Bukan Salesman Biasa
gapain di sa
yala, Ardhan segera angkat kaki dari tempat itu. Untung saja dirinya tahu jalan a
ka ia membuka pintu rumah. "Salesman biasa kok pulang malam terus. Apa sih
merebahkan punggungnya di ranjang ketika sudah berada di dalam ka
ika tebakannya benar maka ia harus
ya dengan kasar, dengusan kesal keluar begitu saja dari mulutnya. Ardhan tak ingin berlarut dalam fanta
arena alarm berbunyi dengan nyaring. Ardhan membuka matanya dengan cepat kemudian ber
tidak mogok lagi sehingga perjalanannya menuju kantor lancar. "Ardhan, ikut say
ik
. Di dalam ruangan besar tersebut hanya ada mereka berdua dan beberapa
untuk membahas kelanjutan kerjasama ini. Laporkan apa saja yang terjadi
u anak buahnya itu, pria berkacamata tebal tersebut pergi begitu saja. Ardhan duduk
ada seseorang yang masuk ke ruangan rapat tersebut. "Hei Dhan, n
dhan, ia masih berbicara santai dengan mu
lah kepada orang lain, masih banyak
nnya jika kau memintaku untuk mundur dari proyek i
aku tidak menyuruhmu mundur. Aku hanya mengatakan jika ada ora
ng itu?" t
nior yang lain bisa juga peg
timpal Ardhan, ia segera berjalan menuju pintu ruangan tersebut. Jundi me
. Ardhan terkekeh geli melihat tingkah laku pegawai tersebut. Setelah selesai mempe
osisinya semalam. Prama dan temanya sudah tiba lebih dahulu. "
ambat. Kami memang berangkat lebih
apat kecil. Ardhan menyampaikan apa yang tertulis di berkas dan sebag
ua hal, satu pesan atasannya dan satu lagi bola mata Pr
ingin disampaikan?" tanya Prama, waja
, tidak ada," sahut
eka semua keluar menuju proyek yang sedang dikerjakan oleh karyawan perusahaan P
ulu Pak Ardhan," aj
ena dirinya masih membuat laporan untuk diberikan kepada atasannya. Be
ng, Ardhan terus memperhatikan lelaki yang duduk tak jauh darinya, tiba-
h menjadi pria pemarah. Karena penasaran, Ardhan lalu mengikuti langkah Prama. Boss besar
nar, Prama adalah kekasih Kinanti. Pria itu menghampiri kekasihnya, mereka bicara empat mata. Ar
kik Prama. "Sudah kubilang berkali-ka
tidak bermaksud mengg
mengangkat tangannya, hendak memukulnya. Tanpa sadar Ardh
riak Kinanti sembari menangis. "Bukanka
ak kekerasan kepada kekasihnya. Ardhan pun mengurungkan niatnya untuk kemba
tersebut, sebuah panggilan masuk dari sang atasa
rdhan, ia berusaha
di sana? Kenapa kamu bel
entar lagi akan saya
kan, Dhan? Tidak ada kendala, semu
mua beres,"
g bisa diandalkan. Cepat selesaikan
mereka berdua sudah tak ada di tempat begitu pun dengan kendaraan putih tersebut. Ponsel Ard
ti