Bukan Salesman Biasa
ng pakai dukun!" banta
tukang tagih lalu bagaimana bisa dipercaya sebagai perwakilan kantor," l
ntuk menjadi le
h baik, kamu pasti pakai ilmu hita
tuduh ya!"
by yang tiba-tiba datang da
kan sepatah kata pun. Sedangkan Ardhan hanya bisa tersenyum simpul mel
konsumen lagi. Kamu fokus pada projek kerja
Pak, buk
apan anak buahnya. Tak ada yang bisa lelaki itu lakukan kecuali melaksanakan tugas ber
a keluar dari ruangan berbarengan dengan para pegawai yang lain. Ardhan sadar masih ban
yalakan motor bututnya dan mulai meninggalkan area kantor. Di tengah perjalanan
emutar arah untuk mengejar pria tersebut. Ardhan tak ingin menyia-nyiakan kesem
ang apapun Ardhan memacu kendaraannya. Ardhan terus mengikuti kakek tua tersebut hingga tanpa sadar dirinya
u merasa tak mungkin di kota besar padat penduduk seperti itu masih lahan kosong sebesar itu. R
ikut membuat keadaan menjadi lebih buruk. Beruntungnya ia bertemu dengan seorang penjual nasi goreng. "Permisi Bang," s
seratus meter lalu belok ka
ahut Ardhan, ia kembal
ia belum juga menemukan jalan keluarnya. Kepanikannya bertambah ketika ia men
rnya mengarah pada satu sosok perempuan yang duduk tertunduk di pinggir jalan. Kini Ar
hampiri sosok itu. Dengan gugup Ardhan menyapa dan bertanya pad
reka sudah sama-sama berdiri, Ardhan memundurkan langkahnya saat matanya beradu dengan
as? Saya mau pulang,
Kenapa bisa di sini?" sahut
car saya di sini, bis
kah lawan bicaranya itu sungguh manusia atau makhluk lain. Karena Ardhan tak
nti bagaimana kalau kita berdua tersesat lebih jauh
ri jalan pulang berdua. Yang pen
pat itu. Tak ada pembicaraan di antara mereka, banyak hal yang dipikirkan oleh
u dan kuning, apa arti
mikirkannya. "Kenapa Mas?" tanya perempuan itu. Tentu saja Ardhan menjadi
perempuan itu langsung mengambil posisi di belakang lelaki itu. M
kapan. Ia menanyakan nama serta alasan menga
sa setiap kami ribut besar, pacar sa
a kalian
but. Ardhan menganggukkan kepalanya, ia semakin bersimpati dengan perempuan tersebut. Lelaki itu lantas bert
saya yang berwarna biru," ujarnya. Belum sampai tempat tujuannya, Kinanti meminta Ardhan untuk mematikan
ama dengan seseorang yang dia kenal. "Itu pacar kamu? Siapa
mpuan itu turun dari motor lalu menghampiri sosok yang disebut sebagai pac
uknya. Ardhan yang tidak ingin mencampuri urusan percintaan klien-nya, ia memutuskan untuk segera pergi.
kam