergegas menemui atasannya yang sudah menunggunya sedari tadi. "B
kerja kita dan setuju untuk bekerja sam
a bisa bekerja sama dengan perusahaan paling besar dan terkenal di seluruh negeri. "Kerja bagus A
uangan saya dulu," ujar Ardhan setelah menyer
ng baru saja ia lakukan jelas menjadi topik pembicaraan rekan-rekan kerjanya. Ada yang mena
," ujar salah satu staff kantor sembari menjulurkan tangannya. Ardhan tak langsu
wa tak semua orang baik padanya. Contohnya seperti wanita di depannya itu, ia ters
Kamu
rdhan. Ia lantas kembali meneruskan langkahnya menuju ruang kerjanya. Lelaki it
rsebut. Warna auranya serta kedua bola matanya yang berbeda dengan orang-orang p
an hanya ada pertanyaan tersebut, Ardhan tak tahu harus bertanya kepada siapa. Ia mencari di
ma kedua perusahaan itu berlangsung, Ardhan akan sering bertemu dengan
memberinya kacamata tersebut. Ia pun membereskan barang-barangnya dengan cepat.
siapa
yata temannya yang sekarang menjadi orang
ai dukun